Saya kurang mengerti dengan sikap pemerintah sekarang ini dalam masa transisi atau masa peralihan kepemerintahan indonesia dari masa ke masa selalu menimbulkan kekecewaan pada rakyat, padahal sudah jelas bahwa pemerintah sudah seharusnya memberikan solusi terbaik untuk rakyat ini.
Dengan adanya kabar miring bahwa untuk harga BBM dinaikan, Premium dan solar di berbagai daerah sudah susah didapatkan. dengan dalih untuk mensejahterakan rakyat akan tetapi rakyat malah mengalami kegalauan, kegusaran, kepanikan, mungkin ada yang sampai ga bisa tidur gara - gara harga BBM akan dinaikan. Seperti itulah yang terjadi pada rakyat indonesia.
Dan untuk gas non subsidi yang merupakan bahan bakar untuk cerobong asap dapur pun akan ditiadakan, Apakah pemerintahan tidak berfikir bagaimana jika semua kebutuhan pokok harganya bisa meroket yang notabene disebabkan oleh naiknya gaas elpiji non subsidi.
Menko Perekonomian Pak Chairul Tanjung malah mendukung pertamina untuk menaikan harga gas non subsidi yang harganya 6100 per kg menjadi 12100 per kg tentu saja dengan harga seperti ini membuat kebutuhan pokok menjadi naik sehingga membuat harga untuk kebutuhan pokok semakin mengila.
Akan tetapi Pak Chairul Tanjung tetap meminta Pertamina mempertimbangkan besaran kenaikan harga, meski pengguna gas elpiji 12 kg kebanyakan masyarakat menengah ke atas. “Tentu juga tidak memungkinkan langsung ke harga keekonomiannya karena akan memberatkan masyarakat,” ucapnya.
Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina, Hanung Budya mengaku, sejauh ini pihaknya belum bisa memutuskan besaran kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Menurutnya, Pertamina harus menggelar rapat internal terlebih dahulu untuk memutuskan harga yang tepat.
"Namun yang penting, kami sudah diminta mengimplementasikan untuk menaikkan harga gas elpiji 12 kg," katanya. Untuk besaran dan tanggal implementasinya, kami akan rapat internal dulu,” tuturnya.
Sebelumnya, juru bicara PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir menyatakan, rendahnya harga jual gas kepada konsumen menyebabkan perusahaan pelat merah itu menangguk kerugian cukup besar setiap tahunnya. “Angkanya sekitar Rp 5 triliun per tahun,” katanya.
Menurutnya, harga jual gas Pertamina merupakan yang paling murah di antara ketiga perusahaan pemasok lainnya. “Semester pertama ini kerugian kami sekitar Rp 2,81 triliun,” ucapnya.
Akibatnya, untuk menutupi besarnya disparitas harga serta membengkaknya kerugian, perseroan terpaksa menggunakan keuntungan perusahaan untuk menambalnya. Karena itu, Pertamina mengusulkan untuk menaikkan harga jual elpiji 12 kg sekitar Rp 1.000-1.500 per kg.