Asal kata Murji'ah adalah dari kata Irja yang artinya menangguhkan mengakhiri, dan memberi pengharapan. Kaum Murji'ah lahir pada permulaan abad ke 1 Hijriyah. Pada dasarnya kaum murji'ah merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan yang terjadi di antara mereka dan justru mengambil sikap menyerahkan semua pertentangan atau masalah yang terjadi kepada Allah Swt. Kaum murji'ah sangat membenci hal-hal yang berhubungan dengan politik dan kekhalifahan. Makanya kaum Murji'ah ini di kenal sebagai the queletists (kelompok bungkam), di karnakan sikap inilah yang membuat kaum murji'ah selalu diam dalam persoalan politik.
Pokok ajaran kaum Murji'ah pada dasarnya berasal dari gagasan atau doktrin yang mereka percaya yaitu Irja atau Arja'ah, dua ajaran yang sangat penting menurut kaum Murji'ah yaitu tentang pelaku dosa besar dan masalah iman.
Pandangan aliran Murji'ah terhadap status pelaku dosa besar yaitu selama meyakini dua kalimat syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar itu tidak termasuk kafir dan hukumannya di tangguhkan di akhirat dan hanya Allahlah yang berhak menghukumnya. Jadi, dengan kata lain jika seorang muslim sekalipun jika melakkan dosa besar namun masih mengucapkan dua kalimat syahadat yang dimana kalimat tersebut menjadi dasar utama dari iman, oleh karnanya orang tersebut masih seorang mukmin dan bukan seorang kafir. Masalah perbuatan mereka selama di dunia nantinya akan masuk surga atau neraka semua di tunda hingga ada putusan dari Allah. Selain itu mereka juga berharap bahwa orang yang berbuat dosa besar, mereka mau bertaubat dan berharap agar di terima di sisi Allah Swt
AHRAN MARJAH sebagaimana halnya dengan ajaran Khawarij pada mulanya berkaitan dengan persoalan politik Harun Nasution 1986,22 atau lebih tepatnya berkaitan dengan masalah Khilatah yang merumbulkan pertikaian dikalangana umat muslim, khusannya yang terjadi saat itu di Madinah setelah munculnya terjadi pemberontakan yang datang dari Mesir sehingga menyebabkan terbunuhnya KHALIFAH USMAN FLIN AFFAN pada tahun 35H atau tepatnya tanggal 17 JUNI 856M (Mahmud Nasir 1988,192) seandainya tidak muncul persoalan khilafah tersebut maka kemunculan Khawarij dan Syi'ah dikemudian hari tidak akan ada.Â
Demikian pula kalo tidak muncul persoalan Khilafah maka tidak akan ada Faham atau aliran Murji'ah, terbunuhanya USMAN BIN AFFAN menimbulkan berbagai dampak sosial, politik dan teologi yang hebat di kalangan umat islam terlebih setelah di ketahui bahwa yang telah membunuh USMAN BIN AFFAN adalah MUHAMMAD IBNU ABI anak yang pernah menjadi anak angkat dan kemudian hari menjadi Gubernur Mesir peristiwa ini mengundang terjadinya berbagai masalah dan pertikaian baik yang berkaitan dengan terjadinya perpecahan antara umat islam waktu itu memancing munculnya perebutan kekuasaan, munculnya perang shaudara dan bahkan lebih jauh lagi sehingga membuat kemajuaan islam mengalami kemundurane
Mnurut MUHAMMAD ABU ZAHRAH  pada saat  pertikaian setelah wafatnya USMAN IBN AFFAN waktu itu telah muncul sekelompok orang yang cendrung memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke dalam kancah pertikaian. Diantaranya orang orang tersebut adalah ABU BAKRAH, ABDULLAH IBNU UMAR, SAAD IBN WAQASH, IMRAN IHN HUSAIN, Selanjutnya menurut ABU ZAHRAH sikap tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian muncul pula dari sekelompok orang yang baru saja pulang dari medan perang memasuki Madinah setelah terjadinya peristiwa pemberontakan dan terbunuhnya USMAN. Perbincangan yang terjadi pada kelompok itu digambarkan oleh IBN ASAKIR sebagai berikut "Kami kembali pulang ke rumah masing-masing dan kami tinggalkan kalian dalam keadaaan damai, tidak berselisih lagi. meskipun sebelumnya kalian pernah bertengkar.Tapi sekarang UUNAN telah terbunuh di zalimi orang.Â
Wajar apahila ada sahabat-sahabatnya yang mau menuntut keadilan untuk membalas meskipun begitu para sahabatnya yang lain adalah juga orang orang berada dalam kebenaran. Dalam pandangan kita masing-masing dari mereka adalah urang-orang yang benar dan terpercaya. Karna itu mustahil bagi kita harus bertizar utk mengutuk mereka, karena itu sebaiknya persoalan  serahkan saja kepada ALLAH suasana dialogis diatas menurut  analisis AHMAD AMIN menggambarkan telah adanya soal tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian dan perselisihan  diantara sesama kaum muslim sikap ini merupakan dasar dan benih bagi kemunculan akan MURIFAH sekalipun sebagai sebuah aliran  baru terbentuk setelah lahirnya Khawarij dan Sylah berdasarkan kepada pendapat maka munculnya sikap sekelompok orang yang tidak mau terlibat dalam sebuah pertikaian dan menyerahkan keputusan dengan menangguhkanya kepada Allah dianggap sebagai penyebab tidak dak langsung bagi kemunculan Murji'ah.Â
Hal ini terjadi karena kemungkinan sikap-sikap yang mulai muncul pada waktu itu mulai berkembang dan banyak mempengaruhi para Fuqoha, Muhaddisin, dan masyarakat dalam perkembangan selanjutnya. Kalau asumsinya seperti itu ada penyebab langsung muncul Murji'ah sebagai sebuah aliran teologi untuk melihat persoalan ini kita harus kembali kepada suatu potret situasi di Madinah pasca terbunuhnya KHALIFAH USMAN yang menimbulkan kekacauan politik dimana ALI naik menjadi KHALIFAH menggantikan USMAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H