Secara harfiah, free rider dapat diartikan sebagai penumpang gelap. Namun dalam konteks keuangan publik free rider diartikan sebagai pihak-pihak yang tidak turut serta berkontribusi dalam membangun negara tetapi ikut menikmati hasilnya. yaitu pihak-pihak yang tidak mau membayar pajak.
Rekan-rekan yang saya hormati tahukah kalian bahwasanya jalan yang kita lewati setiap hari, sekolah tempat kita belajar dulu, subsidi bahan bakar yang kita manfaatkan, pelayanan pemerintahan yang kita dapatkan, sarana kesehatan yang menjangkau sampai pelosok nusantara, perlindungan dan keamanan oleh tentara, dan masih banyak hal lainnya yang diberikan oleh negara adalah berkat kontribusi kita membayar pajak.
Rekan-rekan yang saya cintai, relakah kalian bahwa kalian yang setiap bulan pendapatannya dipotong untuk pembangunan negara, sementara di luar sana masih ada pihak-pihak yang bahkan dengan tanpa rasa bersalah hidup di Indonesia, meminum air dari tanah Indonesia, menghirup udara Indonesia, memanfaatkan fasilitas publik di Indonesia, bahkan lebih parahnya menjelek-jelekkan Indonesia dan mengajak orang lain untuk menolak berkontribusi untuk membangun Indonesia.
Saya cenderung malu pada orang-orang yang tanpa rasa malu tinggal di indonesia tetapi menolak membayar pajak untuk kepentingan bersama. Kalau kita menengok masa lalu, bagaimana para pejuang mendirikan bangsa ini dengan darah dan airmata. Mereka rela mengorbankan nyawanya demi kehidupan anak cucu mereka yang lebih baik di masa yang akan datang. Lalu setelah republik ini berdiri akankah kita menelantarkannya?
Mari kita bangun negara ini bersama-sama, sekecil apapun kontribusi teman-teman pasti akan sangat berarti bagi republik ini. Mari kita budayakan malu numpang hidup atau istilah ilmiahnya Free Rider.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H