Alden : "Betul sekali, gadis manis! Teh ini telah menjadi sahabat terbaikku dalam menciptakan melodi-melodi yang indah selama ini,
Biar ku pesankan satu untukmu ya?" (sambil melambaikan tangan kepada pelayan untuk memesankan secangkir teh)
Harmoni : "Terima kasih, Tuan! kau terlihat begitu mahir dalam merangkai melodi dalam sekejap. Saya bahkan belum menuliskan satu kalimat pun untuk tulisan saya hari ini. Rasanya seperti ada yang mengganggu di kepala tapi entah apa itu." (sambil melirik kertas di hadapannya, dan menghembuskan nafas).
Alden: (tersenyum lembut) Terkadang, yang kau butuhkan adalah menyerap kedamaian dari secangkir teh ini. Rasakan setiap tegukan sebagai dialog antara pikiranmu dan keheningan.
(Tak lama kemudian pesanan untuk Harmoni tiba. Sejenak, keduanya menikmati teh mereka dalam diam).
Harmoni: (setelah beberapa saat) "Aku  merasa lebih tenang sekarang. Terima kasih, Tuan? apa boleh aku ttau namamu?"
Alden : "Tentu! Panggil saja aku Alden, bagaimana denganmu?"
Harmoni : "Menakjubkan! Tuan Alden! aku Harmoni, seperti nama toko ini bukan? hahahaha!" (sambil memberikan candaan dan tertawa  kecil)
Alden : "Hahaha kau ini unik ya, cocok dengan tempat ini, tempat di mana harum teh dan ketenangan saling bersahabat, ayo coba lagi teh nya!"
(Tringg!! Harmoni mendapati notifikasi bahwa deadline untuk pengumpulan karyanya semakin dekat dan dia masih belum menemukan inspirasi yang dibutuhkan. Dia merasa frustrasi dan gelisah karena merasa kehilangan daya cipta. Namun ternyata dibalik kertas berisikan karya di mejanya Alden pun sedang merasa kehilangan sesuatu dalam perjalanannya sebagai musisi).
Harmoni :"Arghh! bagaimana ini jika aku tidak bisa menyelesaikan karyaku ini, aku tidak akan bisa melangkah untuk mewujudkan mimpi ku". (dengan tangan menutup mukanya dan tertunduk)
Alden : "Hei, kau harus tenang, jika pikiranmu kalut kau tak akan bisa berpikir jernih".