Sosok seorang ayah memang seringkali digambarkan sebagai seorang tulang punggung keluarga. Bapak berinisial (AS) yang sudah beberapakali saya temui di sekitaran Kota Bandung seringkali menarik perhatian saya, dengan tubuhnya yang sudah tak lagi muda namun tetap nampak bersemangat dan tak kenal lelah. Beliau seorang penjual makanan keliling dengan berjalan kaki dan menggendong dagangannya dari pagi hingga larut malam, sempat saya temui ketika beliau sedang tertidur lelap pada malam hari dipinggir jalan Kota Bandung. Dari kisahnya yang Beliau menghidupi keluarganya dengan pemasukan dari penjualannya, memang tidak banyak yang dia dapatkan, namun menurutnya "Selalu yakin bahwa Tuhan itu tidak tidur, yang penting sebagai manusia kita usaha dulu ya neng." ucapnya. Beliau berusaha untuk tetap bisa bertanggung jawab untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, istri dari bapak (AS) ini pun membantu suaminya untuk mendapatkan pemasukan dengan menjadi buruh cuci di sekitaran tempat tinggalnya. Dengan semangatnya yang tak pernah padam dan berhenti menyerah, beliau dapat menyekolahkan anaknya. Dengan mata yang berbinar, keringat yang menetes dari sela sela topi yang dipakainya beliau mengatakan "Alhamdulillah saya selalu diberi cukup, tidak kurang dan tidak lebih, meskipun hanya berjualan cakue dan odading saja tapi masih bisa mempertahankan anak untuk tetap mencari ilmu, ya disyukuri saja neng, saya gapernah malu karena saya masih mau berusaha". Baginya berapapun yang beliau dapatkan itu adalah rezeki yang sudah diatur Tuhan.Â
Kisahnya memang sederhana, tak banyak berkata namun setiap kalimatnya mengandung makna dan pengingat betapa rasa syukur adalah hal yang paling nikmat dalam menjalankan kehidupan ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H