Mohon tunggu...
Galih Annisa
Galih Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia | Freelance Event Organizer | Private Teacher

HI! Let me introduce myself, my name is Galih Annisa, I live in Bandung, I majored in Communication Science at Universitas Komputer Indonesia, i want to have broad opportunities to keep up with current developments with communication. thank u and nice to meet u.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Lagi Muda, Seorang Ayah dan Perjuangannya!

5 Januari 2024   15:52 Diperbarui: 5 Januari 2024   16:01 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sosok seorang ayah memang seringkali digambarkan sebagai seorang tulang punggung keluarga. Bapak berinisial (AS) yang sudah beberapakali saya temui di sekitaran Kota Bandung seringkali menarik perhatian saya, dengan tubuhnya yang sudah tak lagi muda namun tetap nampak bersemangat dan tak kenal lelah. Beliau seorang penjual makanan keliling dengan berjalan kaki dan menggendong dagangannya dari pagi hingga larut malam, sempat saya temui ketika beliau sedang tertidur lelap pada malam hari dipinggir jalan Kota Bandung. Dari kisahnya yang Beliau menghidupi keluarganya dengan pemasukan dari penjualannya, memang tidak banyak yang dia dapatkan, namun menurutnya "Selalu yakin bahwa Tuhan itu tidak tidur, yang penting sebagai manusia kita usaha dulu ya neng." ucapnya. Beliau berusaha untuk tetap bisa bertanggung jawab untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, istri dari bapak (AS) ini pun membantu suaminya untuk mendapatkan pemasukan dengan menjadi buruh cuci di sekitaran tempat tinggalnya. Dengan semangatnya yang tak pernah padam dan berhenti menyerah, beliau dapat menyekolahkan anaknya. Dengan mata yang berbinar, keringat yang menetes dari sela sela topi yang dipakainya beliau mengatakan "Alhamdulillah saya selalu diberi cukup, tidak kurang dan tidak lebih, meskipun hanya berjualan cakue dan odading saja tapi masih bisa mempertahankan anak untuk tetap mencari ilmu, ya disyukuri saja neng, saya gapernah malu karena saya masih mau berusaha". Baginya berapapun yang beliau dapatkan itu adalah rezeki yang sudah diatur Tuhan. 

Kisahnya memang sederhana, tak banyak berkata namun setiap kalimatnya mengandung makna dan pengingat betapa rasa syukur adalah hal yang paling nikmat dalam menjalankan kehidupan ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun