Mohon tunggu...
Galih Annisa
Galih Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia | Freelance Event Organizer | Private Teacher

HI! Let me introduce myself, my name is Galih Annisa, I live in Bandung, I majored in Communication Science at Universitas Komputer Indonesia, i want to have broad opportunities to keep up with current developments with communication. thank u and nice to meet u.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tak Banyak yang Tau! Inilah Fakta Gedung "De Vries" di Kota Bandung

26 Desember 2023   21:48 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:50 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Werenhuis de Vries (Dokpri)

Jalan Asia Afrika memang sudah terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Bandung. Bangunan yang masih kokoh bekas peninggalan masa-masa kolonial menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melintasi jalanan Braga-Asia Afrika. 

Andreas de Vries adalah penduduk Eropa yang datang ke Bandung pada 1899 dan merupakan pemilik toko serba ada tersebut. Gedung ini sekarang biasa jadi latar wisatawan saat foto selfie yang berkunjung ke kawasan dekat Gedung Merdeka (Alun-Alun Bandung).

Andreas de Vries yang pada awal kedatangannya membuka toko kelontong kecil di tepi Jalan Raya sebelah utara Taman Alun-Alun Bandung. Toko ini dikenal pada zamannya sebagai toko serba ada yang menyediakan berbagai barang kebutuhan dari makanan, kain, sepatu, dan obat-obatan, cerutu, buku, dan kertas, keperluan pertanian, barang pecah belah, mebel, dan kebutuhan lainnya. Mungkin inilah cikal bakal mall pertama di Bandung. Area berjualan di Toko De Vries pernah disewa oleh toko pakaian, toko daging, dan toko mobil. 

Toko ini dulunya merupakan rumah Belanda, bergaya arsitektur Indis, dengan beberapa pilar di muka gedung. Pada 1879, gedung de Vries ini pernah digunakan oleh Societeit Concordia. Gedung ini pernah jadi tempat perkumpulan pengusaha perkebunan di Priangan, dan kaum elite Kota Bandung yang biasa menggelar hiburan seperti dansa-dansa ala tempo doeloe.

Pada 1899, De Vries memindahkan bisnis toserbanya ke lokasi tersebut. Konon, ramainya aktivitas perdagangan di Warenhuis de Vries inilah yang menjadi cikal-bakal kawasan Braga dan Asia Afrika sebagai pusat kegiatan ekonomi kota kala itu.

Ramainya para elite Belanda yang bertandang ke Warenhuis de Vries menjadikan kawasan di sekitarnya berangsur-angsur hidup. Restoran, hotel-hotel, bioskop hingga bank muncul kemudian.

 (Dokpri)
 (Dokpri)

Kemudian pada April 2011, Warenhuis de Vries kembali dihidupkan. Bank OCBC NISP menggunakannya sebagai tempat operasional cabang, meski tidak seluruh bagian gedung difungsikan sebagai kantor.

Saat ini bagian lantai dasar gedung tersebut berfungsi sebagai museum kecil yang berisi barang antik yang tidak dibuka untuk pengunjung umum. Gedung ini juga dikabarkan memiliki sebuah lorong yang fungsinya belum diketahui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun