Jalan Asia Afrika memang sudah terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Bandung. Bangunan yang masih kokoh bekas peninggalan masa-masa kolonial menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melintasi jalanan Braga-Asia Afrika.Â
Andreas de Vries adalah penduduk Eropa yang datang ke Bandung pada 1899 dan merupakan pemilik toko serba ada tersebut. Gedung ini sekarang biasa jadi latar wisatawan saat foto selfie yang berkunjung ke kawasan dekat Gedung Merdeka (Alun-Alun Bandung).
Andreas de Vries yang pada awal kedatangannya membuka toko kelontong kecil di tepi Jalan Raya sebelah utara Taman Alun-Alun Bandung. Toko ini dikenal pada zamannya sebagai toko serba ada yang menyediakan berbagai barang kebutuhan dari makanan, kain, sepatu, dan obat-obatan, cerutu, buku, dan kertas, keperluan pertanian, barang pecah belah, mebel, dan kebutuhan lainnya. Mungkin inilah cikal bakal mall pertama di Bandung. Area berjualan di Toko De Vries pernah disewa oleh toko pakaian, toko daging, dan toko mobil.Â
Toko ini dulunya merupakan rumah Belanda, bergaya arsitektur Indis, dengan beberapa pilar di muka gedung. Pada 1879, gedung de Vries ini pernah digunakan oleh Societeit Concordia. Gedung ini pernah jadi tempat perkumpulan pengusaha perkebunan di Priangan, dan kaum elite Kota Bandung yang biasa menggelar hiburan seperti dansa-dansa ala tempo doeloe.
Pada 1899, De Vries memindahkan bisnis toserbanya ke lokasi tersebut. Konon, ramainya aktivitas perdagangan di Warenhuis de Vries inilah yang menjadi cikal-bakal kawasan Braga dan Asia Afrika sebagai pusat kegiatan ekonomi kota kala itu.
Ramainya para elite Belanda yang bertandang ke Warenhuis de Vries menjadikan kawasan di sekitarnya berangsur-angsur hidup. Restoran, hotel-hotel, bioskop hingga bank muncul kemudian.
Kemudian pada April 2011, Warenhuis de Vries kembali dihidupkan. Bank OCBC NISP menggunakannya sebagai tempat operasional cabang, meski tidak seluruh bagian gedung difungsikan sebagai kantor.
Saat ini bagian lantai dasar gedung tersebut berfungsi sebagai museum kecil yang berisi barang antik yang tidak dibuka untuk pengunjung umum. Gedung ini juga dikabarkan memiliki sebuah lorong yang fungsinya belum diketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H