Karakter Sri, seorang perempuan muda, dihadapkan pada beban berat untuk mempertahankan tradisi dan mengatasi ujian mistis yang mengancam nyawanya. Ini adalah perwujudan dari dominasi patriarki dalam narasi kepercayaan mistis yang memaksa perempuan untuk tunduk pada pengorbanan dan risiko yang besar.
Kisah Sri juga menggarisbawahi bagaimana adanya ketidaksetaraan gender dalam tradisi dan kepercayaan mistis dapat memengaruhi kehidupan nyata perempuan.Â
Dalam film ini, Sri dipaksa menjalani ritual dengan segala tantangannya sebagai konsekuensi dari keadaan ekonomi keluarganya. Ini menggambarkan kenyataan sosial di mana perempuan sering kali harus menghadapi ketidaksetaraan dalam hal ekonomi dan akses terhadap pendidikan.
Peran tradisi dalam memicu ketidaksetaraan gender juga tercermin dalam perlakuan terhadap Sri oleh Ratu Atmojo. Dalam pandangan Ratu Atmojo, Sri hanyalah seorang perempuan yang tidak layak mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan. Ini menggambarkan bagaimana tradisi dan kepercayaan mistis dapat membentuk norma-norma yang merugikan perempuan dan melemahkan hak-hak mereka.
Namun, "Sewu Dino" bukanlah sekadar kritik terhadap tradisi dan kepercayaan mistis. Film ini juga memberikan gambaran tentang kompleksitas sosial dan kultural Indonesia yang mengakomodasi sisi modern dan tradisional.Â
Dalam masyarakat yang semakin terglobalisasi, film ini menggambarkan bagaimana budaya tradisional tetap memiliki tempatnya, bahkan di tengah modernitas yang merajalela. Ini adalah pengingat bahwa masyarakat Indonesia tetap memiliki hubungan yang mendalam dengan warisan budaya mereka, dan hal ini perlu dihormati.
Kimo Stamboel juga mengeksplorasi bagaimana tradisi dan kepercayaan mistis dapat dilihat dari perspektif yang berbeda-beda. Sosok Mbah Karsa Atmojo sebagai seorang dukun dengan kekuatan mistis menjadi contoh bagaimana orang bisa memiliki peran positif dalam masyarakat berkat kemampuan mereka dalam tradisi dan kepercayaan tersebut. Namun, film ini juga menunjukkan bahwa terkadang peran seperti itu dapat menjadi beban berat yang merugikan.
Pada akhirnya, "Sewu Dino" bukanlah sekadar film horor biasa. Film ini adalah cerminan reflektif tentang realitas sosial dan budaya yang dijalin oleh tradisi dan kepercayaan mistis.Â
Penggabungan elemen horor yang efektif dengan pesan sosial yang mendalam membuat film ini menjadi penelusuran yang mendalam tentang ketegangan antara kekuatan dan kelemahan dalam dunia yang dikuasai oleh tradisi dan kepercayaan.
Dalam dunia yang terus berkembang, "Sewu Dino" mendorong kita untuk melihat tradisi dan kepercayaan mistis sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas kita, tetapi juga menuntut kita untuk menghadapinya dengan pandangan kritis.Â
Film ini menyiratkan bahwa keberlanjutan tradisi dan kepercayaan mistis harus dipertimbangkan dalam konteks perubahan sosial, gender, dan budaya yang terus bergerak maju.Â