Mohon tunggu...
Galih Rakasiwi Soekarno
Galih Rakasiwi Soekarno Mohon Tunggu... Dokter - Mayor dr. Galih Rakasiwi Soekarno Sp.JP

Berprofesi sebagai dokter militer di Rs. dr. Asmir Salatiga, suka melakukan diskusi terkait kesehatan dan juga strategi militer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Culture Maker, Strategist dan Sense Maker Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution

9 Juli 2023   17:14 Diperbarui: 9 Juli 2023   17:40 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: A.H. Nasution. tirto.id/Deadnauval

Jendral Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution. lahir di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.  Ayahnya adalah seorang pedagang yang menjual tekstil, karet dan kopi, dan merupakan anggota dari organisasi Sarekat Islam. Ayahnya, yang sangat religius, ingin anaknya untuk belajar di sekolah agama, sementara ibunya ingin dia belajar kedokteran di Batavia.

Pada tahun 1935 Nasution pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi. Disana Ia tinggal selama tiga tahun. Keinginannya untuk menjadi guru secara bertahap memudar saat minatnya dalam politik tumbuh. Dia diam-diam membeli buku yang ditulis oleh Soekarno dan membacanya dengan teman-temannya. Setelah lulus pada tahun 1937, Nasution kembali ke Sumatera dan mengajar di Bengkulu, Ia tinggal di dekat rumah pengasingan Soekarno. Setahun kemudian Nasution pindah ke Tanjung Raja, dekat Palembang, di mana ia melanjutkan mengajar, namun ia menjadi lebih tertarik pada politik dan militer.

Pada tahun 1940, Jerman Nazi menduduki Belanda dan pemerintah kolonial Belanda membentuk korps perwira cadangan yang menerima orang Indonesia. Karena ini adalah satu-satunya cara mendapatkan pelatihan militer, Ia pun bergabung dan tak lama dikirim ke Akademi Militer Bandung untuk pelatihan. Pada September 1940, Ia dipromosikan menjadi kopral, tiga bulan kemudian menjadi sersan. Ia kemudian menjadi seorang perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL).

Setelah Indonesia merdeka, ia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan menjadi salah satu pemimpin dalam Perang Kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda. Ia memegang berbagai posisi penting dalam TNI, termasuk sebagai Kepala Staf Umum TNI Angkatan Darat (KASAD) dari tahun 1962 hingga 1965. Salah satu peristiwa yang paling terkenal dalam sejarah Indonesia yang melibatkan Abdul Haris Nasution adalah Pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. 

Ia merupakan salah satu sasaran utama dalam upaya kudeta yang dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Meskipun berhasil selamat dari percobaan pembunuhan tersebut, nasib beberapa anggota keluarganya tidak seberuntung dirinya.

Selama masa jabatannya sebagai KASAD, Abdul Haris Nasution terlibat dalam upaya pembangunan dan modernisasi TNI Angkatan Darat. Ia berperan dalam mengembangkan strategi pertahanan yang mencakup doktrin perang gerilya dan pertahanan semesta. 

Konsep pertahanan semesta yang diperkenalkan olehnya bertujuan untuk melibatkan seluruh rakyat Indonesia dalam upaya pertahanan negara. Selain kiprahnya dalam bidang militer, Abdul Haris Nasution juga memiliki kontribusi intelektual yang signifikan. Ia adalah penulis buku "Fungsi Tentara Nasional Indonesia" yang membahas tentang peran dan fungsi militer dalam sistem politik Indonesia. Buku ini menjadi panduan penting dalam pembentukan doktrin dan kebijakan pertahanan nasional Indonesia.

Setelah pensiun dari karier militer, Abdul Haris Nasution terus berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan politik. Ia menjadi Rektor Universitas Indonesia pada tahun 1966 dan kemudian menjadi anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dari tahun 1977 hingga 1992.

Berdasarkan kiprahnya selaku pimpinan militer, Ia mampu mengintegrasikan tiga keterampilan dalam kepemimpinannya. Tampak dalam karir militernya sampai didapuk sebagai KASAD, mampu menciptakan budaya baru di TNI hingga menciptakan konsep pertahanan semesta yang hingga saat ini digunakan di Indonesia, maka Nasution merupakan seorang Culture Maker, Strategist (pembuat strategi), dan juga Sensemaker. Dalam sejarah Indonesia, Abdul Haris Nasution merupakan tokoh militer terkemuka yang dikenal sebagai seorang pemimpin militer yang cakap, intelektual, dan berpengaruh dalam perkembangan TNI dan politik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun