Curug Badak
Â
Di simpang jalan menujumu
lembah-lembah itu dipenuhi kabut.
Dan waktu adalah sungai panjang
yang mengalirkan segala keresahanmu
menyusuri batu demi batu.
Â
Tapi dari ujung rambutmu
kemurnian meluncur
setelah dengan tekun
menembus ribuan akar
dan  jejaknya tertinggal
abadi di lumut-lumut hijau
yang memancarkan Â
cahaya kehidupan.
Â
Siapa yang tak sudi Â
berdiam diri
di antara pinus menjulang tinggi Â
menuruni tangga demi tangga Â
sambil sesekali menghayati musim
merasakan sejuknya udara Â
yang kau hembuskan Â
dengan kesucian cinta.
Â
Di sini, segalanya bernyanyi
dalam degup sunyi,
dalam bening simfoni;
melantunkan puja dan puji
atas kebesaran ilahi.
Â
Siapa yang sanggup menafikan
dingin dan tajamnya kerinduan
setelah segala pertemuan
melabuhkan kita
sampai ke muara kemesraan,
dan menghanyutkan kita
dalam kubangan kedamaian.
Â
Â
Galih M. Rosyadi, Tasikmalaya 2019.
Catatan: Puisi ini pernah dimuat Harian Umum Pikiran Rakyat pada bulan September 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H