"Bugar dengan Jamu" (Joko Widodo, 2019)
Jamu menjadi rahasia bagi Jokowi untuk tetap sehat ditengah kesibukannya yang padat. Presiden ke-7 itu memakai racikan Jahe temulawak dan kunyit untuk memelihara tubuhnya agar kuat dan tetap bugar sepanjang hari. Bagaimana dengan kita?
Mendiskursuskan Jamu sebagai ramuan tradisional sungguh menarik. Beberapa bulan terakhir ini, saya disibukkan dengan aktivitas menemui penjual jamu di Yogyakarta Sleman dan Bantul. Sengaja saya garap karena bagian dari tugas disertasi yang bernilai 0,5 sks.
Awalnya sempat ragu untuk bisa menjumpai para penjual jamu di Yogyakarta. Hal ini disebabkan saya tidak memiliki keterampilan komunikasi yang cukup tatkala harus mewancarai penjual jamu yang memiliki latar belakang berbeda.
Di Yogyakarta termasuk banyak usaha jamu gendong dan racikan. Namun keberadaan ibu-ibu gendong sepertinya sudah sangat sulit dijumpai. Entah kenapa demikian. Hipotesis sementara menduga bahwa mereka sudah beralih menggunakan alat bantu untuk memudahkan memasarkan jamu-jamu mereka.
Penjual yang mengaku dari Wonogiri sebut saja Pak TNT, keliling Tegalrejo menggunakan sepeda motornya. Sedangkan Ibu SRT dari Yogyakarta memilih menjajakan jamunya di daerah Tegalrejo menggunakan sepeda onthel. Walaupun demikian, masih ada penjual yang masih mempertahankan konsep Jamu Gendong yaitu Ibu MJ di daerah Soboman yang konon beliau Belajar bikin Jamu dari master Jamu "Pak Ginggang".
Untuk bisa bertanya lebih santai saya menempatkan dulu sebagai pembeli Jamu. Setelah penjual menyodorkan Jamu kunyit asam, sejurus kemudian dialog santai saya mulai. Tidak banyak yang saya tanyakan ke Penjual Jamu.Â
Saya hanya menggali biodata penjual dan ramuan untuk membuat Jamu Kunir Asem. Banyak jenis jamu yang dijajakan seperti uyup-uyup, beras kencur, pahitan, godhong telo. Hanya saja dalam Wawancara ini saya memfokuskan pada Jamu Kunir Asem.
Kunir asem banyak dikenal di masyarakat. Selain rasanya yang segar, jamu ini memiliki sejumlah banyak khasiatnya. Kunir asem merupakan minuman tradisional perpaduan antara kunyit asam dan gula Jawa. Setelah saya temui berbagai pedagang jamu didapatkan informasi kalau mereka memiliki  tambahan rempah-rempahan agar Jamu kunir asem semakin nikmat dan tentu dagangannya bikin laris.
Penikmat jamu kunir asem di Yogyakarta terhitung merata. Di daerah Demakan Tegalrejo, saya bisa menemui tiga pedagang Jamu yang menjajakan jualan yang sama. Hampir semua penjual menggunakan Gula Jawa sebagai pemanis alami untuk menambahkan ke dalam kunyit asam. Pengakuan STY dari Klaten tidak menambahkan gula pasir karena dapat menyebabkan kembung.
Statement STY ini perlu dikaji secara ilmiah kebenarannya. Kadang kala penjual jamu menyampaikan hal-hal terkait Jamu hanya didasarkan pada pengalaman atau pengetahuan turun-temurun dari nenek moyangnya. Dan belum teruji secara klinis. Oleh karena itu perlunya simbiosis mutualisme antara pedagang jamu dengan ahli farmasi.