Sungguh beruntung memiliki anak yang ahli Al-Qur'an. Namun tentu harus diikuti ikhtiyar dan doa yang sungguh dari orang tua dan anak. Dengan mendorong TPA sejak dini, hemat saya adalah bagian cara untuk memperoleh target tersebut.Â
Yang penting mungkin orang tidak perlu memaksakan kehendak pada anak. Biarlah anak menikmati fasenya sesuai tugas perkembangan anak. Dan saya melihat di TPA Pangeran Diponegoro, dewan guru telah mempraktekkan teori psikologi pendidikan itu.Â
Terbukti di pertemuan pertama tidak langsung tancap gas menuntut anak untuk bisa mengaji dan menghafal huruf Hijaiyah dari Alif sampai yak. Melainkan diisi dengan acara yang ringan-ringan dan selipi dengan ice breaking: tepuk anak sholih dan tepuk satu.
Kegiatan syawalan yang diajarkan di awal pembelajaran TPA ini sungguh dapat menanamkan sikap sosial pada anak. Setelah itu guru bercerita kisah-kisah hikmah dengan membentuk lingkaran di selasar masjid. Anak-anak antusias mendengarkan petuah guru sehingga diharapkan anak-anak terus datang ke TPA untuk belajar Alquran sambil bermain.
Tidak ada perasaan takut atau bosan untuk datang ke TPA karena guru-guru pandai menciptakan suasana yang bahagia pada anak. Orang tua senang dan murid nyaman. Akhirnya TPA Pangeran Diponegoro akan terus diisi dengan lantunan Alquran oleh anak-anak di lingkungan masjid Pangeran Diponegoro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H