Ada pepatah "kebohongan akan melahirkan kebohongan baru". Hal ini ada benarnya. Karena pada umumnya orang yang berbohong sekali akan berusaha menutupi kebohongan awal dengan kebohongan yang baru. Hidupnya tidak akan pernah tenang dan diliputi rasa gelisah dan was-was. Maka lebih baik katakan apa adanya meskipun itu pahit.
Tatkala orang berbohong, cepat atau lambat juga akan terbongkar. Dalam ilmu Jawa dikenal paribasan "Becik ketitik olo kethoro" Yang baik akan tertandai dan yang jelek akan terlihat.
(3) Memperoleh pengakuan
Salah kebutuhan manusia menurut Piramida Maslow adalah kebutuhan pengakuan (Self-Esteem). Sebelum Muhammad diangkat sebagai seorang Rasul, dia dikenal sebagai seorang yang jujur. Karena kepribadiannya yang jujur, ia dipercaya untuk meletakkan hajar aswad sebagai tanda peresmian penyelesaian renovasi Ka'bah. Padahal waktu banyak tokoh yang berlomba-lomba untuk mengeksekusi peletakan hajar aswad.
Dan ketika sudah menjadi rasul ia memiliki sifat nabi bernama shidiq. Artinya benar atau jujur. Berkat kejujurannya maka nabi Muhammad SAW dijuluki dengan amanah (dapat dipercaya). Tidak hanya rasulullah yang mendapat gelar al-amin ternyata. Sikap jujur pernah disematkan pada nabi-nabi sebelumnya. Nabi Ibrahim as diberi gelar Shidiq (QS: 19: 41), Ismail as sebagai Shadiqal Wa'd (yang benar janjinya) (QS 19: 54), dan Nabi Idris (QS 19: 56).
(4) Diangkat derajatnya yang tinggiÂ
Siapa sih yang tidak ingin diangkat derajatnya oleh Allah ke tempat yang tinggi? Derajat di mata manusia sebenarnya hanya kamuflase. Justru banyak manusia banyak terjerembab pada wilayah ini, misalnya mengkhalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.
Manusia hendaknya mengejar derajat yang hakiki yaitu derajat ketakwaan di mata Allah. Karena di mata Allah semua manusia sama, yang membedakan adalah ketakwaannya. Dan salah satu wujud ketakwaan adalah sikap jujur. Hanya dengan jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain, maka derajat tinggi itu bisa kita raih. Namun jujur itu sesuatu yang mudah dikatakan dan sulit untuk dikerjakan.
(5) Memperoleh keberkahan (ziyadatul khoir)
Rasulullah adalah salah satu contoh pedagang yang jujur, sehingga ia memperoleh keuntungan yang banyak saat berdagang. Rasulullah tidak pernah menipu dalam mendeskripsikan barang dagangannya, tidak sumpah yang berlebihan, jujur dalam timbangan dan takaran, serta tidak memonopoli komoditas (Rochmat, 2018).
Berbeda ketika berjualan dengan cara yang curang, meskipun mendapat keuntungan yang berlipat-lipat tetapi tidak akan pernah memberikan keberkahan dalam hidupnya. Misalnya cepat habis, dibelanjakan di jalan kemaksiatan, anak yang dinafkahi jadi bebal, naudzubillah tsumma naudzubillah.