Mohon tunggu...
Ani Liyane
Ani Liyane Mohon Tunggu... Administrasi - siswi

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saat Mega Menyoal Jabatan Puan Perihal Rumitnya Penyebutannya

26 Juni 2017   17:06 Diperbarui: 27 Juni 2017   12:43 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden kelima, Megawati Soekarno Putri, ini selalu ada saja untuk menyoal jabatan anaknya, Puan Maharani. Memang tidak selalu menyangkut sikap kritis dia terhadap anaknya meskipun beberapa kali juga begitu demi meningkatkan prestasi sang anak. Hal-hal remeh yang tak terpikirkan juga seringkali disampaikan. Barangkali ini bagian dari aneka ragam cara dari kecintaan seorang ibu demi menemukan bahan cerita tentang anaknya.

Hal remeh itu, yang kini menjadi pemberitaan, tak lain adalah soal singkatan dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang disingkat Menko PMK. Dalam sebuah acara Haul Bung Karno ke-47 dan peluncuran buku Bung Karno, Islam, dan Pancasilakarya Ahmad Basarah di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen Senayan, presiden kelima RI ini tiba-tiba menyoal, dengan gaya tutur santai dan bercanda, singkatan dari posisi jabatan anaknya. (jawapos.com, 21/06/2017).

Megawati menganggap singkatan dari jabatan anaknya, Menko PMK, seringkali salah dipahami oleh publik. Pasalnya, tak sedikit publik yang menyebut PMK sebagai 'Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan'. Padahal seharusnya 'Pembangunan Manusia dan Kebudayaan'.

Bagi kebanyakan orang, bahkan penulis, seringkali terlupakan untuk mengupas hal-hal mengenai singkatan ini. Kadang kita sering memikirkan yang lain: kinerja. Tapi Megawati nampaknya begitu peka untuk kemudian mengungkapkannya dalam acara haul itu. Bagi Megawati, meskipun disampaikan dengan nada santai dan bercanda, nampaknya hal itu penting. Dia tidak menginginkan orang salah dalam menyebut PMK sebagai Pemberdayaan melainkan Pembangunan. Jika dipikirkan lebih jauh, hal itu memang betul. Kita sebagai publik perlu membedakan kementerian pemberdayaan atau pembangunan.

"Saya senyum-senyum sendiri kalau ingat ini. Mau menyebut Menko PMK susah", tutur Mega. (jawapos.com, 21/06/2017).

Sebagai solusi, agar tak tercampur adukkan dengan Menteri Pemberdayaan, Mega mengusulkan cukup untuk memanggil nama jabatan Puan sebagai Menko. Tentu juga pilihan yang bisa dipahami keliru karena ada beberapa Menko.

Bagi Puan Maharani, apa yang disampaikan ibunya, Megawati, adalah hal yang penting. Bukan sekedar sebagai penyoal atas sebuah nama, tapi itu menjadi alarm bahwa posisinya tidaklah sepi dari pantauan sang ibu. Apa yang kemudian penting dilakukannya adalah bekerja dengan dua kali lipat lebih baik dan lebih baik. Posisi jabatan bukan sesuatu yang diberi dengan cuma-cuma tetapi melalui suatu pertimbangan dan kepercayaan atas kemampuannya untuk memimpin kementerian koordinator. Perlu diketahui, kementerian koordinator harus membawahi beberapa menteri-menteri teknis. Sebagai Menko, Puan Maharani haruslah pandai-pandai bersinergi, menjalin komunikasi, mensukseskan kementerian-kementerian di bawahnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun