Mohon tunggu...
Ani Liyane
Ani Liyane Mohon Tunggu... Administrasi - siswi

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puan Maharani Mencintai Gotong-royong

9 Juni 2017   15:02 Diperbarui: 9 Juni 2017   15:26 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 Juni 2017 yang telah berlalu, ramai-ramai sebuah slogan "Aku Indonesia, Aku Pancasila". Hari itu memang dianggap sebagai hari lahir Pancasila meskipun ada perdebatan. Beberapa kalangan tak setuju. Kalangan lain menolak. Tapi publik yang mengerti sejarah juga tak bisa dipungkiri: 1 Juni 1945 adalah pertama kali Soekarno tampil ke muka sidang dan berbicara tentang Pancasila serta beberapa sila-sila yang ditawarkannya.

Apa yang penting diingat sungguh-sungguh dari prinsip Pancasila adalah kesediaannya untuk mengakomodir perbedaan-perbedaan. Pluralitas, kekayaan perbedaan-perbedaan, bangsa Indonesia ditunjukkan oleh keberadaan berbagai macam suku, bahasa, kebudayaan, agama dan keanekaragaman lain.

Pluralitas itu anugerah. Dengan beberapa kesediaan dan kesadaran untuk menerima prinsip-prinsip 'bhinneka tunggal ika'. Prinsip ini berarti adalah kesadaran untuk meruntuhkan setiap ego yang membangun tembok identitas yang begitu kuat dan membatasi interaksi yang harmonis dengan identitas-identitas yang lain sebagai sesama bangsa Indonesia.

Memahami pluralitas tidak selalu berarti sekedar mengakui perbedaan-perbedaan. Sikap menghargai pluralitas harus dikembangkan dalam banyak sikap, seperti umpanya toleransi atau gotong royong. Semakin tinggi sikap toleransi kita semakin tumbuh kesadaraan penerimaan perbedaan.

Selain sikap toleransi, tindakan-tindakan kerjasama, atau gotong royong, sangat penting diperlukan untuk mengembangkan kepribadian yang mantap dalam bersaudara sebangsa setanah air.

Suatu kali Puan Maharani mengatakan bahwa 'gotong royong' adalah semangat satu usaha, satu amal, satu pekerjaan bersama demi kepentingan bersama. Gotong royong adalah pernyataan diri bahwa sebuah usaha atau sebuah tujuan bisa diusahakan bersama-sama. Kesediaan usaha atau bekerja bersama berarti menyadarkan kita untuk ambil bagian dalam proses mencapai tujuan: ada beban yang terbagi, ada harapan bersama dan kelak ada tujuan yang ingin dicapai bersama untuk kebahagiaan bersama.

Di dalam gotong royong muncul banyak pelajaran penting bila kita sadari. Puan, misalnya, mengatakan bahwa dalam gotong royong terdapat persaudaraan dan kekeluargaan. Sebagai saudara atau keluarga, perasaan untuk saling bersimpati terhadap yang lain terbangun. Keharmonisan terjaga sebab kita tahu mereka adalah satu keluarga. Adakah yang berfikir untuk tak peduli pada keluarga atau saudara sendiri?

Gotong royong, kata Puan, bisa menyatukan visi bersama. Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat gotong royong yang tinggi, kolektifitas yang tinggi. Semua ini adalah potensi-potensi untuk kian mempererat persaudaraan atau kekeluargaan.

Akhirnya Puan menegaskan bahwa tak mungkin ada unsur eksploitasi dalam persaudaraan atau kekeluargaan. Sebab "...setiap yang mengandung unsur eksploitasi, tidak akan dapat berdampingan dengan perdamaian," tegas Puan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun