Mohon tunggu...
Galeh Prabowo
Galeh Prabowo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An Observer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lika-Liku Si Mambu 2# Balada Becak di Pingir Jalan

15 Oktober 2014   11:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Asiiiiik, akhirnya aku jadi mahasiswa ! Kesan itulah yang mengalir dikepalaku usai melakukan registrasi ulang. Entah kenapa aku merasa layaknya seorang aktivis kampus. Adegan tokoh Film GIE ketika melakukan demonstrasi tiba-tiba  terbayang dalam anganku.Hmm, keren juga bisa ikut demo gitu ya. Bisa gerak bareng bersama kawan buat nglengserin pemerintahan yang diktator beserta para elitnya yang merupakan antek-antek kapitalis ! (keren juga bahasanya). Sekaligus bisa pula teriak-teriak didepan ratusan orang (asal teriaknya jangan sampe keterlaluan kayak anjing lepas sambil melet-melet). Dengan tekad yang mulia, dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, akhirnya aku mengambil keputusan penting yang bakal mengubah dunia politik negeri ini. Fix, tahun ini aku bakal ikut BEM, biar bisa jadi agen perubahan kayak Hok-Gie. Deal? Deal!!! *Challenge Accepted!*

Puas cengar-cengir natapin kartu mahasiswa sambil ngebayangin jadi aktivis, mendadak terdengar suara lembut yang mengusap telingaku. “ Mas..mas.., masnya Maba ya ?”, celetuk gadis manis (semanis kecap) yang memakai jas almamater berwarna kusam. Jujur saja, aku langsung merasa grogi seketika. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba menahan diri untuk memeluk dan menjilatinya. Sumpah, aromanya manis dan pipinya gemesin pulak! Maklum, gak nyangka saja ada Dian Sastro di kampus gini. Detik seolah berhenti, sepertihalnya ketika Rangga dan Cinta saling bertemu di bandara Soe-Ta.  Sempat aku berkhayal gadis ini manggil-manggil namaku sambil berlarian ditengah koridor. Apesnya, aku langsung tersadar, gadis ini bukanlah Dian Sastro. Tapi gak apalah, lumayan mirip kok J

Masih juga bengong menatap  paras serta onderdil gadis ini (sampai liur menetes kemana-mana), ia kembali memanggilku “Mas..masnya Maba kan ya? “. Aku sempat heran beberapa detik. Peri manis ini kenapa bisa tau namaku yak. Tapi nama yang disebut agak berbeda sih.

Namaku Mambu kak, bukan Maba. Ada apa ya kak?”timpalku. *muka heran*. Si Dian Sastro ini kemudian menjelaskan maksud Maba yang kutanyakan tadi.

“Maba itu maksudnya Mahasiswa Baru,mas. Ini saya mau ngasih brosur terkait dengan jadwal pengambilan jas almamater. Nanti ngambilnya di Kopma (baca : Koperasi Mahasiswa). Mohon kehadirannya tepat waktu ya,mas. Terima Kasih”, ungkapnya dengan nada lembut, selembut kain yang dicuci dengan Molto.

Langsung mukaku merah seketika. Bukan karena disiram saos sambal gara-gara ngliatin onderdil si cewek secara brutal, tapi karena ngerasa malu gagal paham soal MaBa”.  Cewek kece tadi pasti berpikiran, masnya ini cupu banget sampe gak tau kepanjangan MaBa. Aku pun cuman bisa tersenyum kecut.

***

Berhubung harus ngambil jas almamater, hari ini aku meluncur ke Kopma. Tiba di lokasi, aku merasa terkejut ngliat kondisi antrian. Buseeetttt.., puuaaanjang dan bakalan lama benerrr nih. Ini ngantri ngambil jas apa ngantri gebetan putus sama pacarnya?! #SalahFokus. Langsung saja aku ke loket buat ngambil nomer antrian, biar gak makin lama ngantrinya.

Dibawah terik matahari yang kian menyengat, aku cuman bisa berkipas-kipas ria. Lima menit..sepuluh menit...dua puluh menit,, masih juga nomer antrianku belum dipanggil. Bisa-bisa aku meleleh dan menguap keangkasa sebelum nomerku dipanggil. Gak ada temen pula yang bisa diajak ngobrol. Maklum saja, aku datangnya sendirian brooohh,,siis.. Detik demi detik kulalui sambil clingak-clinguk kesana kemari.

Tak lama kemudian, aku menemukan hal yang menarik di pinggir jalan. Tepatnya berada di luar bangunan Kopma. Bak nemuin oase di tengah gersangnya padang pasir, rupanya ada  seorang cewek berkulit bening yang tengah sibuk ngotak-atik berkas. Sendirian pulak! Muuiiehehehhee... (Evil Mode: ON). Mungkin dia salah satu makhluk dari sekian banyaknya korban antrian jas almamater ini.

Dengan keberanian diri yang super unlimited, kuputuskan untuk menghampirinya sambil mengendap-endap layaknya gerilyawan sejati. Hmmm, sayang sekali ada bunga ditepi jalan gini tapimalah dianggurin gitu saja. Ya begitulah gumamku. Sebelum menyapanya, aku pastiin dulu ini bukan kuntilanak ataupun sundel bolong yang tiba-tiba ketawa sambil gelantungan di pohon dan nunjukin punggung bolongnya. Gak lucu banget kan kalau ternyata cewek ini setan.

Puas mengobservasi punggung dan kakinya, aku langsung nyletuk, “Aman!”.  Cewek ini rupanya sadar kalau aku lagi menghampirinya. “Mbaknya maba yang lagi ngantri jas juga ya?”, tanyaku (berasa keren sudah tau kata maba). Cewek ini pun kemudian nengok ke mukaku. Astaga..Julie Estelle..!! , gumamku seketika. “Iya, mas..udah lebih dari setengah jam nunggu disini. Mungkin sebentar lagi dipanggil”.

Awalnya bingung mau ngobrolin tentang apa. Sempat kepikiran aku mau ngobrolin tentang film horror, film bokep keluaran terbaru atau malah main peluk-pelukan mesra dipinggir jalan. Tapi aku baru nyadar, ini cewek mbu.. kamu lagi ngajak ngobrol sama cewek yang belum dikenal!!! (untung lekas sadar). Kami selanjutnya berkenalan layaknya tokoh utama di sinetron FTV. Malu-malu tapi mau, itu mungkin kesan yang tertangkap dari kami berdua.

Gadis mungil ini bernama Rinchan. Ya, Rinchan entah apa artinya. Diliat dari namanya, nih cewek kliatannya maniak anime. Menurut interogasi yang aku lakuin, ia merupakan anak jurusan psikologi. Huft..pantes saja anak psikologi, mukanya nyejukin gitu. (sialaku gagal masuk jurusan itu). Rinchan adalah tipe cewek yang rajin baca komik, hobi bawa botol air putih, suka gambar tokoh anime, bahkan maniak game Final Fantasy dan yang nyebelinnya selalu sok higienis (nanti juga bakal ketauan gimana dia sok higienisnya). Secara fisik, dia kecil, rambut tidak terlalu panjang, berkacamata (bahkan pernah maksa aku buat pake kacamata pula) dan luar biasa manis (apalagi kalau kecebur di kolam cairan tebu).

Selepas kami berbincang panjang lebar, Rinchan rupanya pengen tau soal jurusanku. “Eh, tau gak..aku masih belum ngerti nih soal antropologi. Itu belajar planet-planet gitu ya?”,. Zzztt.., berhubung sekarang yang nanya cewek cakep, dengan senang hati aku akan menjawabnya. Hahahahak (modus : ON). Dengan menampilkan muka serius dan meyakinkan, kucoba sepenuh hati untuk membisikkan pemahamanku tentang antropologi,

“Jadi gini lho rin, Antropologi itu ilmu yang memahami kebudayaan suatu masyarakat secara menyeluruh.”

“Oh.., iya paham.. belajar kebudayaan masyarakat gitu ya? ,tanya Rin dengan muka polosnya. Dengan gaya diplomat, kubenarkan pemahamannya. “Yup, masyarakat saja dapat dengan mudah dipahaminya, apalagi hati kamu yang cuman seorang. Jadi kebayangkan gimana rasanya pacaran sama antropolog?, todongku dengan senyum mesum. Huahahahahak *semoga dia gak illfeeeeel*

Mungkin Rinchan bisa saja menamparku atau bahkan memasukkan kepalaku kedalam lubang got biar makin mambu. Tapi syukur beribu syukur, Tuhan tidak mengirimkan iblis kedalam tubuh Rin untuk melakukan hal itu. Ia hanya bisa manyun dan berucap, “Idiih, apaan sih mbu.. Belum lama kenal juga udah digombalin..dasar mambu”.Tak lama kemudian, pipinya memerah. Duh, ini cewek manisnya gak nguatin. Apalagi pipinya macam permen Chupa Chups yang bikin nagih buat dijilatin *nelen ludah*. Suasana semakin cair seketika. Obrolan diantara kami mengalir bebas tak terbendung.

Ketika sedang asik-asiknya nih ngobrol berdua, kami dihadapkan pada sekumpulan manusia aneh. Tiga orang nampak bersemangat menghampiri kami sambil menodongkan voice recorder.  Mereka sepertinya merasa gembira lantaran mendapatkan mangsa untuk diwawancarai. Mereka mengelilingi kami sambil berputar putar, layaknya suku di pedalaman Indonesia yang sedang mengitari pohon keramat. Yah, rupanya mereka ini utusan Kopma untuk melakukan riset kepuasan konsumen sekaligus promosi UKMnya Kopma (baca: Unit Kegiatan Mahasiswa).

Well, tanpa disangka-sangka Rinchan tertarik sama UKM ini. Sejak kapan ada anak yang hobi gambar, dari jurusan psikologi pulak, suka sama UKM yang bergerak di bidang bisnis? Aku gak pernah berniat untuk terjun kedunia kopma! Tapi apa yang terjadi? Rinchan justru mengajakku memasuki dunia Kopma

“Eh, kamu belum daftar  UKM kan? Ikut kopma yuk..yuk. Seru deh kayaknya. Banyak divisinya pulak”, rayunya dengan mata berkedip-kedip (mungkin sedang kelilipan gumpalan batu gunung Merapi). Jelas saja aku gak bisa menghindar dari ajakannya. Sekujur tubuhku langsung meleleh ketika dia mengeluarkan jurus kedipan matanya #Apees.  Okey, demi Rinchan, aku rela menunda ambisiku untuk terjun ke BEM tahun ini.

***

Rinchan bukanlah tipe mahasiswi yang suka kluyuran dengan motor sendiri. Gimana mau kluyuran, naik sepeda saja gak bisa, apalagi naik motor. Alhasil, aku selalu jemput dia kalau kami mau keluar menghirup segarnya udara kota Jogja. Ketika mboncengin dia pertama kali, aku melakukan kegagalan yang super fatal. Saat ditengah perjalanan, kami terlalu asik ngobrol ini itu. Sampai pada akhirnya aku keceplosan bilang,

“ Menurutmu orang cina itu gimana? Aku benci banget sama mereka… Kesannya sombong gitu. Pelit lagi.” Namun suasana berubah mencekam ketika Rinchan nyletuk,

“ Ya gak gimana-gimana sih. Memang keliatannya sombong, tapi gak semuanya gitu kok. Aku cina lho

Hah?! Apaaaah?! Serius?, kejutku seketika. Aku kemudian mlengos kebelakang buat ngecek matanya. Rinchan pun nglepas kacamatanya. *eh beneran sipit, kirain orang Sunda*. Saat itu rasanya aku pengen telan semua kata-kataku tadi atau bahkan lari ninggalin dia di motor sendirian. Sumpah rasanya malu gak karuan. #ZonkAbis. Tapi apa daya, sebelum nglakuin hal itu, kami malah nabrak sebuah becak laknat yang terparkir di pinggir jalan. Adegan terlempar dari motor dan berguling-guling ria diatas aspal menjadi awkward moment. Mulai saat itulah kami selalu ketawa mengingat kejadian konyol ini.

Hari-hari bersama Rinchan semakin bikin aku ketagihan. Awalnya memang bermula dari ikut kegiatan di Kopma bareng. Bisa satu kelompok pula. Tapi lambat laun kami mulai terbiasa keluar bareng. Entah itu cari makan, nganter dia beli keperluan kuliahnya, sampe pernah diajaknya ke rumah sakit jiwa #nasib (tenang, aku gak gila kok).

Ending-nya kami memutuskan untuk kawin…eh maksudnya pacaran (ngebet banget kawin). Panggilan alay “ayah-bunda” sempat pula menyeretku di kehidupannya. Dengan dimulainya status baru sama Rinchan, sistem perbudakan semakin terasa nyata buatku. Mulai dari nganterin dia kuliah, nemenin sarapan bareng, diomelin berkali-kali tanpa alasan yang jelas, sampe boker pun minta ditemenin. Hhahahahak.  Hal yang paling menyebalkan adalah ketika aku harus nemenin sarapan di kantin kampusnya. Alasannya, kantin dikampusku jorok dan gak higienis. Lagi-lagi aku harus tunduk nurutin kemauan dia layaknya seorang inlander yang terjajah bertahun-tahun lamanya.

Pernah suatu hari kami makan bareng. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, kami (tepatnya dia dengan gaya memaksanya) memutuskan makan di warung padang. Biasanya Rinchan gak pernah beli minum karena dia selalu bawa botol air miliknya ( #BuktiPertamaSokHigienis ). Alasannya biar hemat gak beli minuman. Selain itu, menurutnya air putih lebih sehat. #OkeyTerserah . Tapi kali ini dia tergoda buat beli jus buah. Lagi-lagi dia bertingkah sok higienis. Sedotan yang disertakan dalam minuman itu selalu saja dicucinya lebih dulu #BuktiKedua. Entah makhluk aneh ini datengnya darimana sampe punya tingkah kayak gitu. Setidaknya, dia selalu ada buatku. Meskipun terkadang aku dicuekin gara-gara dia asik menggambar kartun menye-menye atau malah mainan game norak Final Fantasy.

To Be Continued….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun