Nama : Galeh Cahya Ramadhan
NIM : 43222010016
Jurusan : Akuntansi
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Dosen Pengampu : Apollo,Prof.Dr,M.Si.Ak
Universitas Mercu Buana
DISKURSUS GAYA KEPEMIMPINAN VISI MISI SEMAR PADA UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI
SEMAR
Pada mitos Jawa telah ditemukan dua versi yang menceritakan asal-usul Semar adalah sebagai berikut : Versi pertama, menyebutkan bahwa surga (langit) dan bumi dikuasai oleh Sang Hyang Wenang berputra satu bernama Sang Hyang Tunggal yang kemudian menikahi Dewi Rekatawati adalah putri kepiting raksasa bernama Rekatama. Pada suatu hari, Dewi Rekawati bertelur dan seketika telur tersebut terbang ke langit menuju ke hadapan Sang Hyang Wenang.Setiba di hadapan Sang Hyang Wenang, telur menetas dengan sendirinya dan berwujud tiga makhluk antropomorfis yang langsung muncul dari Kulit Telur bernama Tejamantri, Putih Telur bernama Ismaya dan Kuning Telur bernama Manikmaya. Lalu Sang Hyang Wenang mengganti nama nama mereka, Tejamaya menjadi Togog, Manikmaya menjadi Bathara Guru, sedangkan Ismaya menjadi Semar. Lalu yang kedua, menyebutkan bahwasanya alam semesta muncul sebagai sesuatu yang tercipta sekaligus. Diceritakan, sebutir telur yang dipegang Sang Hyang Wenang menetas dengan sendirinya dan terlihatlah langit,bumi, dan cahaya atau Teja serta dua makhluk antropomorfis yaitu Manik dan Maya.Transformasi yang terjadi dari Putih Telur bernama Maya lalu disebut Semar dijadikan sebagai pemelihara dan pelindung bumi atau dunia.
Semar dalam pandangan orang Jawa adalah salah satu dari tiga tokoh pertama yang diciptakan oleh Dewa Awang Uwung (Dewa Alam Kosong) sebagai tokoh simbolik istimewa karena tokoh ini mempunyai kaitan yang menarik dengan berbagai nilai dan kepercayaan dalam kebudayaan Jawa. Arti semar akan dikupas melalui pengamatan perilakunya dalam konteks lakon wayang Jawa dengan menyajikan hipotesis bahwa nilai kekuatan Semar terletak pada kepemimpinannya yang bijaksana mencakup sifat tidak mementingkan egonya dan keyakinan tentang pentingnya suatu keadilan. Dimana kebijaksanaan tersebut lahir atas pemahaman prinsip universal mengenai adanya beragam organisme yang saling ketergantungan satu dengan yang lain.