Ternyata konflik internal partai bukan terjadi di tubuh PPP saja melainkan juga terjadi di internal PKB.Kenaikan perolehan suara yang signifikan yang terjadi pada Pileg lalu memang membuat PKB menjadi semakin sulit untuk menentukan langkahnya. Penyebabnya adalah begitu banyak orang yang baik bersikap serius maupun bercanda memberikan penilaian bahwa kenaikan signifikan perolehan suara PKB di Pileg kemarin disebabkan karena adanya Rhoma Efek.
Sebenarnya memang berlebihan pendapat seperti itu karena kenyataannya pada Pileg lalu begitu banyak pihak yang membantu dan berpartisipasi pada PKB yang kemudian berdampak kenaik perolehan suara yang lumayan tinggi.Bisa disebut PKB pada Pemilu Legislatif lalu memang berhasil mendapatkan dukungan dari PBNU dimana hal itu tidak terjadi pada Pemilu 2009. Begitu juga ketokohan Mahfud MD yang diusung sebagai salah satu Capres PKB membuat PKB menjadi dilirik beberapa kalangan yang akhirnya mencoblos PKB pada 9 April lalu.
Kemudian ada tokoh muda yang popular, Ahmad Dani dari Band Dewa juga membuat PKB menjadi disukairemaja Islam dan bersedia memilih PKB. Dan satu lagi adalah kehadiran Rhoma Irama di tubuh PKB berikut partisipasi aktifnya un tuk melakukan konser-konser dangdutgratis pada kampanye-kampanye PKB yang lalu yang mungkin tidak bisa dipungkiri sedikit membuat PKB mendapatkan tambahan suara pada Pileg lalu.
Sebenarnya tidak ada tolok ukur yang bisa dipakai untuk mengukur berapa banyak tambahan suara PKB yang diakibatkan bergabungnya kembali Mahfud MD ke PKB, berapa banyak factor dukungan PBNU kepada PKB yang membuat PKB meningkat suaranya dan seberapa kuat efek dari Rhoma yang membuat PKB dapat sukses mendulang suara. Kecuali PKB bersedia melakukan survey sendiri ke para pendukungnya untuk menentukan perbandingan rasio antar factor pendukungnya.
Dan karena tidak ada tolok ukur yang pasti untuk menentukan hal tersebut maka seharusnya tidak ada pendapat yang mengatakan bahwa kenaikan suara PKB pada Pileg lalu diakibatkan semata-mata karena Rhoma Efek.
Idiom Rhoma Efek memang begitu sering jadi perbincangan banyak orang. Sebenarnya awalnyaadalah candaan beberapa orang untuk membandingkannya dengan Jokowi Efek yang ternyata katanya tidak ngefek. Sayangnya bagi pendukung fanatic Rhoma hal tersebut dianggap dengan serius dan mereka berusaha menekan elite politik untuk melanjutkan pencapresan Rhoma Irama.
Kalau menurut sepengamatan ane tentang Pencapresan Rhoma sebenarnya memang inisiatifnya berasal dari Rhoma sendiri dan kemudian oleh PKB dalam hal ini oleh Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar, isyu tersebut difasilitasi. Mungkin tidak ada maksud Muhaimin dan PKB untuk mengusung Rhoma secara serius sebagai Capres PKB karena PKB pun selain Rhoma juga mempopulerkan Mahfud MD dan JK untuk menjadi calon-calon Presiden yang didukung PKB. Tentu tidak salah kalau Muhaimin mengambil strategi tersebut karena partai lain seperti PKS juga mempunyai beberapa kader yang disebut-sebut sebagai capres dari partai tersebut.
Disi lain bila melihat dari kecendrungan arah koalisi PKB baik sebelum Pileg maupun setelah Pileg sebenarnya terlihat PKBlebih tertarik kepada PDIP dibanding kepada partai lainnya. Hanya saja masalahnya beragamnya tuntutan dari internal PKB, baik mengenai Cawapres dari Jokowi , kursi menteri dan lainnya membuat PKB belum bisa sepakat dengan PDIP.
Muhaimin sendiri terlihat sulit memberi prioritas dari capres-capres yang dimiliki PKB sehingga Muhaimin mengambil langkah ‘membiarkan’ para capres-capresnya mencari rekan koalisinya masing-masing dimana kalau ada sambutan positif dari partai-partai yang diajak berkomunikasi barulah PKB memfollow-up-nya dengan lebih serius.
Nyatanya memang benar bahwa Rhoma tidak mampu meyakinkan satupun daribeberapa partai yang didekatinya untuk bersedia mendukungnya untuk menjadi capres nanti. Akhirnya Rhoma meminta PKB yang melakukan hal tersebut. Bukan hanya Rhoma melainkan para pendukungnya juga mencoba menekan elite PKB untuk melakukan hal tersebut.
Sudah pasti ini berat bagi Muhaimin dan PKB untuk memprioritaskan Rhoma karena berdasarkan survey-survey yang ada, Capres Rhoma Irama adalah Capres yang paling rendah elektabilitasnya.Terlalu tinggi resiko bagi PKB untuk mengusung Rhoma sebagai capres resmi PKB, begitu juga bisa dikatakan tidak ada partai yang mau berkoalisi dengan PKB untuk mewujudkan hal tersebut.
Akhirnya keengganan PKB tentang masalah itu menyulut kemarahan pendukung Rhoma. Pendukung Rhoma dan tim sukses Rhoma telah mengancam akan keluar dari PKB. Mereka menganggap PKB tidak memperlakukan Rhoma sebagaimana mestinya.
Disamping itu , ada juga satu-dua pihak yang mengkritisi PKB dengan mengatakan PKB telah bersikap licik dengan menyediakan 3 Capres tapi tak ada satupun yang didukungnya secara serius.Mereka mengatakan PKB secara licik telah memanfaatkan nama besar Rhoma, Mahfud dan JK demi kepentingan perolehan suara PKB.
Dan dari berita di detiknews siang tadimengabarkan Rhoma Irama telah membuat statement bahwa jika dirinya tidak jadi dicapreskan atau dicawapreskan oleh PKB maka para ulama akan menarik dukungannya untuk PKB. Ckckck..
Akhirnyasampai ke pendapat ane pribadi, dan menurut ane tentang PKB dan Rhma, ane cuman bisa bilang, PKB Sungguh Ter la luuhhh… hehehee…
Salam Blogger
SUMBER,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H