Berita tadi malam dari kompas.com mengabarkan bahwa Golkar sudah berembuk dengan Hanura dan PKS untuk membicarakan kelanjutan koalisi yang akan dibangun. Dalam pembicaraan tersebut sudah menyentuh pembicaraan tentang Cawapres untuk ARB. Belum dijelaskan oleh kubu Golkar tentang siapa yang akan menjadi Cawapres ARB.Kemungkinan besar Cawapresnya berasal dari PKS dan bisa jadi yang diusulkan oleh PKS adalah Anis Matta yang merupakan tetangga kampung dari ARB.
Disisi lain, seperti yang sudah diketahui semua orang, Mahfud MD telah menolak pinangan ARB untuk menjadi Cawapresnya dan itu berarti PKB tidak akan berkoalisi dengan Golkar. PKB sendiri sepertinya sudah hampir akan berkoalisi dengan PDIP hanya saja masalah di internal PKB belum selesai terutama yang berkaitan dengan tuntutan pendukung Rhoma agar Rhoma bisa dicawapreskan oleh PKB atau mungkin minimal akan dijadikan salah satu menteri dari kabinet Jokowi.
Tuntutan itu seperti itu pasti sulit dipenuhi PDIP karena Jokowi merencanakan membangun kabinetnya tanpa istilah bagi-bagi kursi menteri maupun Wapres.Bukan tertutup kemungkinan kader PKB bisa menjabat menteri di cabinet yang akan dibangun Jokowi kalau memang kader PKB tersebut memiliki kompetensi dibidangnya.Tapi tanpa kompetensidibidangnya rasanya sulit bagi Jokowi untuk menempatkan Rhoma di posisi yang diharapkan. Tapi dibalik hal tersebut kemungkinan PKB untuk bergabung dengan PDIP masih sangat besar peluangnya.
Dan bila melihat perkembangan diatas mungkin bisa disimpulkansudah terbentuk 2 koalisi dengan masing-masing angka Presidential Treshold diatas 25 persen yaitu Koalisi PDIP-Nasdemdan KoalisiGolkar-PKS-Hanura.Koalisi PDIP dengan Nasdem sudah mencapai angka dikisaran 25,5% suara nasional sehingga bila PKB tidak jadi bergabung PDIP tetap bisa mencapreskan Jokowi. Tetapi ane yakin 80% kemungkinannya PKB akan bergabung dengan PDIP.
Kemudian lebih lanjut, bila dicermati partai-partai yang belum berkoalisi selain Koalisi PDIP dan Koalisi Golkar adalah: Gerindra, PAN, PPP dan Demokrat. Dan Gerindra yang terlihat paling sulit mencari rekan koalisi. Setelah sebelumnyagagal berkoalisi dengan PPP, Gerindra mendekati PKS. Sayangnya PKS hanya mengatakan akan memberi jawaban 2-3 hari kedepan setelah melakukan rapat Majelis Syuro. Tetapi ternyata PKS sudah melakukan pembicaraan dengan Golkar hingga menyentuh pembicaraan Cawapres. Begitu juga dengan Hanura yang didekati Gerindra ternyata sudah lebih dekat kepada Golkar.
Peluang Gerindra akhirnyahanya bisa mengajak PAN dan PPP dimana bila ketiga partai tersebut bergabung akan menghasilkan total suara sekitar 25 persen. Sayangnya lagi PAN secara historis lebih dekat dengan Demokrat dimana dalam 10 tahun terakhir sudah berkoalisi dengan Demokrat. Apalagi antara Hatta Radjasa dan SBY sudah ada ikatan keluarga sehingga bila PAN harus memilih kemungkinan besar akan memilih Demokrat. Begitu juga dengan PPP yang masih merasa nyaman dengan Demokrat.
Tentang Demokrat sendiri, meskipun para Elitenya mengatakan Demokrat tetap meneruskan Konvensinyadan dilanjutkan dengan mengusung Capres dari Demokrat, secara perhitungan suara rasanya masih sulit dilakukan. Itu terjadi karena total jumlah suara dari Demokrat, PAN dan PPP tidak mencapai 25%, hanya dikisaran 24,5% suara nasional.Tetapi bila ketiga partai tersebut bisa menempatkan para Legislatifnya di parlemen dengan mencapai jumlah 20% dari anggota DPR maka ketiga partai tersebut bisa mengusung Capres dari Demokrat. Itu artinya juga bahwa mereka harus menunggu selesainya rekapitulasi perhitungan manual KPU untuk Pemilu Legislatif kemarin.
Kelihatannya memang Demokrat menunggu hal tersebut. Begitu juga dengan PAN danPPP yang bersedia menunggu proses Rekapitulasi Perhitungan Suara KPU selesai. Info terakhir dari KPU kemungkinan perhitungan suara secara nasional selesai pada tanggal 4 Mei 2014. Meskipundemikian bila melihat kendala-kendala yang terjadi pada proses perhitungan suara di daerah-daerah bisa jadi Rekapitulasi tersebut akan mundur waktu penyelesaiannya hingga 10 Mei 2014.
Sampai disini mungkin bisa disimpulkan bahwa nasib Gerindra memang menjadi terkatung-katung.Banyak orang mengatakan Prabowo belum berpengalaman dalam melakukan lobi-lobi politik, sebagian orang juga mengatakan kemampuan berkomunikasi Prabowo memang terbatas karena Prabowo sering bersikap temperamental.
Kalau menurut ane sendiri kondisi ini tercipta karena Gerindra memang bukan pemenang pertama atau pemenang kedua di Pemilu Legislatif kemarin sehingga bagaimanapun juga dengan perolehan suara di angka 11%, Gerindra memang terkondisikan untuk menjadi partai yang harus mengikuti arus.
Apa boleh buat, seharusnya sampai di poin ini Prabowo harus mengambil sikap bijak. Prabowo harus mampu mengendalikan ambisinya untuk menjadi Presiden karena hanya ada dua pilihan bagi Prabowo selanjutnya yaitu bergabung dengan Koalisi Demokrat atau bergabung dengan Koalisi Golkar.
Kalau bergabung dengan Golkar, sudah dapat dipastikan Prabowo hanya akan menjadi Cawapres dari ARB. Ini sangat tidak mungkin bagi Gerindra karena bagaimanapun juga pencapresan Prabowo di tahun 2014 adalah harga mati untuk Gerindra.
Akhirnya Gerindra harus bersabar dan menunggu hingga tanggal 10 Mei dimana Demokrat sudah bisa memutuskan arah koalisinya. Dan memang ada kemungkinan yang terjadi bahwa SBY bersedia mengalah kepada Gerindra dan mengizinkan Prabowo menjadi Capres dari koalisi ini tapi dengan berbagai prasyarat seperti Cawapres ditentukan oleh Demokrat, begitu juga format koalisi dan formasi dari menteri-menteri yang akan dibentuk pada cabinet nantinya.
Mau tidak mau Prabowo terpaksa harus menerima kondisi tersebut karena bila tidak bersedia maka Demokrat akan maju dengan capresnya sendiri. Disisi lain sebenarnya ada satu preseden buruk bila koalisi Gerindra dan Demokrat terbentuk dan bisa memenangkan Pilpres nanti. Akan ada suara-suara sumbang dari masyarakat maupun lawan politik mereka yang akan mencurigai bahwa Prabowo dan SBY telah berkolusi untuk saling melindungi dalam Kasus Century maupun Kasus Pelanggaran HAM. Sudah terbayang akan berat menetralisir isyu-isyu seperti itu.
Akhirnya dan akhirnya,akan lebih baik sebenarnya bagi Prabowo untuk tidak tergantung pada Demokrat dan SBY.Sebaiknya Gerindra berusaha untuk merintis jalannya sendiri.Dan Prabowo harus segera mengambil langkah strategis. Prabowo harus segera dapat mengikat PAN dan PPP dalam koalisinya sendiri sehingga Prabowo bisa maju bertarung di Pilpres dengan kekuatannya sendiri.
Apakah hal tersebut bisa terwujud? Kita akan menunggunya dalam seminggu kedepan.
Salam Blogger
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H