[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan), bersama Ketua Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali (tengah), menghadiri kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (23/3/2014). (Kompas.com)"][/caption]
Manuver-manuver partai-partai politik menjelang Pemilu Presiden bulan Juli nanti semakin seru dan semakin dinamis.Kejutan-kejutan mulai terjadi, Prediksi-prediksi menjadi semakin liar dan pengamat-pengamat politik amatir semakin banyak bermunculan termasuk ane sendiri. Hehehee..
Kejutan-kejutan dimulai pada 2 minggu kemarin di mana tiba-tiba konflik PPP menyeruak ke media masa sehingga diketahui masyarakat banyak. PPP yang di bawah komando Suryadharma Ali sebelum Pemilu Legislatif sudah berusaha mendekati Gerindra.Waktu itu kondisi internal PPP masih terlihat adem-ayem seperti tanpa masalah. Tetapi ketika Suryadharma Ali mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo di kantor PPP di Cikini Jakarta Pusat, tiba-tiba Waketum Emron Pangkapi mengatakan Suryadharma telah mengkhianati PPP.Surya dinilai Emron sudah melanggar AD/ART karena hadir di kampanye akbar Gerindra sebelumnya di GBK Senayan.Emron juga mengatakan Prabowo bukanlah tokoh yang akan didukung PPP karena pada Rapimnas sebelumnya ada 10 tokoh yang akan didukung PPP dan salah-satunya Jokowi. Sementara nama Prabowo tidak ada dalam daftar tersebut.
Menurut Emron gara-gara hal tersebut perolehan suara PPP turun dan tidak mencapai target dan meminta pertanggungjawaban Suryadharma Ali. Sepakat dengan Emron,sejumlah DPW PPP juga menyatakan hal yang demikian dan meminta penjelasan dari Suryadharma Ali.
Tidak terima dengan pernyataan elite partainya, Suryadharma langsung membuat Surat Pemecatan yang ditujukan kepada Sekjen PPP Romahurmuziy dan 4 orang pengurus pusat PPP. Ini agak menggelikan di mata orang luar. Yang berteriak Emron Pangkapi tetapi malah yang dipecat Romhurmuziy sebagai Sekjen PPP.Begitu juga dengan alasan Emron menyalahkan Suryadharma Ali dengan mengatakan perolehan suara PPP turun gara-garaSuryadharma Ali ikut berkampanye dengan Gerindra merupakan halyang menggelikan karena faktanya suara PPP sebenarnya mengalami kenaikan signifikan bila dibandingkan Pemilu 2009 dan jauh di atas angka survey-survey sebelumnya maupun prediksi para pakar.
Tetapi tetap saja akhirnya konflik semakin berlanjut hinggamasalah tersebut dibawa ke Mukernas III di Bogor. Dan akhirnya terjadi islah antara Romahurmuziy dengan Suryadharma Ali. Dan Suryadharma mencabut surat pemecatan yang sudah ditandatangani sebelumnya sekaligus Surya membuat statement bahwa deklarasi dukungan kepada Prabowo dan Gerindra sebenarnya hanyalah dukungan Ketua Umum secara pribadi beberapa pengurus PPP. Alhasil koalisi antara PPP dan Gerindra gagal total.
Selanjutnya atas peristiwa tersebut banyak orang bersuara bahwa PPP digoyang dari pihak luar sehingga terjadi konflik seperti itu.Suara-suara sumbang pun bergema dan beberapa di antaranya mengarah ke PDIP di mana ada semacam tuduhan bahwa elite PPP telah dipengaruhi PDIP. Hal itu terjadi karena pada saat Mukernas di Bogor, Emron Pangkapi sempat menyatakan bahwa sudah jauh-jauh hari PPP sudah mendukung Jokowi menjadi Capres dan bisa dibilang lebih dulu PPP dari PDIP sendiri.
Di sisi lain kalau sebagian orang menduga PDIP ikut bermain atas terjadinya konflik Internal PPP, yang terjadi di Gerindra malah berbeda di mana setelah batalnya dukungan PPP terhadap Gerindra, sang Capres Prabowo malah mulai menjelek-jelekkan Golkar.Pada beberapa forum yang didatangi seperti forum PEPPABRI dan lainnya, Prabowo menjelaskan bahwa dirinya keluar dari Golkar karena di dalam partai tersebut sering terjadi politik transaksional. Itu sangat buruk bagi dunia politik Indonesia sehingga akhirnya dirinya memutuskan untuk mendirikan partai sendiri dan berjuang untuk kemajuan Indonesia.
Demikian kejutan pertama yang terjadi pada 2 minggu yang lalu, selanjutnya kejutan berikutnya terjadi pada hari Minggu kemarin di mana sebelumnya dari beberapa berita di berbagai media pada hari Sabtu tanggal 26 April dikabarkan bahwa Golkar telah sepakat dengan PKS dan Hanura untuk berkoalisi. Bahkan pembicaraan ketiganya sudah sampai tahapan pembicaraan tentang Cawapres yang akan dipasangkan dengan ARB.
Tetapi pada hari minggu malamnya tanggal 27 April, dari kubu PKS menyatakan siap untuk berkoalisi dengan Gerindra.Menurut hasil rapat yang diadakan Majelis Syuro PKS pada tanggal 27 April tersebut telah diputuskan demikian.Memang benar bahwa terjadi pembicaraan koalisi sebelumnya dengan Golkar. Tetapi selain dengan Golkar, PKS juga sedang menjajaki kemungkinan koalisi dengan Gerindra. Dan PKS memutuskan lebih memilih Gerindra dengan alasan Gerindra telah mengirimkan surat resmi ke pengurus PKS sementara pembicaraan koalisi dengan Golkar masih sebatas lisan.
Ini cukup mengejutkan sekaligus mengherankan.Mengapa PKS memutuskan untuk bergabung dengan Gerindra sementara kalau dicermati posisi Gerindra tidak aman. Karena berbekal sebagai pemenang ketiga dengan angka perolehan 11 persen akan sulit bagi Gerindra mencari rekan koalisi lainnya. Sementara Golkar yang pemenang kedua dengan perolehan 14 persen tentu lebih mudah untuk mencari rekan koalisi lainnya. Apalagi ada Hanura yang memang dekat dengan Golkar.
Kalau PKS memang jadi berkoalisi dengan Golkar tentu kubu Golkar sudah siap melaju ke Pilpres nanti seperti kubu PDIP karena total perolehan suara Golkar-PKS-Hanura sudah melebihi 25 persen.
Entah karena ada tawaran yang lebih menggiurkan dari Gerindra seperti peluang untuk mencawapreskan kader PKS atau karena elektabilitas ARB yang sangat minim sehingga PKS merasa peluang menang bersama Golkar sangat tipis dan akhirnya PKS memutuskan untuk berkoalisidengan Gerindra saja.
Sampai di sini sudah ada cerita bahwa2 partai papan tengah tiba-tiba berbelok arah koalisi. Dan kita tidak tahu hal apa sebenarnya yang membuat itu terjadi.
Kejutan berikutnya terjadi di kubu PDIP. Kalau menurut ane pribadi ini hal yang biasa tetapi baiklah kita anggap saja kejutan di mana tiba-tiba mantan Ketua Umum PPP Hamzah Has bersama Waketum Suharso mendatangi kediaman Megawati.Pertanyaannya apakah PPP akan merapat ke koalisi PDIP?Berarti jangan-jangan benar bahwa Konflik PPP berhubungan dengan PDIP. Siapa yang tahu?
Selanjutnya masih dengan kubu PDIP, tiba-tiba kemarin Jokowi berkunjung ke kediaman Akbar Tanjung mantan Ketua Umum Golkar. Ada apakah? Apakah Jokowi ingin menjalin koalisi dengan kader Golkar ataukah ingin mengambil salah satu kader Golkar sebagai Cawapresnya? Siapa yang tahu.
Akhirnya kita bicara tentangkejutan terakhir yang datang hingga tadi malam,terjadi peristiwa unik ketika ARB mengadakan rapat konsolidasi Golkardengan rencana mengumpulkan 33 DPD tingkat I dan tingkat II di rumah pribadinya. Meskipun yang datang hanya 18 DPD tetapi rapat memutuskan pencapresan ARB dari Golkar sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Wah mantaps.Lebih separuh DPD sudah bulat mendukung ARB menjadi Capres dari Golkar. Tinggal permasalahannya adalah siapa nanti rekan koalisinya.
Dan ketika rapat tersebut usai tiba-tiba datanglahEmron Pangkapi Waketum PPP di kediaman Aburizal Bakrie. Emron mengatakan dia datang untuk melakukan penjajakan koalisi dengan Golkar. Menurutnya ketokohan ARB ini menarik dan sangat rugi bagi PPP kalau tidak mengenal ARB.
Waduh… ane langsung bingung dengan tokoh yang satu ini alias Emron sang Waketum PPP. Dia yang berteriak-teriak bahwa Suryadharma Ali melanggar AD/ART PPP, dia juga yang berkoar-koar sudah mendukung Jokowi dari awal dan akhirnya dia juga yang datang ke ARB untuk berkoalisi, sementara Waketum yang lain dan sesepuh PPP sedang mendatangi kubu PDIP.
Kalau ane jadi Suryadharma Ali pasti ane menyanyikan lagu untuk Emron, Kau yang mulai.. kau yang mengakhiri, kau yang berjanji..kau yang mengingkari….
Selamat Pagi Indonesia, Salam Blogger
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H