Mohon tunggu...
Galaxi2014 Okepunya
Galaxi2014 Okepunya Mohon Tunggu... -

Galindra Cakra Setiaji , Anak Gunung yang datang ke Ibukota karena ingin melihat Indonesia Lebih Baik Lagi.\r\n\r\nFollow me @Galaxi2014

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerhana Matahari Menyelimuti ‘Perdamaian’ ARB-Prabowo

30 April 2014   12:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Didalam dunia politik,khususnya bagi para politisi yang berkiblat pada Politik Praktis dikenal suatuistilahyang sangat popular yaitu, Tidak ada kawan yang abadi dan tidak ada musuh yangabadi. Yang abadi adalah keinginan masing-masinguntuk memperoleh kekuasaan ataupun jabatan.Siapapun orangnya,entahyang sudah dikenal ataupun belum , entah yang merupakan musuhatau bukan , kalau dia bisa membantu untuk mewujudkan kekuasaan tersebut maka ia akan dianggap sebagai kawan, sebaliknya untuk siapapun yang terlihat seperti akan menghalangi keinginan tersebut maka akan langsung dianggap sebagai musuhnya. Serius banget tulisan ane kali ini yaa. Hehehee.

20 hari menjelang batas pendaftaran Capres-Cawapres di KPU dan69 hari menjelang Pilpres, geliat politik tanah air semakin sangat-sangatmenarik untuk disimak.Dan seperti yang sudah ane gambarkan pada tulisan ane yang kemaren, ane menyebutnya sebagaiPenuh Manuver danPenuh Kejutan ataupun Penuh Intriksehingga semakinsulit prediksi kemana arah parpol-parpol bergerak.

Pada tulisan kemarinane menggambarkantelah terjadi ‘Peperangan’ antar Golkar dan Gerindra sehingga menimbulkan ‘korban’ yaitu PPP dan PKS. Mohon dicermati bahwa kata‘perang’ dan kata ‘korban’sengaja diberi tanda petik sehingga arti kata tersebut bukanlah arti kata sesungguhnya melainkan suatu penggambaran belaka.

‘Perang’ yang terjadi antara Golkar dan Gerindra dimaksud adalah aksi saling berebut rekan koalisi agar masing-masing partai memperoleh dukungan suara yang cukup sebagai prasyarat dari KPU. KPU mensyaratkan dukungan suara untuk setiap Calon Presiden adalahminimal 25% perolehan suara nasional atau minimal 20% dari dukungan anggota parlemen/ DPR.

Pada Pileg kemarinGolkar hanya meraih 14% suara sementaraGerindra meraih 11% suara.Bersama-sama dengan PDIP, Kedua partai tersebut memang masing-masing juga ingin mengusung Capresnya untuk bertarung di Pilpres sehingga masing-masing dari partai tersebut membutuhkan 2 partai papan tengah untuk menggenapkan perolehan suara agar mencapai Presidential Treshold 25%.

Diantara partai-partai papan tengah yang berlaga di Pileg kemarin terlihat hanya PPP dan PKSsajayang berdiribebas.Parta Nasdem sudah berkoalisi dengan PDIP,PKBpun sudah terlihat arahnya ke PDIP, sementara PAN sepertinya terlalu dekat dengan partai Demokrat. Sehingga bagi Gerindra dan Golkar kelihatannyaharus segera memperebutkan PKS dan PPP agar suara mereka mencukupi.

Akhirnyakita semua melihat beberapa gejolak politikyang terjadi pada 2 minggu terakhir ini.3 hari yang lalu PKS yang tadinya sudah ‘dekat’ dengan Golkar tiba-tiba menyebrang ke Gerindra. Kita tidak tahu sebenarnyaapakah Gerindra telah melakukan penetrasi ke internal PKS sehingga PKS meninggalkan Golkar. Begitu juga dengan 2 minggu yang lalu dimana PPPterpaksamembatalkan koalisinya dengan Gerindra karena adanya konflik internal. Apakah ada pihak Golkar yang masuk mempengaruhi internal PPP, kita tidak tahu pasti. Yang jelas 2 hari laluada kunjungan Waketum PPP ke kubu Golkar untuk membicarakan koalisi. Hal-hal seperti inilah yang membuat kita semua hanya mampu i mereka-reka apa yang sebenarnya sedang terjadi di kubu empat partai tersebut.

Yang jelas tergambar pada minggu lalu adalah PPP sepertinya terombang-ambing untuk menentukan arah koalisi. Begitu juga dengan PKS yang berbelok tiba-tiba.Makanya ane mengatakan pada tulisan kemarin kedua partai ini menjadi ‘korban’.Ditarik kesana dan ditarik kemari. Hehehe..

Kemudian dari kabar di media sore hari kemarin juga sangat mengejutkan dimana telah terjadi pertemuan antara pihak Gerindra dan Golkar di kantor Golkar.Prabowo mendatangi ARB dan telah membicarakan penjajakan koalisi antara dua partai tersebut.Waduh kok bisa terjadi seperti itu yaa?ya memang bisa. Apapun bisa terjadi dalam dunia politik. Lawan jadi teman, teman jadi lawan.

Makanya ane memakai kata ‘Perdamaian’ pada judul tulisan diatas.Maksudnya tulisan sebelumnya ada kata ‘perang’ dan sekarang sudah terlihat ‘damai’.:D.Dan satu lagi karena kemarin hari juga terjadi Gerhana Matahari makanya ane tambahin sekalian pada judul diatas dimana maksudnya adalah ‘Kegelapan ‘ yang menyelimuti manuver koalisi kaget antara Gerindra dan Golkar.

Gelap untuk siapa nih maksudnya? hehehe.Ya gelap untuk kebanyakan orang, tetapi khususnya untuk PKS.Yang namanya gelap artinya tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba. Kita-kita sebagai orang luar tidak bisa melihat rencana apa sebenarnya pada koalisi ini. Apalagi dengan PKS dimana 3 hari yang lalu sudah berpikir amat keras untuk memilih antara Golkar dan Gerindra, ternyata 2 hari kemudian mereka malah ingin bergabung. Ya berarti sia-sia sudah berpikir kerasnya dan bagaimana selanjutnya posisi PKS diantara Golkar dan Gerindra pun menjadi Gelap.

Benarkah Atau Bisakah Gerindra dan Golkar Membentuk Koalisi?

Melihat peristiwa kemarin tentu ane dan banyak orang bertanya-tanya apa benar Golkar dan Gerindra akan berkoalisi? Dan apakah bisa mereka berdua melakukan koalisi?

Kalau kita berpikir negative kepada keduanya maka kita akan mengatakan, ah itu koalisi akal-akalan saja. Itu koalisi gertak sambal saja dan sebagainya.Tetapi rasanya tidak perlu berpikir seperti itu. Kita adalah orang luar yang hanya bisa mengamati. Dan sebenarnya tidak kita tidak punya kepentingan langsung terhadap mereka.Jadi kita anggap saja mereka memang ingin berkoalisi. Perkara jadi atau tidaknya berkoalisi itu urusan kemudian karena masih tersisa20 hari menjelang pendaftaran Capres-Cawapres di KPU. Santai mas bro kata tetangga ane. Hehee.

Mari kita coba tengok ke belakang sebentar untuk mencermatipartaiGolkar dan Gerindrapada 2-3 tahun terakhir. Mungkinkita semuadi tahun 2012 sudah bisa menyimpulkan dan memastikanbahwaARB dan Prabowo sudah mencanangkan dirinyauntuk menjadi Presiden di tahun 2014. Sederhananya tampak dari iklan-iklan TVyang ditayangkan oleh ARB dan Prabowo dalam 1-2 tahun terakhir yang sudah menghabiskan dana bermilyar-milyar rupiah.

Dan pada tahun 2012 itu semua orangsudah memprediksikan bahwa ARB dan Prabowo akan bertarung habis-habisan di Pilpres 2014 ini.Tetapi sayangnya pada tahun 2013 datanglah seorang penantang baru yang mengacaukanhitungan-hitngan yang ada.Penantang baru yang bernama Joko Widodo itu malah namanya langsung melesat jauh secara elektabilitas dan meninggalkan elektabilitas Prabowo dan ARB.

Tetapi meskipun sudah ada penantang baru yang jauh lebih potensial, baik ARB dan Prabowo tetap maju karena mejadi Presiden adalah satu-satunya cita-cita besar mereka. [dibaca, Ambisi Besar].

Kemudian kita lihat dalam beberapa bulan terakhir ini, di tubuh Golkar terjadikonflik internal meskipun tidak mencuat ke permukaan dimana intinya beberapa elite politik Golkar meragukan ARB bisa memenangkan Pilpres 9 Juli nanti.Diatas kertas memang sulit bagi ARB untuk menyaingi elektabilitas Jokowi dan Prabowo sehingga sangat wajar ada suara-suara di internal Golkar yang meminta DPP Golkarmengevaluasi pencapresan ARBtersebut.Tetapi seperti yang kita lihat ARB tetap keukeuh dengan ambisinya tersebut dan berkali-kali ARB melakukan manuver dengan mempertunjukkankepada semua orang bahwa sebagian besar DPD/DPWGolkar tetap mendukungnyamenjadi Capres dari Golkar.

Begitu juga dengan Prabowo dari Gerindra yang langsung bereaksi keras dan marah ketika sebulan sebelum Pemilu Legislatif lalu PDIP akhirnya menetapkan Jokowi sebagai Capres dari PDIP. Prabowo dan kubu Gerindra terlihat sangat kecewa dan marah karena secara elektabilitas nama Jokowi jauh diatas Prabowoyang berarti Jokowi akan menjadi pesaing terberatnya menuju kursi presiden yang didambakannya.

Bahkan Prabowo dan kubu Gerindra langsung mempermasalahkan perjanjian Batu Tulis yang telah dibuat bersama PDIP 5 tahun yang lalu dimana perjanjian tersebut sebenarnya hanya berlaku bila koalisi PDIP-Gerindra menang pada tahun 2009. Nyatanyaperjanjian yang sudah tidak berlaku itu masih dipermasalahkan Prabowo. Setelah itu muncullah serangan Prabowo dan Waketum Gerindra terhadap Jokowi dengan menyebut Jokowi sebagai Calon Presiden Boneka, berikutnyamenyebut Jokowi sebagai Pemimpin Penipu, Pemimpin Ingkar Janji dan lain-lain sebagainya.

Lalu apa yang bisa kita baca dan simpulkan dari ARB dan Prabowo sampai dengan hari kemarin?Tentu saja ambisi besar sekaligus cita-cita besar dari keduanya untuk menjadi Presiden di tahun 2014 terlalu kecil kemungkinannya untuk dipadamkan.

Dan itu artinya juga,terlalu kecil bagi keduanyauntuk saling mengalah dengan menempatkan salah-satu dari keduanya untuk menjadi Presiden sementara lainnya menjadi Wakil Presiden Terlalu kecil kemungkinannya bila ARB bersedia menjadi Cawapres Prabowo, begitu juga dengan terlalu kecil kemungkinannya bila Prabowo bersedia menjadi Cawapres ARB.

Koalisi Golkar-Gerindra memang bisa sajadan mungkin saja terbentuk. Dan itu kemungkinan besar terjadi pada Pilpres putaran kedua.[kalau memang ada].

Dan satu hal yang sangat menarik sebenarnya adalah kedua partai tersebut, baik Gerindra dan Golkar sebenarnya sedang menunggu dan menunggu langkah politik yang akan dilakukan oleh SBY dari Demokrat. Sebelum SBY melakukan langkah besarnya menuju Pilpres 2014 maka selama itu pula koalisi-koalisi partai masih merupakan Koalisi Cair.Bisa berubah volumenya, bisa berubah warnanya dan bisa berubah arahnya. Heheheee..

Selamat Pagi Indonesia, Salam Blogger

Sumber,

http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/29/220430/2569242/1562/fadel-sby-seolah-menutup-ruang-koalisi-dengan-golkar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun