Peradaban islam di awali dengan turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad S.A.W di gua Hira', semenjak diterimanya wahyu pertama tersebut ke pada Nabi Muhammad ditandai perdaban awal Islam. Masa ini juga menjadi bahagian penting sebagai tolok ukur umat Islam untuk masa-masa yang akan datang, bahkan hingga saat sekarang ini masa Nabi Muhammad masih menjadi pembalajaran yang relevan.
Pasca menninggalnya Rasulullah peradaban Islam memasuki periodesasi kedua, dimana peradaban kedua ini merupakan peradaban Islam yang diwakili oleh Khalifah Rasyidin. Pada masa ini adaalah masa awal tanpa adanya nabi Muhammad sebagai pemberi petunjuk, sehigga para khalifah rasyidin mendasari norma dan prinsip awal kehidupan pasca rasulullah.
Selanjutnya masa dinasti-dinasti islam, dimana masa ini merupakan masa infasi pelebaran wilayah kekuasaan politik, meletakkan pengaruh serta penanaman syiar dan norma Islam di wilayah penguasaan Islam. Namun dimasa ini juga masa berkembangnya ilmu pengetahuan baik itu ilmu ke-islaman maupun ilmu terapan banyak dilahirkan oleh para pemikir islam pada masa ini. Bahkan menurut banyak riwayat ilmu pengetahuan yang berkembang di masa ini menjadi dasar bangsa barat untuk mengembangkan peradabannya.
Sebagai suatu peradaban manusia peradaban Islam juga tentunya melakukan pasang surut dalam sejarah perdabannya. Sampai saat sekarang ini peradaban Islam bisa dikatakan tertinggal dengan  peradaban barat. Kita harus jujur untuk mengemukakan ketertinggalan sehingga kta menyadari keberadaan peradaban kita dewasa ini, peradaban islam tertinggal dibidang sains-teknologi.
Tentunya banyak faktor-faktor yang melatarbelakangi kemunduran  perdaban Islam, diantara faktor-faktor tersebut adanya sengketa kekuasaan politik, miss pemahaman dan menolak keberdaan sains sebagai bagian dari kehidupan, kehidupan yang jumud seperti lemahnya semangat untuk mempelajari ilmu dunia. Faktor yang paling dominan mundurnya peradaban islam adalah pertikaian ideologi antara ultra-modernisme dan konservatisme.
Peradaban Islam dalam menjawab tantangan futuristik kita harus mampu untuk menemukan formulasi mengkolaborasikan kehidupan Ukhrowi dan Duniawi, serta internalisasi nilai-nilai iman,ilmu dan amal. Sehingga dengan pengkolaborasikan nilai tersebut kita bisa menyongsong masa depan Islam yang gemilang, yang kita yakini Islam sebagai Rahmatan lil Alamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H