Oleh: Galant, Rini, Wasliyah, Masruhin, David, Yamin
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sifat dan sifat perang telah berubah, dan sekarang kemungkinan perang konvensional antara dua negara menjadi semakin kecil. Salah satu perang yang perlu diwaspadai Indonesia saat ini adalah perang proxy. Perang proxy tidak muncul dari kekerasan militer, tetapi dari berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik secara politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan juga di bidang lainnya. Inilah yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa depan.
Peperangan di masa depan adalah salah satu ciri peperangan dalam banyak konflik yang kita kenal. Peperangan ini merupakan bentuk peperangan yang relatif baru yang terus berkembang. Perang masa depan ini adalah perang yang lengkap di mana segala cara dan sarana dibenarkan untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini sesuai dengan teori Mao Zedong bahwa peperangan akan dicapai dengan cara apapun, terlepas dari perkembangan moralitas atau kebencian. Yang jelas peperangan di masa depan tidak akan memiliki pola, front, dan kekakuan yang sama dengan peperangan konvensional. Peperangan konvensional, yang mengandalkan mesin canggih dan teknik perang yang mahal, telah memunculkan konsep perang baru berdasarkan taktik dan strategi perang yang dikenal sebagai perang proxy. Sebuah perang proxy atau perang proxy adalah konflik antara dua kekuatan besar yang menggunakan pengganti untuk menghindari konfrontasi langsung dan mengurangi risiko konfrontasi langsung berisiko kehancuran fana.Perang biasanya menggunakan strategi perang yang tidak konvensional dan membuat upaya yang efektif untuk mencapai tujuan mereka. Dengan adanya fakta ini, perlu dipahami dengan baik untuk memahami pro dan kontra dari peperangan di masa depan, Anda akan kalah dari musuh yang mengambil strategi.
Sosialis Sebagai Jawaban
      Negara yang menganut paham sosialis cenderung berbentuk negara tertutup, ada beberapa indikator yang menjadikan negara berpaham sosialis diantaranya; dalam aspek politik sosialis mencirikan negara demokrasi untuk kebersamaan dan mengutamakan kebersamaan, dalam aspek ekonomi negara berperan untuk pemerataan mengutamakan keadilan distributif, aspek agama negara sosialis cenderung mengarahkan agama untuk mengasosiakannya kepada kebersamaan.
      Dalam perang asimetris negara yang menganut paham sosialis cenderung mengutamakan kekuatan ekonomi dan soliditas masyarakat untuk melegitimasi negara. Sepertihalnya china dengan konsep OBOR (one belt one road) menjadikan china menjadi negara patron atas negara yang anggota OBOR.
OBOR menjadikan peta jalan china meningkatkan persekutuan dengan negara-negara untuk mempengaruhi hegemoni Amerika Serikat sebagai negara penguasa ekonomi dunia. Namun secara tidak langsung negara yang tergabung dalam OBOR tidak menyadari pengaruh China menjadi negara hegemonik. Bedahal dengan kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat yang cenderung melihatkan intervensinya kepada negara sekutu melalui lembaga/institusi formal.
Adapun tantangan negara sosialis dalam perang terbuka meliput negara sosialis cenderung industri manufaktur dan persenjataannya tidak berkembang secara pesat. Namun loyalitas warga negara menjadi penunjang utama untuk mempertahankan negara dari serangan negara luar.
Referensi:
Badan Pendidikan Dan Pelatihan kemhan ri. (n.d.). Retrieved November 3, 2022, from https://www.kemhan.go.id/badiklat/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H