Mohon tunggu...
Wisnu Galang Virgiawan
Wisnu Galang Virgiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNNES

Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengendalian Diri terhadap Sampah

9 Maret 2024   15:40 Diperbarui: 9 Maret 2024   15:44 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah Masalah Bersama

Peningkatan sampah merupakan masalah dalam setiap negara. Pembuangan sampah sembarangan dapat merusak lingkungan. Misalnya sampah kantong plastik minimarket yang dibuang di sungai dapat menghambat aliran sungai. Hal tersebut merupakan pemicu utama dalam bencana banjir di kota-kota besar. Contoh lain, misalnya ada kantong plastik yang terbuang hingga ke laut. Penyu akan mengira kantong plastik tersebut adalah makanannya karena bentuk dan warnanya mirip. Sampah tersebut berpotensi untuk dimakan penyu dan mengancam populasi penyu. Menurut nationalgeographic.grid.id sering ditemukan plastik di dalam perutnya. Hal ini dikarenakan penyu memiliki respon yang sama antara respon kepada makanannya dan respon terhadap sampah plastik.

Sampah sangat sulit untuk dikurangi, karena dalam Sebagian besar kegiatan yang dilakukan manusia modern akan menghasilkan sampah. Sampah tidak bisa hilang di muka bumi. Namun dalam masalah tersebut kita dapat meminimalisir penyebaran sampah yang dapat merusak lingkungan. Dalam menekan penyebaran sampah yang mengakibatkan kepunahan makhluk hidup lain, hal yang dapat kita lakukan adalah pengelolaan sampah. 

Pengelolaan sampah yang paling sederhana adalah membuang sampah di tempat sampah. Kegiatan tersebut sangat sepele namun disepelekan oleh sebagian besar masyarakat. Bisa kita ambil contoh saat anak muda sedang asik nongkrong di caf sambil menghisap asap rokok. Banyak pemuda yang membuang putung rokok di sembarang tempat padahal sudah terdapat tempat sampah. 

Sumber Sampah dan Solusi

Saat kita berkendara menggunakan kendaraan pribadi. Tak jarang kita melihat orang melempar sampah dari dalam mobil. Padahal jika bisa bersabar, pelaku dapat menyimpan sampah tersebut kemudian membuang ke tempatnya saat sedang berhenti.

Masalah lain peningkatan sampah oleh anak muda pada masa pandemi covid-19 adalah sampah medis. Anak muda dalam mematuhi protokol kesehatan lebih sering menggunakan masker sekali pakai. Masker sekali pakai dinilai sangat praktis karena jika sudah kotor dapat dibuang begitu saja. Penggunaan masker sekali pakai juga dapat berpotensi sebagai faktor meningkatnya pembuangan sampah sembarangan. Berbeda dengan masker kain yang dapat dicuci berulang-ulang. 

Tak hanya masalah masker sekali pakai, pandemi covid-19 memaksa kita untuk selalu di rumah dan dianjurkan tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan. Pembatasan kegiatan masyarakat memicu kenaikan aktivitas jual beli secara online. Adanya peningkatan jual beli secara daring dapat menimbulkan sampah yang dihasilkan oleh bungkus pengiriman paket. Dalam pengiriman paket terdapat plastik pelindung untuk melindungi isi paket didalamnya. Dilansir dari liputan6.com Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa sampah plastik bertambah di tengah pembatasan sosial. Alasannya, sebagian besar masyarakat melakukan belanja online yang pengemasannya menggunakan plastik. Hal tersebut terungkap berdasarkan riset LIPI pada medio April-Mei 2020. 96 persen paket belanja online ini menggunakan sampah plastik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi belanja online berbentuk paket meningkat 62 persen. Sedangkan belanja online berbentuk layanan antar makanan siap saji naik 47 persen. Dilihat dari frekuensinya, belanja online selama masa pandemi naik menjadi 1-10 kali dalam sebelum dari sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan. 

Cara yang paling sederhana dalam penekanan kenaikan pencemaran yang disebabkan oleh sampah adalah pendidikan yang diberikan sejak dini. Pendidikan itu bisa berasal dari orang tua maupun sekolah. Orang tua merupakan orang terdekat bagi anak-anak. Apapun yang dilakukan oleh orang tua merupakan contoh yang akan ditiru bagi anak-anak mereka. Misalnya saat seoran ibu sedang memasak dan ditemani anakna, ibu harus membuang sampah dapurnya sesuai dengan tempatnya. Jika sang anak melihat perilaku yang dilakukan orang tua, maka anak tersebut akan memahami bagaimana kita memperlakukan sampah yang baik dan benar. Pendidikan pada sekolah dasar juga mempengaruhi perilaku anak. sekolah dasar merupakan tempat pertamakalinya anak mendapat pendidikan dari luar. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya memberi mata pelajaran pada umumnya. Namun dapat diselingi oleh mata pelajaran pendidikan kepedulian diri pada lingkungan. Pendidikan ini sangat penting karena mempengaruhi perilaku anak terhadap lingkungan sekitar. 

Dari sudut pandang pemerintah, penekanan pada peningkatan sampah dapat dilakukan dengan cara membuat peraturan mengenai pembuangan sampah. Sanksi tidak hanya berupa uang denda, namun dapat ditambahkan dengan sanksi  sosial, misalnya jika membuang sampah sembarangan akan diberi sanksi pelayanan publik berupa membersihkan sampah sebanyak sepuluh kali berat dari sampah tersebut. Pada dasarnya  masyarakat akan merasa malu jika disuruh membersikan sampah yang diakibatkan membuang sampah tidak pada temptnya. Peraturan daerah yang sudah dilakukan di beberapa kota adalah mengenai larangan penggunaan kantong plastik dalam transaksi jual beli di minimarket. Dilansir di kompas.com Terhitung mulai 1 Februari 2020, seluruh pasar swalayan, minimarket, dan pasar tradisional di Kota Bekasi tidak lagi diperkenankan menyediakan kantong plastik sekali pakai untuk pembeli yang berbelanja. Gerakan ini merupakan langkah lanjutan dari program Bekasi Bebas Plastik 2020. Kebijakan lainnya yaitu Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) akan menerapakan Kebijakan Kantong Plastik Tidak Gratis (KPTG) di ritel-ritel modren mulai 1 Maret 2019. Ini dilakukan untuk mendukung salah satu visi pemerintah untuk mengurangi sampah 30 persen, termasuk sampah plastik pada 2050 mendatang.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun