Perkuliahan secara daring atau online bukanlah sebuah sistem baru yang kita dapatkan dalam dunia pendidikan, melainkan suatu sistem yang telah ada dengan perkembangan dunia secara teknologi. Menurut Husamah (2015) mengemukakan bahwa secara umum, pembelajaran tatap muka memiliki berbagai kelebihan terhadap pengajar maupun peserta didik, antara lain:
- Disiplin formal yang diterapkan pada pembelajaran tatap muka dapat membentuk disiplin mental.
- Memudahkan pemberian penguatan (reinforcement) dengan segera.
- Memudahkan proses penilaian oleh pengajar
- Menjadi wahana belajar berinteraksi terhadap peserta didik.
Maka dari itu kita sebagai mahasiswa yang melakukan kegitan perkuliahan secara online atau daring ini memanglah harus lebih beradaptasi dengan teknologi yang ada. Akan tetapi, teknologi yang ada tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena menurut sistem pendidikan yang sudah dianjurkan dan diharapkan dalam media digital daring ini masih sangat minim. Menurut Setyosari (2015) "Meskipun penggunaan sistem belajar online merupakan suatu yang relative mahal, namun dapat ditarik suatu manfaat yang sangat besar dari strategi tersebut baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik. Mahalnya pembelajaran online juga masih bisa terjangkau menggantikan biaya transportasi ketika harus datang ke kelas."
Kuliah daring atau online ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan di masa pandemi yang dimana merupakan cara yang sangat efektif karena selain dengan terhindarnya kita dari Virus Covid-19 kita mahasiswa juga merasa lebih gampang dalam melakukan pembelajaran karena mahasiswa bisa melihat kembali materi yang diajarkan, karena materi biasanya berupa modul yang dapat didownload dan tersimpan dalam PC atau laptop sehingga mahasiswa dapat melihat kapanpun.Â
Akan tetapi sangat sulit bagi kita untuk melakukan interaksi sosial yang mengakibatkan mahasiswa jarang bersosialisasi dengan orang lain dan pembelajaran daring ini tidak sepenuhnya disambut baik oleh para mahasiswa, karena ada sebagian mahasiswa yang menganggap pembelajaran daring ini lebih menyulitkan dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Belum lagi kuota internet harus tersedia dan ini adalah kesulitan terbesar yang dialami mahasiswa, kendala pada jaringan, ketersediaan perangkat pembelajaran seperti laptop, tingkat pemahaman materi yang dirasa lebih baik jika melakukan kuliah tatap muka, dan juga tidak semua dosen dan mahasiswa siap mengoperasikan sistem pembelajaran daring dengan cepat, termasuk juga mempersiapkan bahan perkuliahan secara digital.
Aktivitas pembelajaran melalui daring membuat mahasiswa jenuh dan membosankan karena pembelajaran yang diikuti cendrung monoton. Data  yang diperoleh menunjukan bahwa aktivitas pembelajaran daring terkesan tidak memperhatikan kebutuhan mahasiswa  dalam  mengikuti  aktifitas  pembelajaran. Sebagaian dosen melaksanakan kuliah daring dengan pemberian tugas langsung kepada mahasiswa melalui whatsap dan  google classroom  atau platform lainya untuk menggugurkan kewajiban semata. Pelaksanaan pembelajaran tidak memperhatikan metode, strategi, model atau pendekatan pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh dosen dalam mempersiapkan pembelajaran.Â
Melihat pengalaman pembelajaran daring yang diikuti oleh mahasiswa yang terkesan tidak kreatif  dan  tidak  inovatif  mengakibatkan  persepsi  mahasiswa  terhadap  pembelajaran daring  tidak  menarik  dan materi  pelajaran  tidak  bisa  diterima  dengan  optimal. Pada dasarnya  pemanfatan  teknologi  melalui  aktivitas  pembelajaran  daring  seharusnya memberikan  nilai tambah  kepada  mahasiswa bahwa  mahasiswa  harus  terus mengikuti pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi. Tetapi hasil penelitian menunjukan tidak semua dosen siap memanfatkan fasilitas teknologi untuk melaksanakan proses pembelajaran. Pesatnya perkembangan teknologi tidak diikuti dengan  kreatifitas  dan  kemampuan  inovasi dosen  dalam  memanfaatkan perkembangan teknologi, sehingga pelaksanaan pembelajaran daring tidak bisa berjalan dengan optimal dan bahkan menjadi membosankan.
Kemudian apakah perkuliahan daring ditengan Covid-19 ini bisa dibilang efektif ? Yang dapat diambil dari beberapa pakar mengatakan bahwa penilaian sistem kuliah online universitas di Indonesia tidaklah berjalan efektif. Hal ini dikarenakan tidak meratanya akses dan kecepatan internet, apalagi sistem pembelajaran daring itu membutuhkan kuota yang tidak sedikit dan berlangsung selama berjam-jam.Â
Selain itu jumlah mahasiswa yang mendadak ramai mengakses server perguruan tinggi membuat server menjadi down. Akibatnya banyak mahasiswa yang mengaku kesulitan untuk mengakses kelas mereka, belum lagi beberapa dosen terkesan malas memberikan pelajaran, sehingga hanya memberikan tugas tanpa bimbingan yang mendetail.Â
Yang menjadi masalah lainnya adalah ketika mata kuliah berbasis program baik dosen maupun mahasiswa, kerap merasa sulit memahami tutorial yang diberikan, karena keterbatasan jarak, ruang, dan waktu. Pada kenyataannya saat praktik di lapangan bisa jadi bukanlah seperti yang diharapkan layaknya kuliah tatap muka, akan tetapi justru sebagai ajang dosen untuk memberikan tugas bagi mahasiswa, dengan kata lain dapat dikatakan bukanlah kuliah online yang terjadi tapi tugas online.Â
Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi coba kita renungkan apabila setiap dosen menerapkan sistem yang sedemikian rupa, menggantikan materi tatap muka dengan tugas yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas tidak menutup kemungkinan mahasiswa akan kewalahan dan proses pembelajaran online menjadi tidak efektif.