Mohon tunggu...
Eddy Pepe
Eddy Pepe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Betawi Bekasi Asli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Halte

4 Mei 2012   04:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:45 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Halte” adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Di sekitar halte biasanaya akan bermunculan pedagang kalilima yan menjajakan berbagai dagangan, mulai dari makanan, minuman, dan sebagainya. Halte akan disinggahi oleh masyarakat dari berbagai kalangan dengan berbagai keperluan. Halte menjadi saksi bisu berbagai kejadian yang pelakunya adalah manusia.

SELINGKUH
Hari masih pagi sekali, kabut tipis belum beranjak. Sinar matahari masih terasa lembut. Halte yang berada di simpang tiga mulai ramai. Pedagang kakilima sudah menata dagangannya. Pagi bagi mereka adalah harapan, harapan untuk mengumpulkan keping demi keping keuntungan dari barang dagangannya. Calon penumpang mulai berdatangan, mereka siap untuk menaklukan hari ini. Entah untuk bekerja atau sekolah – ada juga yang tujuannya untuk mencari rejeki dari saku orang yang lengah, istilah populernya copet – ada juga yang datang untuk mengemis.

Begitulah, halte selalu disinggahi orang dengan berbagai karakter dan tujuan. Niat baik atau niat jahat sangat tersamar dalam penampilan yang bisa direkayasa sekehendak hati. Orang baik atau orang jahat sulit ditafsirkan dari sorot mata mereka, karena kedalaman hati siapa yang tahu, padahal kedalaman laut dapat diukur.

Suasana halte beranjak riuh. Warung kopi di sisi agak ke belakang sejak tadi sibuk melayani pembeli. Mulai bubur kacang hijau, mie instan rebus, telor setengah matang, hingga roti bakar disajikan cepat begitu ada yang memesan. Pelanggannya adalah mereka yang hendak memulai aktivitas dari halte tersebut. Biasanya mereka tidak sempat sarapan di rumah karena berbagai alasan. Ada yang memang kebiasaanya sarapan di luar rumah, ada juga yang karena istrinya sakit, atau lagi ngambek, jadi tidak bisa menyiapkan sarapan.

Di pojok warung kopi, tempat yang agak tersembunyi karena deretan kaleng kerupuk, ada seorang ibu tua berbatik (kayanya sih seragam) duduk tenang. Ketenangan tubuhnya berbeda dengan kegelisahan yang ada di matanya. Sambil menundukkan wajah, si ibu menjelalati setiap benda bergerak yang ada di sekitar warung kopi tersebut.

Mendadak matanya benderang dan senang. Seakan berteriak mata tersebut menarik wajah si ibu menjadi ceria. Seorang lelaki muda bercelana jin dan T. shirt ketat datang ke warung kopi tersebut. Kode di mata dan bibir si ibu membuat sia ank muda tersebut mendekat ke pojok warung kopi. Otot-otot gagah lelaki muda memancarkan keperkasaan.

Keduanya pun asyik. Si ibu terus berceloteh genit. Sementara si lelaki muda menunduk terus sambil memainkan jemari kekarnya di gelas kopi.
"Say, hari ini aku tidak ngantor," ujar si ibu.
"Loh kenapa?" lelaki muda seakan kaget.
"Aku ingin ke rumah teman yang sudah lama nggak ketemu. Kamua mau kan mengantarku kesana," manja si ibu.
"Rumahnya di mana?"
"Di sebuah kampung di daerah Bogor."
"Apa kerjanya teman itu, Mam?"
"Ya. Dia Tidak bekerja. Almarhum suaminya punya tanah yang luas, jadi ia hidup hanya dengan merawat kebun dan sawahnya saja. Ia janda, tidak punya anak."
"Ooo..." si lelaki manggut-manggut.
"Mau kan kamu mengantar aku ke sana, say," si ibu kian manja.
Lelaki itu merentangkan kedua tangannya, mengendorkan otot-otot tubuhnya. Kemudian si ibu memberikan kunci mobil. Lelaki muda menerima dan memainkan kunci mobil di tangannya. Kemudian ia melangkah meninggalkan warung kopi tersebut.
"Aku tunggu di sini ya, say," ibu itu bangkit membayar apa yang mereka nikmati di warung kopi.

Ternyata, halte menjadi tempat bertemunya segala kebutuhan. Si ibu dan lelaki muda menjadikan halte sebagai muara untuk membentangkan layar menuju dunia kebebasan.

sepeda dikayuh menuju pancuran, duduk berdua saling bergenggaman kalau yang tua butuh kesegaran, banyak anak muda yang cari pengalaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun