Dalam penerapan konsep pendidikan inklusif, keterlibatan orang tua juga menjadi unsur penting. Ki Hadjar Dewantara sangat menghargai peran orang tuaÂ
dalam pendidikan anak-anak mereka. Dalam konteks inklusif, dukungan dan  keterlibatan orang tua menjadi kunci kesuksesan. Mereka tidak hanya menjadi  mitra dalam mendukung perkembangan anaknya tetapi juga menjadi agen  perubahan dalam membangun masyarakat yang inklusif.
Pendidikan sebagai alat pemersatu bangsa yang penulis tulis adalah konsep yang  menekankan peran pendidikan dalam membangun kesatuan dan identitas  nasional di suatu negara. Ide ini menyoroti pentingnya pendidikan sebagai sarana  untuk menciptakan kesadaran bersama, nilai-nilai yang sama, dan rasa  solidaritas di antara warga negara.
Pendidikan sebagai alat pemersatu bangsa juga harus inklusif. Ini berarti menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat  merangkul semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, agama, atau etnis. Pendidikan inklusif memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan haknya untuk belajar dan berkembang serta mengajarkan pentingnya menghormati dan merayakan keanekaragaman tersebut.
Melalui semangat tut wuri handayani atau mendorong dari belakang, Ki  Hadjar Dewantara memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang demi pendidikan inklusif. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai  kesetaraan, holistik, keterbukaan, dan keterlibatan orang tua, kita dapat melanjutkan warisan luhur Ki Hadjar Dewantara dan membawa pendidikan inklusif sebagai alat pemersatu bangsa menuju masa depan yang lebih cerah dan adil.Â
Sumber:
Heru, F. S. (2014). SISTEM PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA. Repository Universitas  Jember.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H