Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Wow, Badan 62 Kilo Bisa Angkat Beban 175 Kilo

18 November 2014   22:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:29 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngomong soal bina raga? Saya ingat Ade Rai. Waduuuuh, badannyaaaa, prestasinya, karirnyaaa ... bangga kan Indonesia punya contoh seperti dia. Tidak semua orang Indonesia ceking dan tak berdaya.

Naaah, kalau tebak-tebakan soal angkat besi, saya ingat Raema Rumbewas dari Jayapura yang memenangkan medali perak di Olimpiade Sidney 2000, medali perunggu di Asian Games Busan 2002, perak di Olimpiade Athena 2004 dan perunggu di World championship Santo Domingo 2006. Hebat kan, wanita lagi. Siapa bilang wanita lemah? Diangkat baru tahu. Saya suka lihatnya, waktu lifter-lifter melumuri tangan dengan bahan warna putih lalu memegang setang besi dengan barbel kanan kiri. Posisi badan menungging, besi diangkat ditaruh di sekitar dada dan pundak, sedangkan kaki ditekuk sebagai penahan. Kemudian diangkat ke udara, dengan posisi kaki entah lurus sejajar atau satunya di depan satunya di belakang. Lalu teriak, “hiyaaaa ...“ beberapa detik setelahnya, dibanting ke lantai. “Dueeeeeng.“ Tepuk tangan penonton menggema “Plok-plok-plokkk ....“ Namanya snatch, angkat dengan jeda atau tahapan.

Itu jamannya saya masih di Indonesiaaaaa. Suka lihat. Sudah luama sekali, ya. Lantas siapa penerus putri dari pasangan binaragawan papa Levi Rumbewas dan mama Ida Korwa yang lifter ini?

Celingak-celinguk.

Tenaaaang, tenang. Ada. Pasti ada regenerasi.

Setidaknya itu dibuktikan putra-putri Indonesia pada acara kejuaraan angkat besi sedunia di Almaty, Kazakhstan pada 11 November 2014 yang lalu.

Selamat kepada Eko Yuli Irawan yang menyumbang 2 perak (clean and jerk 175 kg, tanpa jeda,  dan total angkatan 317 kg),Agustiani Sri Wahyuni kelas 62 kg wanita ada di posisi ketiga alias perunggu sama dengan Hasbi Muhammad kelas 62 kg pria.

Eko dan Sri pernah meraih medali perak dan perunggu di Incheon Asian Games ke 17, September 2014 yang lalu. Nama Eko sudah masuk di Wikipedia. Sayang, kedua nama berikutnya; Hasbi dan Sri belum masuk wikipedia. Atau saya tidak lihat? Mungkin bakal ada kompasianer yang mencatatkan data mereka di Wikipedia ...

Eko, Hasbi dan Sri menyumbang dua medali perak dan satu perunggu untuk pria, satu perak dari wanita bagi Indonesia. Bendera merah putih menggegana. Berharap masih banyak timbunan medali dari pertandingan berikutnya ... 2015, 2016, 2017, 2018 ... tak hanya dari mereka tapi juga lifter muda lainnya. Bisa, pasti bisa.

Prestasi Indonesia lebih unggul dari negeri tetangga?

Saya amati ranking lifter Indonesia di sebuah web. Pada tahun 2012, Indonesia ada di posisi 59, Singapura 62, Malaysia 64, Philippines 74. Bahkan negeri kita mengungguli bukan negara Asia Tenggara, yakni Cameroon (urutan 99). Sedangkan untuk, pertama digawangi negara maju dan modern USA dan Jerman urutan kelima.

Pada tahun 2013, Amerika tetap jadi negara adidaya di jagadnya angkat besi, Jerman ketiga, Indonesia 63,Malaysia 77, Philippnes 99. Saya sedikit kaget karena justru Ethiopia mengungguli Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya. Ranking 33! Padahal image orang atau saya masih pada mereka yang masih kekurangan dan bahaya laten kelaparan.

Setahun berikutnya, 2014. Rusia menyingkirkan Amerika. Jerman (yang banyak penduudk Rusianya juga) ada di posisi kedua. Amerika melorot, trap ketiga. Indonesia masih ada di klub 60s. Mendapat rangking 66, disusul Malaysia 67, Thailand 68 dan Singapura 69.

Lumayan, meski belum ada di 10 besar, masih mengungguli beberapa negara tetangga dekat. Daripada jadi juru kunci.

Siapa, sih Eko yang berat badannya 62 kg punya total angkatan 317 kg?

Berat badan Eko Yuli Irawan yang bulan ini baru saja meraih dua perak di negara orang itu, hanya 62 kg tinggi badan 157 cm. Tidak terlalu besar seperti Gaban, Sharivan atau Megaloman kalau berubah kan?

Kok, bisa ya angkat-angkat besi berat? Orang Lampung dengan BB yang tidak berat-berat amat ini mampu sekuat itu. Selamat, selamaaat. Orang tua mana yang tidak bangga anaknya mikul dhuwur mendem jero, mampu membanggakan dan menutupi kekurangan yang ada. Orang tua itu; Saman, tukang becak dan Wastiah, penjual sayur. Mereka pastilah amat bangga dengan prestasi anak yang dibesarkan dengan kondisi terbatas, amat terbatas pastinya.

Awalnya, Eko memang mulai tertarik dengan angkat-angkat saat melihat latihan angkat besi di sebuah klub di daerahnya.

Hingga pada suatu waktu, Eko diam-diam menghanyutkan dengan bakat dan prestasi-prestasinya. Ia memulai dari kejuaran dunia yunior tahun 2007, merebut emas dan menjadi lifter terbaik. Ia mengukir prestasi emas PON di kelas 56 kg. Lalu merangkak ke SEA GAMES tahun 2007, juga mendapatkan emas. Emas juga diraihnya di Praha tahun 2007 dan dinobatkan sebagai the best lifter. Ia semakin go international dengan mengikuti Olimpiade di Beijing tahun 2008 dan London 2012. Keduanya jadi juara ketiga.

Untuk kejuaraan dunia, Eko menyabet perak pada tahun 2009 di Goyang, Perunggu di Chiang Mai 2007 dan Paris 2011. Emas kembali menggantungi lehernya pada tahun 2011 di Shenzhen. Lalu disusul perak di tahun 2014 di Incheon dan Almaty di atas.

Atas prestasinya itu, maklum kalau Eko pernah masuk jajaran 75th Men’s and 18th Women’s World Championships. Eko ada di urutan kedelapan jajaran lifter dunia (75 pria dan 18 wanita sedunia yang dibuat tahun 2006). Luar biasa kaaan?

Apa Eko mendapat kesejahteraan dari pemerintah negara kita yang setimpal dengan prestasinya menjaga nama baik Indonesia di mata dunia, khususnya soal angkat-angkat besi ini? Saya tidak tahu. Yang jelas, bonus dari sponsor dan dielu-elukan beberapa orang yang tahu prestasinya, itu pasti! Semoga kalau tua, ototnya tidak emas lagi, hidupnya tidak susah.

Majulah olah raga Indonesia. Jangan hanya pamer otot untuk tindakan anarkhi, lebih baik untuk angkat besi seperti Eko Yuli ini. (G76)

Sumber:

1. Foto-foto Eko Yuli Irawan

2. Data Eko Yuli Irawan

3. Eko Yuli Irawan, IWF

4. Lisa Rumbewas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun