Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Whisky vs Sepatu

7 Desember 2014   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:50 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu malam minggu, kami mendapat undangan dari seorang teman suami yang tempo hari dinas luar negeri bersama-sama. Si pria memang berniat menjamu kami dengan masakan buatannya. Pasti lezat masakan Jerman yang akan dia sajikan, tapinya, rumahnya jauh sekali. Di atas gunung, dekat sebuah hotel yang banyak dikunjungi wisatawan asing untuk spa, sauna atau liburan main ski. Sebenarnya, tempat mereka tinggal kurang dari 700 meter di atas permukaan air laut. Cuma jalannya yang sempit dan kelak-kelok itu lho ...

Setelah 50 menit menempuh perjalanan lewat jalan tol, kami pun sampai. Bau harum yang menyelinap dari balik jendela dapur menyogrok hidung kami. Srengggg ... aduuuh, lapaaaar. Mana udara sangat dingin di luaran tadi, 2 derajat C dan kabut yang seperti di film-film Hollywood. Gak bisa lihaaaat ...

Kami dipersilakan masuk. Saya dilarang melepas sepatu boot, ndableg. Tidak enak mengotori rumah orang, lagian lebih nyaman dengan hanya berkaos kaki karena rumahnya berkeramik oranye cantik dengan motif bunga dan rasanya hangat karena ada Füßboden Heizung-nya alias penghantar panas pada lantai. Mak nyos.

Masakan memang belum juga kelar setengah jam kemudian, tapi asyik karena ngobrol sambil melihat orang masak masakan Jerman. Yang perempuan meladeni kami minum. Anaknya bermain dengan anak-anak kami.

“Bagaimana? Mau coba Whisky hadiah bos besar?“ Tanya teman lelaki suami saya. Iamasih saja sibuk dengan masakannya. Dapur memang seruangan dengan ruang makan. Hanya tiga jangkah.

“Tidak, terima kasih. Hadiah si bos pasti enak ...“ Suami saya menolak sambil memandangi saya. Kok, melirik saya siiiih? Suami saya sudah wanti-wanti harus mendukung kalau ia bilang bahwa Whisky temannya itu hadiah dari bos besar waktu business travel, kalau istrinya tanya-tanya.

“Ya, ya ... maksudmu ... kamu pengen dapat hadiah whisky dari bosmu?“ Si perempuan manager sebuah hotel itu tak percaya penggalan kata dari kalimat suaminya tadi.

“Iya, whisky hadiah bos mahal ya? Berapa? 80 USD ya? Dan tidak ada di Jerman, hanya ada di Dubai duty free“ Suami saya mulai pasang kuda-kuda mangan pari.

“Uhuh?“ Si istri mengernyitkan dahi. Antara percaya-tak percaya.

“Lah iya, berapa sepatu yang kamu punya coba? Delapanpuluh? Whisky ini gratis“ Si suami kolektor whisky ikut berargumen lagi. Memang kadang whisky tidak pernah dibuka hanya dipajang saja. Koleksinya jarang diminum.

“Sudah berapa ratus koleksi whiskymu? Satu whisky ditukar berapa sepatu? Sepatu saya tak ada yang semahal itu. Lagian, sepatu lebih bermanfaat dari whisky.“ Si istri tetap tak mau kalah. Ia menganggap bahwa kesukaan mengoleksi sepatu itu lumrah bagi perempuan. Dan lagi, ia memabandingkan harga antara whisky dan sepatu. Sepatu tak mahal kok harganya. Semua juga dirawat baik dan rapi di kamarnya. Saya hanya tersenyum, iya-ya ... tidak Philipina, tidak Indonesia, tidak Jerman ... kok wanitanya suka koleksi sepatu, dengan terlahir sepasang kaki sejak bayi.

***

Dalam perbincangan seru, saya jadi mengerti bahwa laki-laki dan perempuan sama saja entah di Indonesia atau di Jerman. Suami biasa pura-pura barang yang dibelinya itu murah. Tak jarang kalau ada percakapan terdengar:

Suami: “Buk, ini ada Smart Phone hadiah untukmu merk A. Bagus ya?“

Istri: “Halah, Paaak. Barang mahal, gak usah beliiii. Ini kan tujuh juta harganyaaaa“

Suami: “Murah kok, Buk, cuma satu juta.“ Icon merah padam karena bohong.

Istri: “Ohhh, ya, sudah deh kalau gitu, gak papa. Besok beli lima lagi ya, Pak? Satu buat sulung, satu untuk ragil, satu kado ultah yang Kung dan satunya lagi, yang Ti. Total lima juta sama HP ini. Lebih murah kalau ibuk beli sendiri, satu sudah 7 juta."

Suami: "Waduuuuh!!!"

Sebentar, tak hanya itu saja, fakta lain adalah bahwa banyak perempuan sangat suka koleksi sepatu ... terbukti. Jangan lawan whisky dengan sepatu. Selamat berhari minggu. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun