Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Valentinsiana] Natalie Oh Natalie

15 Februari 2014   06:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta No 16. Gaganawati + Nuzulul Arifin

[caption id="attachment_322628" align="aligncenter" width="335" caption="Ma fleur, ma Natalie ..."][/caption]

Aku berlari meninggalkan pesawat yang sebentar lagi berangkat. Aku benar-benar nekat. Lariku semakin kencang, meninggalkan petugas dan pramugari yang mengejarku .... Aku meniru gaya Tom Cruz melarikan diri dari kepungan bandit yang sering aku lihat dalam film Hollywood. Puh. Aku tak peduli. Berlari dan terus berlari saja ...

Ah, itu. Itu dia masih di sana! Kuhampiri perempuan berambut  pirang, digelung cepol. Kutatap matanya, kukecup tangannya yang lembut. Bau sandalwood mystique itu aku hirup sebentar. Uggghhh. Engkau memang bungaku. Dari baunya saja aku sudah merasa bahagia. Bagaimana jika aku hidup bersamanya? Pastilah seperti berada di taman surga.

Kuraba sakuku, kuberikan secarik kertas terlipat bentuk wajik. Berpindah dari tangan berwarna sawo matangku pada tangan Natalie yang halus bak porselen itu. Tapi itu tak lama, karena dua petugas segera menggeret dan merangketku untuk kembali ke pesawat, „Mr. Burhan ... please!“ Aku tak bisa berontak. Aku menurut saja. OK, OK ... daripada lebam!

Suasana heboh dan hingar-bingar di terminal 1 Charles de Gaul pun segera berakhir. Aku puas kembali ke tempat dudukku meski akhirnya harus menanggung tatapan mata ratusan penumpang di dalam pesawat yang akan mengusungku ke Jakarta. Mereka sepertinya ingin ramai-ramai mengangkat bantal pesawat dan melemparkannya pada wajahku. Aku tertunduk malu. Gara-gara aku, pesawat terlambat! Argh, biarlah. Yang ku tahu hanya satu, menyampaikan rasa hatiku. Dan aku berhasil melakukannya. Kini kusandarkan tubuhku pada kursi dekat jendela. Mataku terpejam. Aku bayangkan Natalie ada di sampingku dan membaca kertas yang tadi aku berikan padanya. "Maukah kau menikah denganku?" Hanya satu kalimat yang ada di sana, untuknya. Bukan untuk siapa-siapa, kecuali dia. Ya, hanya untuk dia. Natalie.

"Tunggu aku di Paris, Natalie" lirih aku berucap. Mata kubuang ke seberang jendela, menyapa tumpukan awan yang menggumpal mesra. Oh. Aku masih ingat saat pertama kali mengenal Natalie di Paris Sud Universite. Aku mengambil program seni interior dan eksterior di Orsay, sebuah kota universitas yang masih masuk distrik Paris. Ada seorang teman sekelas yang membenciku. Ya, dia, namanya Natalie. Karena dia selalu menganggap aku ini play boy. Yang kalau di mana-mana dikelilingi para mahasiswi. Padahal, aku hanya ingin bersosialisasi saja. Maklum, mahasiswa pendatang, kos lagi. Harus pintar dan banyak usaha.

Sengit ndulit. Itu barangkali yang terjadi pada perempuan berhidung mbangir itu. Dari benci menjadi rindu. Bagaimana mungkin? Ah, aku tahu. Aku yakin lewat kesabaran, kejujuran dan kesetiaanku yang aku tunjukkan padanyalah, ia berhasil jatuh ke pelukanku. Cinta lokasiku dengan mahasiswi cantik sekelas itu, membuat hatiku benar-benar terpenggal. Separohnya tertanam di Perancis. Selama studi, akulah yang menjadi jawara hatinya. Hari-hari Natalie yang sebelumnya selalu sunyi, berubah riuh dan ceria. Aku bagai matahari yang menghangatkan hatinya yang sendu. Memulas langitnya yang sebelum ada aku, hanya ada warna abu dan ungu. Hingga kemesraan itu terpotong karena aku harus pulang ....

Enam jam kemudian, pesawat transit di Dubai. Aku manfaatkan jasa internet wireless bandara. Kupencet namanya. Natalie. FaceTime terhubung.

“Burhan!“

“Natalie ... Sudah baca?“

“Oui“

“Et?“

“Non ... execuse moi, Burhan ... jawabannya tidak.“

Ping!!! Gustiiii ... dia menolak! Aku berharap pendengaranku yang rusak. Kata TIDAK itu semoga hanya salah sambung dari gendang di telinga.

Aku gundah. Kusorot mata perempuan yang mengambilsetengah hatiku. Natalie memalingkan muka. Aku lihat mata birunya tak lagi bercahaya. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke kukunya yang cantik. Kuteks unik itu yang aku pilihkan untuknya sebelum kepergianku. Warnanya merah jambu.

Aku kejar dengan beragam tanya. Apakah dia tak mau menungguku karena tak tahu kapan waktu akan membawaku kembali dan menjemputnya? Apakah dia tak percaya kalimat dalam kertas yang aku buat ekstra untuknya? Aku benar-benar ingin menikahinya! Apakah dia takut aku akan memangkas janji? Aku sangat takut ... khawatir ada pria lain yang akan mengisi hatinya. Oh, Tuhan, tolong aku ....

Natalie menggelengkan kepala. Ia menangis! Ingin kupeluk tubuhnya yang jangkung di ujung dunia sana. Ingin kuusap pipinya yang basah dengan tisue berparfum melati kesukaannya. Ingin kupetik ukulele untuk menyanyikan sebuah lagu indah untuknya, agar tangisnya reda. Supaya senyumnya mengembang di sana. Karena akulah, mentarinya.

Tapi aku tak berdaya. Kami hanya dihubungkan FaceTime. Dunia maya yang tak bisa kuraba dengan nyata. Fantasiku mulai nakal. Membayangkan membajak pesawat untuk kembali ke Paris saja. Menjemput permata hatiku yang tak bisa mengurai kata yang ada di dada. Ingin sekali. Ingin sekali rasanya ....

Tapi buat apa? Jawaban Natalie adalah TIDAK. Aku malu. Aku benci. Benci sekali pada Natalie. Tapi sungguh! Baru separoh perjalanan meninggalkan negerinya, aku sudah rindu pada bungaku itu. Ma fleur, Ma Natalie ... je t’aime. Tiba-tiba Iphone ku terjatuh. Tubuhku lemas. Langit tiba-tiba gelap. Dunia seakan runtuh menimpaku. Sayup-sayup kudengar orang-orang ribut mencoba menolongku. Aku pingsan! (G&N)

PS: Happy valentine's day bagi yang merayakan. Bagi kompasianer yang ingin belajar menulis puisi, cerpen dan sejenisnya, silahkan bergabung di FB Fiksiana Community. Untuk melihat karya peserta Valentinsiana lainnya, simak di Fiksianacommunity. Selamat berlomba. Jangan lupa, besok jatah posting lomba puisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun