[caption id="attachment_335226" align="aligncenter" width="493" caption="Bendera Jerman; hitam, merah, kuning."][/caption]
Jerman banyak menjadi incaran pelajar Indonesia untuk menjadi tempat menuntut ilmu di jenjang selanjutnya. Kalau sudah lulus dan tidak kembali ke tanah air karena mendapatkan pekerjaan yang layak dan hidup sejahtera di rantau, bukan berarti mereka tidak cinta negeri. Lebih dari itu, banyak manfaat dan hal-hal positif yang mereka dapatkan di sini.
apa sajakah itu? Inilah tujuhbelas fakta tentang Jerman ala saya.
1.Disiplin dan tepat waktu.
Pertama kali menginjakkan kaki di Jerman? Silakan terpukau. Kedisiplinan masyarakat Jerman tercermin dari cara mereka berlalin. Rambu-rambu yang dipasang termasuk aaaaamat banyak. Mengapa? Biar tidak pada sembarangan. Ada kursus menyetir mobil betulan sebanyak kira-kira 18 kali pertemuan teori dan praktek. Biasanya, mulai boleh bagi mereka yang sudah 17 tahun ke-atas. Bea totalnya, rata-rata 2000€.
Bahkan,rambu-rambu putih berlingkar merah dengan gambar kodok di tengahnya yang berarti „Hati-hati, awas kodok di area ini dari pukul 18.00-20.00“ saja dipasang, lho! Dan masih banyak lagi. Belum lagi yang khas Jerman; menghormati pejalan kaki di Zebra cross entah dengan lampu merah atau tidak. Kalau di Indonesia kebanyakan menyeberang jantung saya mau cepot.
Soal tepat waktu? No jam karet. Jangan berharap datang telat dalam sebuah pertemuan, entah resmi atau acara santai di sini. Banyak orang Jerman justru datang setidaknya 5 menit sebelum acara. Belum lagi jika bepergian dengan transportasi umum. Telat sedetik atau semenit saja sudah ditinggal. Alamat kacau-galau. Haaa ... jadi ingat. Pengalaman saya pada awal tahun pindahan di Jerman. Sampai saya trempen, hitchhiking, nunut orang untuk menuju kota biar tak telat masuk kursus bahasa Jerman. Kapok bukan lombok.
Kebiasaan nebeng juga ada di setiap sudut kota. Ada tempat yang bertanda P&M (Parken und Mitfahren, parkir dan nebeng), di mana orang bisa menumpang gratis. Yang menyetir atau ditumpangi jadi ada teman, yang nebeng bisa irit tak keluar duit.
2.Biasa mengucapkan mantra magis; danke, bitte, entschuldigung dan begrüßen.
Benarkah bangsa Jerman kurang ramah? Kebanyakan wajah mereka memang datar, kurang smiley face seperti kebanyakan orang Indonesia yang kebanyakan adalah sunshine. Entah apakah ini ada hubungannya dengan pepatah Jerman; Sauer macht lustig (yang kecut/masam bikin geli). Tapi mereka juga baik, deh. Buktinya, sebagian besar warga Jerman suka mengucapkan greeting, grüße, seperti ucapan Herzlich wilkommen (selamat datang), Hallo, Gruß Gott, Hallonchen, Halli-hallo, Guten morgen/Tag/Abend, Servus ... ketika bertemu orang/berpapasan, meski tidak saling kenal. Ini banyak saya dapati di kawasan Schwarzwald, blackforest di negara bagian Baden Württemberg. Kalau mau ke Jerman, modal dasar bahasa Jermannya itu saja, sudah bagus dan diterima dengan hati.
Kemudian, kalau dibantu dan diberi sesuatu segeralah siap mengucapkan danke (terima kasih).
Untuk meminta bantuan orang, silakan memakai kata bitte (tolong) atau entschuldigung (maaf) ketika mau bertanya, menyela atau lewat.
Mantra magis ini mudah, hanya butuh kebiasaan saja. Kalau lupa mengucapkan ini, siap-siap dianggap ora sopan!
3.Hari minggu semua toko tutup
Saya tidak tahu, apakah itu sebabnya, di Jerman orang punya gudang makanan di dekat dapur atau di ruang bawah tanah (Keller). Namanya Speise Kammer. Mirip warung kecil, serba ada! Saya sering kunci kamar ini. Bukan takut semut atau maling tapi karena anak-anak suka bersembunyi di sini. Hus-hus-husss ... Haha! Banyak makanan dan minuman yang mengandung kafein, alkohol dan ... coklat yang tidak boleh sembarang dilahap anak kecil. Nanti bisa meledak, parahnya lagi bisa tidak doyan makan karena kenyang dahulu atau ... giginya bolong lupa sikat gigi habis makan manis.
Barang 1-3 kali setahun, toko-toko dibuka serentak. Biasa disebut Schauoffenersonntag. Ini dalam rangka sebuah perayaan atau peringatan tertentu. Yang datang? Waaaa tumplek blek. Happy karena jarang-jarang. Apalagi kalau cuaca lagi bersahabat.
4.Makanan terkenalnya sosis dan Schnitzel. Minuman favorit; bir dan Schörle.
Sosis Jerman terkenal sampai seantero dunia. Di Amerika Serikat sampai Indonesia? Bukanlah rahasia. Kompasianer bisa menemukannya di tempat tertentu. Heran juga, tapi that’s the truth. Ribuan jenis sosis dikembangkan dari negeri Angela Merkel ini. Kadang penyajiannya dengan roti atau Bratkartoffel, irisan kentang yang telah direbus dan diberi bumbu air kaldu sampai kentang goreng.
Schnitzel, daging diiris dengan taburan tepung gandum (Mehl), butiran sisa roti (Panier) dan telur, dengan bumbu lalu digoreng. Dagingnya bisa ayam, sapi, babi atau menthok.
Sebelum makan, dihidangkan bir atau minuman bersoda (Schörle). Minuman bersoda itu bisa air putih yang ada Köhlensäure-nya. Atau jus buah dicampur dengan soda ini. Rasanya nyengkring karbon.
Bir adalah minuman tradisional yang sudah turun temurun disukai warga Jerman. Bahannya alami dari air, pengembang (Hefe), biji-bijian khusus dan tanaman humulus dan malt. Ada yang beralkohol ada yang free alcohol. Nenek-nenek jaman dulu berpesan bahwa bir panas adalah obat bagi yang kena flu. Saya belum coba sih .... Hanya tahu kenyataan bahwa mereka yang terlalu banyak minum bir, perutnya gembul dan kalau glegeken, sendawa seperti naga sembur api.
5.Pakai kaos kaki biar tidak sakit dan keringkan rambut!
Pada mulanya, orang Jerman bilang, heran kalau saya dan teman-teman Asia lainnya tidak pakai kaos kaki di dalam rumah. Mengapa? Kata mereka ini bahaya. Kaki yang hangat akan menstabilkan temperatur tubuh sehingga tidak mudah sakit. Ah, ya, meskipun lantai kami kalau dinyalakan ovennya, lantai ikut hangat lantaran punya Bodenheizung, toh ... saya ketularan. Tetap pakai kaos kaki kecuali di musim panas di atas 30 derajat! Apalagi habis wudlu ... brrrr terasa seperti es kakinya. Hingga tidur pun pakai kaos kaki.
Habis keramas, nenek-nenek Jerman akan cerewet mengingatkan anak dan cucunya untuk mengeringkan rambut dengan hairdryer. sebelum keluar rumah. Ini bahaya karena rambut yang basah bikin orang cepat sakit. Maklum, cuaca Jerman yang dalam sehari bisa berubah empat kali atau empat musim dalam sekejap, adalah sebabnya. Memakai penutup kepala adalah salah satu sarannya demi menjaga kehangatan kepala/rambut.
6.Mau datang? Janjian dulu, Termin!
Jangan sembarangan datang ke rumah orang atau teman tanpa perjanjian. Tak segan-segan mereka mengatakan, “Maaf, saya sedang sibuk jadi datanglah lain kali.“ Atau ketika datang tiba-tiba mau mengantar anak main, si ibu atau si anak akan bilang, „Maaf, kebanyakan. Sudah ada teman yang janjian dan sudah ada di sini. Lain kali saja.“
Ini berlaku juga untuk janji dengan dokter (kecuali gawat darurat), diskusi dengan guru atau saudara sekalipun. Kangen tradisi mampir dan nangga. Di Jerman, disebut Termin.
7.Tidak ada pembantu, selbständig.
Yang terbiasa manja dengan pelayanan pembantu Indonesia yang dahsyat dan murah. Silahkan kaget duapuluhempat jam di sini.
Meski dalam sebuah buku sepupu Jerman suami saya, disebutkan bahwa tahun 1700 an sudah ada Kindermädchen atau seperti baby sitter di Jerman, lambat laun, orang mulai mengurus semuanya sendiri. Mulai rumah, kebun sampai anak. Maka ibu-ibu lebih suka memilih kerja paruh waktu, 400 € basis. Waktunya bisa diatur waktu anak sekolah, setengah hari saja.
Biasanya, setelah berumur lanjut atau sakit, baru memiliki perawat pinjaman dari negara tetangga. Setidaknya 1100-1600 per bulan. Jika hanya ingin mencomot tukang bersih kaca atau kamar sampai setrika, satu jamnya ... 10€.
Kemandirian ini sudah ditunjukkan sejak kecil. Anak-anak yang sudah bisa mulai memegang alat makan, dibiarkan makan sendiri di Kinderstuhl. Kursi anak yang ada pengamannya. Biarpun morat-marit, meskipun berlepotan, asal mandiri. Tidak melulu disuapi atau dikejar-kejar sana-sini.
8.Kebersihan dan kerapian nomor satu, sauber.
Pertama-tama, saya sempat kesal dengan sentilan ibu mertua. Bahwa sudut rumah sampai pojok-pojok kaca harus bersih dari debu. Pembersihannya harus rajin dan benar betul. Lambat laun, saya memahami mengapa mereka begitu. Ini demi kesehatan penghuninya, dan segi keindahan jadi lebih menonjol. Tidakmessy. Sekali berantakan, dibilang assi alias assusila, tidak berpendidikan.
Beruntung banyak mesin yang biasa dipakai di rumah; mesin penyedot debu, mesin pencuci pakaian sampai pengeringnya, robot pemotong rumput, alat pembersih kaca dan masih banyak lagi. Meski tinggal pencet, mengerjakan semua seharian tanpa pembantu, dijamin gemporrrr. Jadi nyonya dan pembantu di rumah sendiri. Uhuy.
9.Hampir semua film didubbing dengan bahasa Jerman.
Di tanah air, saya amat menggilai film Hollywood dengan bahasa Inggris. Itu sebabnya saya menyukai bahasa internasional itu. Sembari nonton filmnya, belajar bahasa. Laaaah, ketiban di Jerman. Kacauuu ... dubbing semua. Huuuu. Mana bahasa Jerman saya little-little I can.
Di lain sisi, saya lihat, kecintaan dan kebanggaan bangsa Jerman pada bahasa mereka termasuk tinggi. Ada sih, satu dua saluran TV Jerman yang masih tidak mendubbing beberapa film asing. Tapi kebanyakan, didubbing. Makanya, kalau masuk Jerman dan mau menikah, harus ada ijazah A1. Kalau mau perpanjang visa, sudah dapat B1 belum? Kuliah? C1 ya? Tidak boleh mimpi lama-lama di Jerman kalau belum memilikinya.
10.Jalan tol mulus dan gratis!
Yahhh perbaikan lagi, perbaikan lagi. Tak hanya kota kecil atau kota besar, jalan tol saja selaluuuuu diperbaiki. Mesinnya besar-besar barang 3-5 buah, orangnya cuma duaaaa, pakai libur segala ... (di Indonesia, mesinnya satu orangnya puluhan). Banyak sekali duit negaranya, ya? Barangkali karena pemasukan pajak pemda dari rakyat besar. Lah iya, 30%? Mayan. Dan pastinya duit rakyat kembali kepada rakyat. Adil.
Ada lelucon dari orang-orang di sekitar kami menanyakan kepada saya; „Siapa menteri pekerjaan umum di Jerman?“ Saya jelas tidak tahu. Ternyata jawabannya adalah melenceng, „Umleitung.“ Hah? Umleitung? Itu adalah bahasa Jerman yang berarti jalan sedang diperbaiki dan dialihkan. Papan biasa dipasang di ruas jalan berarti jalan sedang dibenahi, jalan dialihkan. Sebuah tanda panah berwarna kuning bergaris hitam.
Selain sering diudal-udal jalannya, tol di Jerman paling favorit di antara jalan tol EU lainnya. Tahu mengapa? Karena gratis. Pernah ada usulan ada tiket tol, Bu Angela sepertinya tidak setuju. Jangan tanya saya berapa masuk jalan tol di Swiss, Australia, Hungaria dan Italia. Tepok jidat dulu. Eit, jangan coba-coba curi kesempatan. Sekali tidak membayar dan ketahuan waktu kontrol di jalan, pinaltinya dobel triple. Bukannya untung malah buntung. Hati-hati!
Satu tambahan lagi, buat yang sering kebut-kebutan dan jauh dari arena balap. Banyak orang memanfaatkan jalan tol Jerman, karena meski ada aturan jalan 80, 100, 120 km/jam, tetap saja ada jalur yang bebas tanpa batas. Wusss ... wusss ... silakan terbang. Mau 200-250, mangga. Ingat; ngebut benjut.
11.Berkebun dan membuat kue, hobi kebanyakan wanitanya.
Seumur-umur di Indonesia tak pernah berkebun, tidak pula membuat kue sendiri. Paling banter pernah mempekerjakan tukang kebun. Taman depan dan belakang rumah saya tanami puluhan mawar, sayuran dan buah-buahan. Bermain dengan cacing dan tanah.
Pernah membuat kue dengan ibu juga di Semarang; bolu kukus dan bolu loyang sudah itu saja waktu kecil. Begitu di Jerman? Sudah beratus kali saya panggang kue. Dari yang hancur mumur sampai cantik menggairahkan. Membuat kue sepertinya keharusan kalau kita ingin menyatu dengan masyarakatnya. Betapa tidak? Mulai dari acara anak-anak di TK sampai acara kampung, semua membutuhkan ketrampilan membuat kue. Sumbangan kue. Mosok membeli. Malu.
12.Tabu merayakan ultah sebelum waktunya.
Orang Jerman merasa bahwa ulang tahun adalah hari keramat. Jangan coba-coba mengucapkan sebelum hari H. Ini pamali. Tabu, mendahului Tuhan. Tidak boleh.
Sedangkan melupakan hari ulang tahun orang terdekat dan tersayang adalah hal yang memalukan. Jangan lupa mencatat dalam kalender dan atau pada HP.
Hadiah ultah untuk laki-laki biasanya anggur, Wein atau minuman keras lainnya. Kado coklat banyak diberikan di antara kemungkinan hadiah yang lain. Sedangkan anak-anak di daerah saya, sudah mulai menyukai pemberian berupa kupon belanja (Gutschein) atau tiket lainnya (berlibur, bermain, berenang).
13.Cinta hewan dan lingkungan
Sungguh. Saya mengakui bahwa bangsa Jerman amat mencintai hewan seperti anjing dan kucing. Kalau hewan ini mati, dunia seperti runtuh. Anjing termasuk sahabat setia orang Jerman. Jenis anjing Sheperd yang paling mengerikan. Mulai dari wajah dan penampilan sampai ketinggiannya yang kalau berdiri menyamai pintu rumah orang!
Meski memiliki anjing itu repot dan mahal, kena pajak. Tetap saja cintanya tingkat tinggi. Untuk memiliki anjing harus mendaftar di pemda setempat, diberi nomor yang harus direkatkan di leher untuk identifikasi (kadang pakai chip di telinga), jalan-jalan 3 kali sehari untuk BAB dan BAK (di mana harus diambil dengan tangan berplastik dan dibuang di tempat sampah), kalau mau bepergian jauh atau berlibur panjang kudu menitipkan di Hunde hotel (tempat penitipan hewan piaraan dengan bea tertentu).
Selain itu, kecintaan pada hewan juga dicerminkan dari rambu lalin kodok, burung dan kijang. Waaaduh pernah kaget nyetir, mak slenthirrr ada rusa lewat. Saya jadi tahu kagetnya suami saya di Hungaria tempo lalu waktu nyetir. Mak srunthulll, rusa bertanduk! Begini rasanya disapa rusa.
Salut. Lingkungan amat dijaga. Sampah dipilah dalam beragam tong berwarna beda. Untuk menebang pohon saja ada ijinnya, ada SIM nya dan ... tentu UUD. Bayar. Dan masih banyak pengetahuan ramah lingkungan warganya (dari kanak-kanak sampai lansia); tidak boleh bakar plastik, lebih baik jalan kaki daripada naik kendaraan bermotor,mencuci mobil di tempat pencucian khusus yang mengolah limbah airnya tersertifikasi dan masih banyak lagi.
14.Budaya barter
Karena pemberitaan media massa yang menyayangkan pembuangan barang-barang yang masih layak pakai/konsumsi ... muncullah beragam bursa barter, tukar menukar. Mulai dari makanan dan minuman (foodsharing.de), barang rumah tangga dan buku (give box), iklan kecik di koran dan majalah (Umtauschbörse) dan masih banyak lagi ... termasuk tukeran istri (Frauen umtausch, program TV untuk mengetahui kenyataan bahwa bagaimanapun istri sendiri lebih top).
15.Budaya minum kopi
Kaffe trinken adalah budaya minum kopi/teh ditemani kue/kek pada sore hari. Acara ini bisa untuk dalam rangka ulang tahun, selamatan pembaptisan sampai usai acara kematian.
Mengapa Kaffe bukan Tee (teh)? Selama ini, hanya saya saja yang selalu minum teh. Teh sepertinya lebih menjadi budaya orang Asia (China, Indonesia, India, Bangladesh). Sedangkan kopi (Espresso, Latte Machiatto, Cappucino) lebih disukai orang Jerman dan Eropa.
16.Budaya say it with flower.
Ada kawan sakit di rumah sakit? Jangan bawa blek roti. Ini mah budaya di kampung saya dulu. Pernah relawan Jerman sakit di Semarang. Dia kaget dibesuk relawan tanah air yang membawa parcel isi roti dan buah. Bunganya mannnaaa??
Bahkan membawa buah-buahan pun kadang tidak disukai di sini karena takut ada penyakit dibawa dari luar. Sudah kondisi lemah dan sakit tambah sakit. Makanya, orang lebih menyukai diberi bunga.
Pemberian bunga ternyata tidak hanya untuk menjenguk orang sakit, bagi yang sedang ultah, baru dikunjungi, naik jabatan, berprestasi, kematian ... mereka akan mendapatkan bunga!
17.Budaya Telanjang, Frei Korper Kultur
FKK alias Frei Korper Kultur. Frei=bebas, Korper=badan, frei=telanjang, bebas. Saya tidak tahu ini budaya dari Jerman betul atau tidak. Karena bahasa Jerman digunakan pula di Swiss, Australia, Italia ... Frei Korper Kultur ini bisa jadi merupakan budaya bangsa-bangsa EU juga. Hanya saja, di daerah Bodensee (Sußenmuhle) ... satu jam dari rumah adalah tempat terkenal untuk berjemur dengan keadaan telanjang. Sesekali, undangan akan disebar lewat media massa seperti koran dan radio. Ini bukan tabu. Ini tradisi. Kalau tidak telanjang malah malu-maluin. Ini terlihat pada iklan sepatu Z (di mana tukang pos antar barang, melewati orang-orang yang bugil dan akhirnya ia disuruh melepas semua pakaiannya dan teriak, berlari bersama kardus pembungkus paket).
***
So, siapa bilang bangsa Jerman tidak berbudaya? Ketujuhbelas fakta yang saya temukan selama ngenger di negeri asing ini, membuat saya berbagi di sini.
Terima kasih kepada kompasianer M yang inbox dan tanya saya soal fakta tentang orang Jerman. Jadi artikel untuk semua. Janji saya lunas, fakta ala saya. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Selamat pagi, Jerman. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H