Kami perhatikan seorang perempuan cantik dengan tutup kepala. Ia duduk bersama seorang pria. Pria itu tiba-tiba meninggalkannya dan datang dengan 5 buah kardus styrofoam isi makanan Indonesia! Anak-anak mengira si mbak makannya banyak. Haha rupanya, itu makanan untuk teman-temannya yang akan manggung di acara "Indonesischer Abend 2016" di Darmstadt.
Tak berapa lama, grup datang. Mereka duduk menempati kursi yang sudah dibooking dari tadi. Khusus untuk grup pencak silat, begitu tulisannya di badan kursi.
Setelah makan, grup berganti pakaian. Saat sendirian, saya ajak ngobrol si mbak cantik. Ya, ampuuuunn... rupanya, mereka adalah didikan pak Joko Suseno. Pendekar utama itu tentunya bersabuk hitam. Sedangkan pacar si mbak, seorang trainer, bersabuk biru dengan beberapa melati.
Kok bisa, ya, bule eh maksudnya orang Jerman pada kesengsem sama pencak silat aliran Tapak Suci (yang notabene berasas Islam, Muhammadiyah). Bahkan mereka tak segan-segan untuk mengunjungi Indonesia untuk latihan luar. Mulai dari Jakarta, Yogyakarta dan Bali.
Dalam wawancara kilat dengan MC, usai pentas, mereka bercerita tentang pengalamannya latihan Tapak Suci. Semua mengatakan, luar biasa. Ada kesenangan yang mereka nikmati.
Apalagi kalau ujian mendapatkan melati. Harus rajin latihan biar tidak lupa dan lolos. Iya, dalam pentas misalnya, salah satu pesilat tidak konsentrasi, ya... kipasnya jatuh dan tersenyum malu.
Eh. Ada pesilat yang mengaku bahwa ilmu mereka ini menarik karena meski tanpa senjata tajam, ada trik dan energi supaya tetap bisa melawan musuh. Ketika menggunakan senjata seperti tongkat atau pisau pun juga seru. Menantang.
Siapa pak Joko?
Pak Joko ini kelahiran 1963. Sudah mulai mengikuti training sebagai pelatih agar boleh melatih di luar negeri sejak 1990. Jadi tak heran kalau pernah jadi pelatih di Belanda dan sekarang, Jerman. Bahkan menjadi juri lomba olah raga bela diri internasional di Belanda, Belgia, Jerman, Austria dan Spanyol.