Gereja tua berdentang 12 kali. Sudah tengah malam. Maja melirik Rama yang tertidur manis, di sebelah kiri dekat jendela. Dikecupnya sekali. Si pria merubah posisi, membelakangi Maja.
Entah mengapa hari itu, Maja tak bisa tidur. Berkali-kali ia memencet remote TV, memindah chanel ke sana-ke mari. Tak ada film bagus! Sebal. Dimatikan saja TV layar tipis itu, sekarang juga. Mencoba untuk mengatupkan mata sembari berdoa lalu menghitung angka. Tetap sia-sia.
Udara dingin yang menyelinap dari jendela yang sedikit terbuka itu, perlahan menghembus ke dalam ruangan. Bulu kuduk Maja berdiri. Ditariknya selimut hingga menutup separoh muka. Hangat mulai merayapi kulitnya yang putih. Tak lama, dua menit sudah, Maja hampir saja terlelap hingga tiba-tiba sebuah bunyi mengusik telinga:
“Kresek-kresek ...“ Suara gaduh dari luar jendela itu lambat laun semakin jelas. Mata Maja terbuka. Bulat seperti bola ping-pong. Degup jantung Maja seperti sapi dibalur cabai. Cepat, semakin cepat, lalu menukik.
Sunyi.
Beberapa menit berlalu, Maja menutup mata. Otaknya masih mencoba mengira-ira bunyi apa yang barusan didengarnya.