Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tanam Tanaman dan Bunga Plastik

23 September 2014   23:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:47 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, suami ribut mau bikin taman di kantornya yang mini. Sudah saya peringatkan soal masa depan tanaman kalau dipaksa ditanam di ruangan yang tak banyak cahaya, dingin dan ... sering kelupaan siram air. Tanaman bisa mati, kasihan. Sudah buang energi, buang uang pula.

Yaaa, I know him well. Kalau sudah punya keinginan, maju terus pantat mundur. Kami pun berbelanja tanaman dan bunga di toko khusus tanaman, Garten center.  Jadilah taman mini yang indah di sebuah pojok dekat sofa oranye. Karena sedang sibuk pekerjaan lain, saya hanya bantu angkat-angkat pot dan meratakannya. Saya pikir, membantunya kalau sudah selesai. Ehhhh, tak mau tunggu, sudah tanam-tanamlah suami. Done.

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Dan akhirnya, terjadilah seperti yang saya khawatirkan.

“Buk, tanamannya mati.“ Mukanya sedih. Kalau begini, biasanya mukanya tampak lebih tua dari usianya. Saya turut prihatin meski saya mau ketawa lepas rasanya. Jaga perasaan.

“Lupa siram, ya? Sudah mama kasih tahu papa musti 2 kali seminggu siramnya, pak.Kalau dua minggu sekali itu beda hasilnya. Saya jadi ingat kasus matematika di FB dan K yang menghebohkan tanah air. 2x1 atau 1 x 2? Hahhahaha ... ngitunga dhewe.

***

Dan bukan suami saya kalau langsung patang arang. Rawe-rawe rantas. Dia membeli penyiram tanaman otomatis, seperti mesin pemberi makan ikan otomatis yang dia beli sebelumnya (dan berhasil). Hasilnya? Dalam hitungan harian OK ... tapi ...

“Buk, kok tetap mati, ya tanamannya.“ Suami saya menggerutu. Kepalanya memang tak menggeleng, tapi saya yakin ada kebingungan di sana.

“Walah, mesin masih kalah sama manusia ya, Pak.“ Mesinnya memang otomatis memberi siraman air kalau tanah terdeteksi dalam keadaan kering. Saya lagi-lagi pamer padanya pada tanaman, bunga, buah yang saya tanam masih banyak yang hidup daripada yang mati. Indah, malah.

“Tanganku tidak hijau seperti punyakmu.“ Ia memegang tangan saya yang mungil dan coklat warnanya.

“Ohhhh, di bawah ada cat hijau kok, pak. Mau diwarnai?“ Godaan saya berhasil membuatnya tertawa dan menggigit saya, pelan. Dia tahu kalau saya sedang ingin mengganggunya dengan humor maton.

***

Beberapa hari lalu, suami saya tampak ceria. Mau tahu alasannya? Taman mungilnya sudah bagus lagi. Duhhh, wajahnya tampak lebih muda. Kalau dahulu harus mencabuti dan membuang yang pada mati. Sekarang sudah indaaaah, deh, tamannya.

Mengapa?

Karena ia menuruti nasehat saya untuk menanam tanaman dan bunga plastik yang sering saya lihat di toko dan swalayan. Sekali beli, seumur hidup tak akan mati, kecuali kalau terbakar. Selamat mencoba. Siang semuanya ... (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun