Membuat buku independen, tak sekedar soal menulis dan sedia bea. Tenaga, pikiran, marketing, promosi dan tetek bengek lainnya menjadi PR seorang penulis indie. Bahkan setelah buku terbit.
Setelah membuat buku independen, salah satu langkah promosi yang saya lakukan adalah mengenalkan buku saya di tempat saya tinggal. Untuk meraih Indonesia, memang agak susah. Kecuali lewat maya.
Salah satu promosi saya adalah dengan membedah buku (di lingkungan tempat tinggal saya dan universitas Konstanz di Jerman dan di Indonesia (lewat blog dan radio). Saya memang bukan dokter, tapi membedah buku sendiri pasti tetap bisa dilakukan tanpa sekolah di kedokteran terlebih dahulu. Wong buku bikin sendiri, pasti tahu dalamnya. Diterawang bareng-bareng. Ini baik untuk masukan membuat buku di masa mendatang.
Nah, sebelum menyelenggarakan acara bedah buku atau mengikuti acara bedah buku di radio, ada beberapa langkah yang saya lakukan:
1.Menghubungi radio lewat telepon. Lewat email biasanya lama, bahkan tidak dibalas. Lewat saluran langsung internasional yang bertarif murah dari Jerman, saya berhasil menghubungi radio Smart FM Jakarta dan di radio Edutop FM Semarang.
2.Pengajuan tidaklah mudah. Selain saya ini penulis pupuk bawang, abal-abal, ternyata yang antri untuk ikut bedah buku seminggu sekali, pastilah banyak. Saya sabar menunggu dan rajin menanyakan. Butuh komunikasi yang bagus antara kita dengan radio. Jangan sampai tidak tahu jadwal bedah buku, jangan-jangan satu jam sebelumnya baru tahu. Haha. Repot lagi kalau ada perbedaan waktu karena letak negara yang berbeda.
3.Sembari menunggu penetapan jadwal, saya baca lagi buku yang saya tulis. Waduh, lebay juga, 310 halaman. Sedangkan pekerjaan menumpuk. Kalau mau, pasti bisa. Ini membantu saya memahami isi dan mengingat apa yang saya tulis dalam buku. Note kecil saya buat untuk pegangan. Barangkali lupa.
4.Selain itu, saya tanya dan baca lagi kesan pesan dari para pembeli dan pembaca buku saya, sebagai tambahan yang bisa menjadi bahan obrolan.
5.Karena berada di luar negeri, jelas tidak mungkin untuk datang langsung atau mendengarkan langsung. Terima kasih kepada teknologi internet yang canggih. Dengan menggunakan radio streaming, acara bisa berjalan lancar. Saya persiapkan peralatan seperti komputer dan perekam. Saya menggunakan perekam quickvoice di Ipad. Kelemahannya adalah hanya bisa mendengar ulang tapi tidak bisa mengambilnya sebagai data. Ada die, saya rekam dengan video di alat kamera saja. Jadi.
6.Menggunakan wontube free video converter untuk mengubah video menjadi suara, saya pilih save sebagai MP3. Ini bisa di down load gratis lewat app.
7.Setelah menjadi suara, saya kolaborasikan dengan gambar yang saya inginkan, dengan imovie.
8.Saya up load di youtube dengan klik embed dengan kode lama, agar bisa diposting di facebook atau Kompasiana.
9.Seru, lho! Rekaman ulang itu bisa sebagai dokumentasi penting. Selamat mencoba.
Nah, bagi yang belum mencoba radio talk dalam rangka membedah buku yang sudah ditulis atau sedang akan terbit ... rasakan sensasinya. Dan jadi tahu, bahwa setelah menulis buku, tidak selesai begitu saja. Masih banyak jalan yang harus ditempuh. Selamat sore.
Ps; Selamat menikmati rerun; bedah buku saya „38 Wanita Indonesia Bisa“ pada hari Jumat, 30 Mei 2014 yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H