Kami sudah sering lewat München alias Munich, tetapi belum pernah sekalipun memarkir mobil dan berjalan-jalan. Untunglah kesempatan emas itu datang, senang rasanya menelusuri gang-gang di sekitar pusat kota dan tentunya Marienplatz, sebuah alun-alun yang banyak dikunjungi wisatawan asing dan lokal. Bangunan kuno dan ornamen yang ada amat mempesona hati. Ya ampun …
[caption id="attachment_138643" align="aligncenter" width="649" caption="Ornamen yang indah dan menyejukkan di Marienplatz"][/caption]
Usut punya usut, kota ini juga merupakan kota yang paling kondang dengan perayaan Oktoberfest-nya. Oktober festival adalah sebuah pesta yang diadakan selama beberapa minggu antara bulan September dan Oktober. Bahkan Pesta Oktober ini merupakan festival terbesar di dunia karena jutaan pengunjung yang membanjiri kota tiap tahunnya. Kalau di kampung saya, Oktoberfest-nya tanggal 1 Oktober 2011, mini sekali ... is OK better than nothing.
Back to Münich, usai puas mampir di Hard Rock cafe, kami mengintip Hofbräuhaus. Disana berjibun orang duduk manis dengan menggenggam mug raksasa berisi bir. Beberapa pelayan wanita mengenakan pakaian khas Jerman, Dirndl (red: http://sosbud.kompasiana.com/2011/09/14/mengikatkan-tali-dirndl-jerman-di-belakang-bisa-dikira-janda/). Hebatnya, para wanita yang kebanyakan berambut emas serta berdada dan berpantat penuh itu begitu terampil dan cekatan mengantar sepuluh gelas di kedua tangan. Ini berarti, satu gelas berisi satu liter bir disekatkan di tiap jari tangan sampai ke meja tamu! Saya angkat satu saja sudah ndredeg (red: gemetar, saking beratnya). Tapi tenang, saya tidak meminumnya he he he … takut mabuk.Menurut suami saya, bir yang disediakan tidak seperti alkoholfrei (red: tanpa alkohol) yang kadang-kadang dia minum. Keistimewaan Oktoberfest ternyataadalah tersedianya bir dengan rasa dan kandungan alkohol yang lebih pekat dan keras.
[caption id="attachment_138644" align="aligncenter" width="665" caption="Hofbräuhaus"][/caption]
Well … mug-mug jumbo dengan beragam gambar seperti yang saya lihat di tempat minum itu, kami koleksi sejak tahun kemarin lantaran ulang tahun suami saya yang ke-40 bertepatan dengan suasana Oktober fest.Jenis tempat minum-nya macam-macam; ada yang dari keramik dan ada yang dari gelas yang transparan.
[caption id="attachment_138645" align="aligncenter" width="300" caption="Gelas bir transparan"][/caption] [caption id="attachment_138646" align="aligncenter" width="300" caption="Mug bir jumbo"][/caption]
Berhubung bir adalah minuman khas Jerman, ini dijadikan daya tarik tersendiri festival ini. Masih membekas di kepala saya saat kami mengikuti Oktoberfest di Würmlingen, dimana walikota yang lengkap dengan baju Bayern dan celana kulitnya, meresmikan acara dengan memukul bagian bawah drum bir kecil berbahan kayu hingga berlubang. Pemimpin daerah itu berteriak "O'zapft is!" (red: dalam Bahasa Bavaria berarti telah dibuka). Grup musik menyambutnya dengan alunan instrumen yang tradisional. Para hadirin termasuk kami bertepuk tangan, tanda gembira mengiringi pak Wali yang mengisi gelas-gelas yang tersedia dengan bir lengkap dengan busanya yang mumpluk (red: berbuih)
Bagi pengunjung yang tidak berkenan meminum bir, bisa memesan minuman ber-köhlensäure (red: ber-gas) seperti Apfelschörle (red: dari bahan apel) atau limonade, sembari melahap penganan tradisional Jerman seperti Würst (red: sosis dari babi, sapi, campuran atau unggas), Hähnchen (red: ayam goreng), Spätzle (red: mie Jerman) atau Sauerkraut (red: salat dari ramuan cuka dan kol putih). Yang terakhir mana tahannnn …kecute, rek sampek merem melek! (red: sangat asam rasanya, sampai mata berkelap-kelip).