Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Rose RTC] Ting Tong Tong

18 September 2016   18:05 Diperbarui: 19 September 2016   02:06 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

September.

“Ting Tong Tong“ Bunyi bel pintu rumah dipencet. Aku paling benci mendengar bunyi bel itu karena artinya; aku harus menghentikan apa yang kukerjakan di komputer kesayanganku, keluar dari kamar, turun ke bawah dan menuju pintu utama!

Kesal. Untuk sekian menit, imaginasi karangan fiksiku akan terpenggal. Menulis, melupakan Bernhard yang memilih wanita berkebangsaan Rusia itu, ketimbang aku.

Jam dua siang. Kulirik jam dinding di dekat pintu. Kubuka daunnya, kutemukan sosok yang hampir saja bikin jantungku copot. Pria yang wajahnya mirip Bernhard! Kuusap mataku berkali-kali. Barangkali aku salah lihat. Pria di depanku memang mirip Bernhard!

“Selamat siang. Ada paket untuk Gladiol Pancawijaya.“ Tukang pos itu menyebut namaku dengan lucu. Nama khas Indonesia yang alfabetnya tak sama. Susah lafalnya. Entah mengapa aku tidak tertawa. Wajahku cemberut, rambutkupun kusut.

Aku hanya mengangguk. Menandatangani mesin konfirmasi dan menutup pintu. Ekor mata tukang pos itu masih memandangiku di antara jepitan pintu dan palangnya. Perlahan-lahan, langkahnya meninggalkan halaman depan apartemen yang masih penuh dengan mawar, meski musim gugur telah datang.

Tak percaya dengan pemandangan yang baru saja kutemui, kusibak tirai jendela dekat pintu. Ah, bukan. Itu bukan Bernhard. Cara berjalannya beda!

Aku mendesah .... entah mengapa pikiranku masih saja berdansa dengannya. Bernhard sudah lama pergi. Tuhan, kesadaranku belum juga tiba.

***

Seminggu berlalu, Bernhard dan pria berwajah mirip Bernhard itu masih menari-nari di dalam otakku.

“Ting-tong-tong.“ Jam dua siang. Aku meloncat kegirangan. Kuharap, itu tukang pos yang sama;  berseragam coklat dan berwajah mirip Bernhard. Sebab tak tahu namanya, kujuluki dia, September. Bulan di mana aku bertemu dengannya untuk pertama kali. Kupandangi cermin di kamar, kubenahi pakaianku. Cantik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun