Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Riabägoaschter Schnitzä, Festival Mengukir Gula di Jerman

22 Oktober 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dahulu, jika membaca dua kata pertama pada judul tersebut, saya selalu merasakan sensasi tertekuk lidah karena susahnya dalam pengucapan vokal dan konsonannya, terutama untuk ä (red: ae) dan sch (red: Shhh …). Haduh, kalau keyboard laptop Indonesia, nyungsep dimana hurufnya ya?

OK, seperti tahun yang sudah-sudah, kami berlima mengikuti kegiatan yang diikuti masyarakat di kawasan Baden Württemberg, Jerman. Pesertanya adalah lelaki dan perempuan berusia 2 sampai 99 tahun ini. Jadi tak heran jika anak yang baru saja belajar berbicara atau opa-opa juga menampakkan batang hidungnya.

[caption id="attachment_143199" align="aligncenter" width="636" caption="Pengumuman Riabägoaschter di buletin kota"][/caption]

Iklan kegiatan tersebut dipasang di buletin kota dan beberapa sekolah. Batas pendaftaran hanya seminggu saja, ini demi memudahkan panitia dalam menyediakan Zuckerrübe atau disebut Riabä (red: dalam bahasa Schwabish) hasil panen klub, roti dan sosis, serta minuman gratis!

Zuckerrübe adalah sebuah tanaman dari golongan Beta Vulgaris yang menjadi bahan pembuat gula di Jerman pada jaman dahulu, yang memiliki kandungan konsentrat sukrosa alami yang tinggi. Buah setinggi regangan 1-3  jari orang Jerman ini, mengingatkan kita pada tanaman singkong, wortel atau ketela rambat dimana bagian atasnya adalah dedaunan, sedangkan yang dimanfaatkan adalah bagian yang terpendam didalam tanah. Tiga negara penghasil Zuckerrübe terbesar didunia adalah EU, Amerika dan Rusia. Selama tinggal di Indonesia, saya belum pernah melihat tanaman ini. Setahu saya, gula ya dari perasan tebu, hmmm … kangen tebu, hiks.

[caption id="attachment_143201" align="aligncenter" width="676" caption="Rübben"][/caption]

Riabägoaschter Schnitzä sendiri merupakan acara tahunan Narrenverein (red: klub karnaval) yang berdiri sejak tahun 1982 di kota SO dan Obst und Gartenbauverein kota SO (red: klub bercocok tanam).

So so so … pada hari H, 21 Oktober 2011 di Gemeindezentrum (red: LKMD) jam 18.00 para peserta sudah berebut memilih Zuckerrübe baik yang berwarna ungu atau oranye. Dengan sigap semua memilih tempat di meja sepanjang 6 meter yang disediakan panitia. Tiga baris mejanya dipenuhi Zuckerrübe dengan peralatan yang ada; cetakan kue beraneka bentuk dari aluminium, sendok es krim, pisau, tusuk gigi dan beragam pernak-pernik penghias lainnya. Lilin dan korek api (yang nantinya disulut dibagian dalam tengah Zuckerrübe) disediakan oleh panitia.

[caption id="attachment_143203" align="aligncenter" width="637" caption="Bersama-sama mengukir gula"][/caption]

Tangan-tangan mulai cekatan mengiris Zuckerrübe menjadi dua. Bagian pertama lebih pendek seperti halnya untuk topi, bagian kedua lebih panjang. Lalu kedua bagian dalamnya yang putih berasa manis, dikerok hingga tipis (bagian bawah untuk tempat lilin). Biasanya panitia memberikan jatah waktu 30-60 menit saja, jadi harus cekatan dalam mengerok.

Selanjutnya bagian wajah dilubangi sedemikian rupa menyerupa wajah Göaschter (red: hantu dalam bahasa Schwabish) lengkap dengan kedua mata, hidung dan mulut (dan atau telinga). Cetakan aluminium biasanya digunakan untuk model indera tersebut dan digambar dengan spidol, lalu dipotong.

[caption id="attachment_143206" align="aligncenter" width="637" caption="Hasil ukiran siap difoto bersama pengukirnya"][/caption]

Usai schnitzä (red: ukiran) final, tiap peserta dipersilahkan untuk duduk didepan pintu untuk difoto satu persatu. Baru nanti foto bersama dengan seluruh peserta sembari mengucapkan “Ameisen, tscheise” (red: awas, banyak semut) bukan „cheese“ (red: keju).

Bagi yang peserta yang berminat dipersilahkan untuk tinggal ditempat hingga pukul 20.00, dimana para Geistertänzer (red: para penari tarian hantu) akan melakukan uji coba tarian sebelum acara yang akan datang. Selamat datang, Helloween!

Wow! Riabägoaschter Schnitzä, sebuah tradisi masyarakat modern yang membangun kreativitas dan kebersamaan yang patut dilestarikan … das ist super duper! Klasse! Danke!

Sumber: pengalaman pribadi dan beberapa terjemahan bebas tentang rübben di Wikipedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun