Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Putri Topeng

25 Februari 2014   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393262711922918223

Matahari mulai menyingsing, menerangi belahan dunia lainnya dan menggelapkan sebagiannya di mana putri Topeng berada. Lega, hari sudah mulai malam. Mentari telah terbenam. Sang putri topeng masuk ke peraduan. Diletakkannya topeng yang seharian dipakai. Arghhh. Berat dan pengap rasanya, memakai tutup di permukaan wajahnya. Tetapi ini satu-satunya yang bisa dilakukannya. Putri harus menutupi wajahnya!

[caption id="attachment_324476" align="aligncenter" width="640" caption="Selamat tinggal topeng ..."][/caption]

Putri topeng, begitu panggilannya. Ia ini sedari kecil diberi sebuah topeng oleh orang tuanya. Tepatnya, ini kebiasaan dari orang tua yang malu memiliki keturunan tidak seperti harapan. Si putri tersadar ternyata ... orang tuanya benar; wajahnya memang buruk dan harus ditutupi dengan topeng!

“Ah, mengapa Tuhan menciptakanku dengan wajah yang buruk? Aku malu, aku harus selalu berpura-pura dengan topeng yang berat ini.“ Begitu selalu putri ucapkan di depan cermin. Satu-satunya cara adalah mengenakan topeng demi menutupi wajahnya yang tak sempurna.

Tahun demi tahun, putri Topeng tumbuh dewasa.Raja dan Ratu mencarikan teman dalam hidup. Digaungkanlah gender untuk mengumumkan sebuah sayembara.

TONG TONG TONG ....

“Barang siapa yang tidak akan terkejut ketika memandangi putri membuka topengnya, jika laki-laki akan menjadi suaminya serta kelak berhak mendampingi putri Topeng untuk menjadi Ratu, setelah orang tuanya mangkat. Jika perempuan, akan diangkat sebagai saudara tiri dan hidup di dalam istana.“

Ratusan pemuda dan pemudi dari berbagai negeri berduyun-duyun datang ke istana. Satu per satu, semua gagal. Semua peserta selalu terkejut masuk ke kamar putri, apalagi melihat sang putri membuka topengnya yang luar biasa indah itu. Putri topeng sungguh buruk rupa!

Tak seorangpun lolos memenangkan sayembara. Putri sedih, raja pun putus asa. Akhirnya, putri Topeng memutuskan untuk meninggalkan istana dan mengembara demi melupakan kesedihannya dan mencari pasanga jiwa yang sebenarnya.

Bulan demi bulan mengembara, putri Topeng tak kembali juga. Raja dan permaisuri hanya bisa memandangi topeng-topeng koleksi sang putri yang memang sengaja ditinggal di kamarnya. Hancur hati pasangan kerajaan. Berkeping-keping jadinya.

Ya. Putri Topeng ingin menjadi diri sendiri, hidup di masyarakat tanpa topeng yang menutupi keburukan parasnya. Topeng-topeng itu tergolek di kamarnya, sebagai tanda melawan keinginan orang tuanya untuk selalu menutupi wajahnya.

Demi mempertahankan hidup, putri yang hanya ditemani kuda untuk menjadi tunggangannya itu, menumpang di beberapa rumah rakyat yang ditumpanginya. Banyak orang yang menaruh belas kasihan padanya. Putri Topeng memang sengaja berpenampilan seperti rakyat jelata. Tanpa berlian dan permata, tak ada pula topeng yang menutupinya. Putri Topeng memperkenalkan diri sebagai si Buruk Rupa. Namun karena perangainya yang baik dan tutur katanya yang halus, serta rajin membantu pekerjaan rumah orang yang ditumpanginya, membuat orang-orang yang ditemuinya sangat menyukainya.

Hingga akhirnya, ia menetap di sebuah pedesaan yang banyak dihuni masyarakat dan peternakan. Di sanalah putri Topeng alias si Buruk Rupa mengadu nasib. Hingga suatu hari, seorang anak pemimpin desa, jatuh hati padanya.

„Bagaimana mungkin engkau mencintai gadis buruk parasnya seperti aku?“

„Sudah bertahun-tahun engkau tinggal bersama kami. Kami mengenalmu. Aku memperhatikanmu. Engkau sungguh seorang wanita yang cantik hati dan pikirannya. Itulah yang paling utama. Ini tak bisa dibandingkan dengan kecantikan wajah putri di belahan dunia manapun tapi memiliki perangai jahat dan bodoh pula. Aku pikir, engkaulah gadis yang paling cocok untuk mendampingiku memimpin desa saat ayah nanti sudah tak lagi kuasa. Aku ingin meminangmu.“

“Apakah aku bermimpi?“

“Tidak. Engkau ada di dunia nyata. Engkau bisa pegang kata-kataku....“

Sebelum pesta perkawinan adat berlangsung, ada satu permintaan putri Topeng kepada si pemuda, untuk bersama-sama menemui orang tuanya. Si pemuda anak kepala desa mengangguk setuju. Merekapun menunggang kuda bersama menuju ke utara.

Saat tiba di sana, betapa terkejutnya sang pemuda, karena ternyata, si gadis buruk rupa yang akan dipinangnya adalah putri raja! Istana megah menjadi sebuah pemandangan mata yang mempesona. Kedatangan mereka disambut para pengawal dan menghadapkan pada Raja di singgasananya. Putri topeng segera menceritakan kisah pengembaraannya hingga bertemu dengan si pemuda dan membawa mereka untuk kembali ke istana. Raja dan permaisuri merasa sungguh gembira bahwa jodoh putri mereka telah tiba. Tanpa topeng! Tak pula melihat gelimang harta yang dirahasiakan putri sebagai warisan untuknya. Cinta yang datang itu bukan dari wajah atau harta yang melimpah. Cinta si pemuda desa sungguh murni dari dasar hati.

Tanpa menunggu waktu, pernikahanpun dilangsungkan di istana dan mengundang orang tua si pemuda desa dan masyarakat yang telah lama mengenal si Buruk Rupa. Putri Topeng dan si pemuda desa pun hidup bahagia di dalam istana hingga memiliki keturunan dan menggantikan Raja saat Raja mangkat.(G76)

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun