Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Prostitusi via BBM-WA Indonesia vs Peppr Jerman

13 Mei 2015   16:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431509661247715168

Kompas TV mengusung Kompasianer untuk berpartisipasi aktif lewat hangout pada hariSelasa, 12 Mei 2015 pukul 19.00-20.00 atau di tempat saya pukul 14.00-15.00, membahas prostitusi on line. Apakah dengan gemparnya berita itu akan memberhentikan praktek serupa di masa mendatang? Semoga tidak ada ide pemda melegalkan prostitusi. Serem.

Berikut pengalaman saya mengikuti siaran live streaming -nya. Seruuuu ....

Gangguan teknis

Pukul 11.15 waktu Jerman. Kaget. Ada pesan dari Mas Kevin, menanyakan apakah saya mau ikut hangout. Pasti mau dong tapi mikir anaknya dititipin siapa?

“Kapan, Mas?“ Saya yang baru saja datang dari mengajar bahasa linggis di VHS, nyambi masak sop Tortellini sambil buka FB.

“Dua jam lagi“ Pesan berikutnya segera terbaca. Saya kejengkang. Glodhakkkk. Walaaaahh... saya baca materi di internetnya ngebut. Online prostitusi Indonesia, Jerman... gagal paham. Sambil lirik jam sebentar lagi jemput anak yang TK. Lalu menyiapkan makan siang. Sebentar kemudian kirim lagi ke sekolah siang. Halaaaah. Mas Kevin sabar menunggu.

Setelah semua beres, saya ngadep komputer. Sudah lama tidak ikut hangout bingung. Link undangan ikut hangout terkirim. Kenapa suara tak terdengar? Mana PC rebutan sama suami yang katanya hari ini sibuk meeting, balik ke rumah.

“Minggir Pak, mau siaran.“

“Sebentar, Buuuu. Penting....“ Dua lembar surat kantor sudah dicetak. Ia yang hendak pergi ke bea cukai saya gondheli karena masalah teknis.

“Mbak ada nomor HP?“ Demi mengatasi masalah teknis, tim Kompas TV mau telepon HP. Nomor segera saya sampaikan. Dengan kode 49 bukan 69.

“Ini nomor mana ya, Mbak?“ Si mas bingung.

“Jerman...“ Gubraaak. Hahaha... kalau telepon dari Jakarta bisa kesedot pulsanya ya, Mas. Tarif telepon Indonesia masih mak wusss (?), “Saya telpon dari Jerman saja ya Mas, lebih murah.“ Kami pun berbincang saat iklan. Ganti head set ke handsfree HP, restart ... jian ... tidak jenak, deg-degan. Mac Pro. Piye iki? Tapi show must go on ... hahaha... figuran-figuran bergembira.

Akhirnya pada babak terakhir, bisa! Alhamdulillaaahhh ... ya, ampun.

Begitulah. Kompasianer satu per satu sudah memberikan pendapat, usul, pertanyaan, usai ada perbincangan dengan Mbak Roro Fitria (yang tampilannya bikin Mas Rahab ngiler).

Giliran saya ditanya mbak penyiar. Mong-ngomong, kok saya merasa tidak jelas mendengar suara sendiri ya? Kata teman-teman sih terdengar. Walah beda dengan siaran sebelumnya... Yo wis. Lain kali harus lebih baik teknisnya biar konsentrasi. Selain tadi kesikut, dadakan. Tidak mengikuti perbincangan dari awal. Terputus.

Sebelum usai, crew Kompas TV bilang, partisipan kali ini comel semua. Hahaha ... mau ngakak waktu chat tentang sesuatu yang menggelepar, Mas Rahab yang kebelet pipis dan pesanan paket dari Jerman ke Indonesia pakai UPS. Itu tuh ....

[caption id="attachment_417194" align="aligncenter" width="448" caption="Bingung? Tak perlu download aplikasi Peppr, pak."][/caption]

Prostitusi Online di Jerman, Peppr

Nah, kalau kasus Obbie dengan 200 PSK via BBM dan WA itu sedang banyak dibahas di Tanah Air karena dianggap melanggar KUHP pasal 296 dan 506 dengan menarik keuntungan dari perbuatan cabul dan diancam hukuman paling lama satu tahun, ini akan berbeda jika terjadi di Jerman. Negeri modern dan maju yang nilai, norma dan budayanya beda dengan kita. Mereka melegalkan praktek prostitusi (bukan di bawah umur) sejak tahun 2002, tidak akan menuntut atau memberi hukuman bagi mucikari atau pekerja seks. Sedangkan Indonesia, psssttt ... TST tahu sama tahu.

Jual-beli seks online Peppr adalah inovasi terbaru Jerman. Itu sudah bukan rahasia lagi. Simak saja web aplikasinya. Konsumen atau penjualnya tak hanya wanita tapi juga pria.

Data dalam aplikasi tersebut memuat profile, pricing and extras dan availability. Contoh profil (dengan gambar yang bisa komplit, dengan wajah tertutup, kaki, dada, punggung, perut atau tangan saja) adalah sebagai berikut:

Wild cat

SexFemale

Age22

Bust sizeA

Height178 cm

Location5000 km, Mitte, Berlin

Figurethin

Hair colorBlond

LanguagesGerman, English, Russian

Descriptionsexy

Untuk pricing dan extras, jika tarif yang dipasang Obbie adalah 8-200 juta (termasuk bea hotel bintang lima) per tiga jam, di Jerman termasuk lebih murah dan pilihan bervariasi. Hanya butuh USD 7-14 per transaksi yang harus dibayar prostitusi online. Sedangkan konsumen membayar 10 € untuk dibagi agen/PSK dan pihak Peppr.

Tarif PSK on line-nya bisa dilihat dalam data (Julia 200€, Angel 400€, Wendy 450€ ...).

Lalu availabiliy atau kapan bisa dipakai, tertulis jelas;

NextSa 11 a.m.in 72

Availability: amhours

Prior notice:24h

Saturday11.00-16.00

Na ja. Praktek legal prostitusi ini disebut-sebut menyumbang devisa negara Jerman, puluhan miliar setahun dari setidaknya 400.000 pekerja seksnya.

Mengapa ada aplikasi mobile itu? Co founder, Pia Poppenreiter dari Berlin mengatakan bahwa ia melihat adanya kenyataan tak enaknya PSK menunggu pelanggan di luar dengan dinginnya malam dan buruknya cuaca. Pemikiran lain adalah dengan online, dianggap tidak akan ada paksaan untuk melakukan transaksi, ada kenyamanan pada PSK.

Jadi tak sekedar Blackberry dan Whatsapp seperti di Tanah Air yang dipraktekkan Obbie dan para pekerjanya. Ini lebih tertata dan terbuka. Kabarnya, PSK diberikan keleluasaan untuk PD dan menyadari profesinya lewat smartphone.

Lokalisasi di Jerman

Prostitusi di negeri sosis itu sudah dimulai sejak jaman tengah.

Sekarang, setidaknya ada sekitar 3000 red light districs yang tersebar di seluruh 16 negara bagian Jerman. Dipastikan ini menjadikan negeri tumpangan saya sebagai negeri bordil terbesar sedunia. Dalam beberapa reportase dengan kamera tersembunyi di TV Jerman, kebanyakan mereka adalah wanita Eropa timur. Bahkan beberapa di antara mereka susah berbahasa Jerman dan tidak memiliki dokumen resmi. Kadang kucing-kucingan.

Wanita-wanita (dan para pria) itu tentu saja memiliki kelebihan fisik (alami atau buatan) yang menjadi modal utama bisnis esek-esek, bisa wajah yang aduhai, bisa bagian tubuh lainnya yang seksi atau pengalaman bermain seks yang dahsyat. Cara bersyukur orang di dunia memang berbeda ....

Oh, ya, dari ribuan lokalisasi itu, ternyata hanya ada 44 yang terdaftar asuransi. Bagaimana dengan pendampingan soal kesehatan? Bagaimana dengan resiko seks bebas? Mandiri?

Kemudian, di mana sajakah letak ribuan lokalisasi Jerman itu?

1. Aachen.

2. Baden-Baden.

3. Berlin.

4. Bielefeld.

5. Böblingen.

6. Sindelfingen

7. Leonberg

8. Bochum

9. Bonn

10.Braunschweig

11. Bremen

12.Bremerhaven

13.Darmstadt

14.Dortmund

15.Dresden

16.Düsseldorf

17.Duisburg

18.Erfurt

19.Essen

20.Flensburg

21.Frankfurt-am-Main

22.Friedrichshafen

23.Hagen

24.Hamburg

25.Hamm

26.Hannover

27.Heidelberg

28.Heilbronn

29.Karlsruhe

30.Kassel

31.Kiel

32.Koblenz

33.Köln

34.Krefeld

35.Leipzig

36.Lübeck

37.Lüneberg

38.Mainz

39.Mannheim

40.Minden

41.München

42.Mönchengladbach

43.Mühlheim

44.Nürnberg

45.Oberhausen

46.Oldenburg

47.Osnabrück

48.Paderborn

49.Passau

50.Pforzheim

51.Regensburg

52.Reutlingen

53.Rostock

54.Saarbrücken

55.Sindelfingen

56.Stuttgart

57.Trier

58.Tübingen

59.Ulm

60.Wiesbaden

61.Würzberg

62.Wuppertal

dan masih banyak lagi....

Selain lokalisasi, hadirnya sex shop menjadi bumbu sedap dalam kehidupan seks orang Jerman yang multi kulti (dari beragam bangsa; pecahan Rusia, Asia, Eropa Timur, Afrika dan lainnya). Saya pernah sekali masuk. Heboooh!

Jadi kalau mas Rahab Ganendra atau tim Kompas TV yang sudah di atas 18 tahun mau ke Jerman, saya ajak mblusuk ke sana. Lihat boleh, pegang jangan. Janji. Okey? (G76)

Sumber:

Peppr; kerja seks dan pesan seks on line.

Alamat lokalisasi Jerman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun