Kompas TV mengusung Kompasianer untuk berpartisipasi aktif lewat hangout pada hariSelasa, 12 Mei 2015 pukul 19.00-20.00 atau di tempat saya pukul 14.00-15.00, membahas prostitusi on line. Apakah dengan gemparnya berita itu akan memberhentikan praktek serupa di masa mendatang? Semoga tidak ada ide pemda melegalkan prostitusi. Serem.
Berikut pengalaman saya mengikuti siaran live streaming -nya. Seruuuu ....
Gangguan teknis
Pukul 11.15 waktu Jerman. Kaget. Ada pesan dari Mas Kevin, menanyakan apakah saya mau ikut hangout. Pasti mau dong tapi mikir anaknya dititipin siapa?
“Kapan, Mas?“ Saya yang baru saja datang dari mengajar bahasa linggis di VHS, nyambi masak sop Tortellini sambil buka FB.
“Dua jam lagi“ Pesan berikutnya segera terbaca. Saya kejengkang. Glodhakkkk. Walaaaahh... saya baca materi di internetnya ngebut. Online prostitusi Indonesia, Jerman... gagal paham. Sambil lirik jam sebentar lagi jemput anak yang TK. Lalu menyiapkan makan siang. Sebentar kemudian kirim lagi ke sekolah siang. Halaaaah. Mas Kevin sabar menunggu.
Setelah semua beres, saya ngadep komputer. Sudah lama tidak ikut hangout bingung. Link undangan ikut hangout terkirim. Kenapa suara tak terdengar? Mana PC rebutan sama suami yang katanya hari ini sibuk meeting, balik ke rumah.
“Minggir Pak, mau siaran.“
“Sebentar, Buuuu. Penting....“ Dua lembar surat kantor sudah dicetak. Ia yang hendak pergi ke bea cukai saya gondheli karena masalah teknis.
“Mbak ada nomor HP?“ Demi mengatasi masalah teknis, tim Kompas TV mau telepon HP. Nomor segera saya sampaikan. Dengan kode 49 bukan 69.
“Ini nomor mana ya, Mbak?“ Si mas bingung.
“Jerman...“ Gubraaak. Hahaha... kalau telepon dari Jakarta bisa kesedot pulsanya ya, Mas. Tarif telepon Indonesia masih mak wusss (?), “Saya telpon dari Jerman saja ya Mas, lebih murah.“ Kami pun berbincang saat iklan. Ganti head set ke handsfree HP, restart ... jian ... tidak jenak, deg-degan. Mac Pro. Piye iki? Tapi show must go on ... hahaha... figuran-figuran bergembira.
Akhirnya pada babak terakhir, bisa! Alhamdulillaaahhh ... ya, ampun.
Begitulah. Kompasianer satu per satu sudah memberikan pendapat, usul, pertanyaan, usai ada perbincangan dengan Mbak Roro Fitria (yang tampilannya bikin Mas Rahab ngiler).
Giliran saya ditanya mbak penyiar. Mong-ngomong, kok saya merasa tidak jelas mendengar suara sendiri ya? Kata teman-teman sih terdengar. Walah beda dengan siaran sebelumnya... Yo wis. Lain kali harus lebih baik teknisnya biar konsentrasi. Selain tadi kesikut, dadakan. Tidak mengikuti perbincangan dari awal. Terputus.
Sebelum usai, crew Kompas TV bilang, partisipan kali ini comel semua. Hahaha ... mau ngakak waktu chat tentang sesuatu yang menggelepar, Mas Rahab yang kebelet pipis dan pesanan paket dari Jerman ke Indonesia pakai UPS. Itu tuh ....
[caption id="attachment_417194" align="aligncenter" width="448" caption="Bingung? Tak perlu download aplikasi Peppr, pak."][/caption]
Prostitusi Online di Jerman, Peppr
Nah, kalau kasus Obbie dengan 200 PSK via BBM dan WA itu sedang banyak dibahas di Tanah Air karena dianggap melanggar KUHP pasal 296 dan 506 dengan menarik keuntungan dari perbuatan cabul dan diancam hukuman paling lama satu tahun, ini akan berbeda jika terjadi di Jerman. Negeri modern dan maju yang nilai, norma dan budayanya beda dengan kita. Mereka melegalkan praktek prostitusi (bukan di bawah umur) sejak tahun 2002, tidak akan menuntut atau memberi hukuman bagi mucikari atau pekerja seks. Sedangkan Indonesia, psssttt ... TST tahu sama tahu.
Jual-beli seks online Peppr adalah inovasi terbaru Jerman. Itu sudah bukan rahasia lagi. Simak saja web aplikasinya. Konsumen atau penjualnya tak hanya wanita tapi juga pria.
Data dalam aplikasi tersebut memuat profile, pricing and extras dan availability. Contoh profil (dengan gambar yang bisa komplit, dengan wajah tertutup, kaki, dada, punggung, perut atau tangan saja) adalah sebagai berikut:
Wild cat
SexFemale
Age22
Bust sizeA
Height178 cm
Location5000 km, Mitte, Berlin
Figurethin
Hair colorBlond
LanguagesGerman, English, Russian
Descriptionsexy
Untuk pricing dan extras, jika tarif yang dipasang Obbie adalah 8-200 juta (termasuk bea hotel bintang lima) per tiga jam, di Jerman termasuk lebih murah dan pilihan bervariasi. Hanya butuh USD 7-14 per transaksi yang harus dibayar prostitusi online. Sedangkan konsumen membayar 10 € untuk dibagi agen/PSK dan pihak Peppr.
Tarif PSK on line-nya bisa dilihat dalam data (Julia 200€, Angel 400€, Wendy 450€ ...).
Lalu availabiliy atau kapan bisa dipakai, tertulis jelas;
NextSa 11 a.m.in 72
Availability: amhours
Prior notice:24h
Saturday11.00-16.00
Na ja. Praktek legal prostitusi ini disebut-sebut menyumbang devisa negara Jerman, puluhan miliar setahun dari setidaknya 400.000 pekerja seksnya.
Mengapa ada aplikasi mobile itu? Co founder, Pia Poppenreiter dari Berlin mengatakan bahwa ia melihat adanya kenyataan tak enaknya PSK menunggu pelanggan di luar dengan dinginnya malam dan buruknya cuaca. Pemikiran lain adalah dengan online, dianggap tidak akan ada paksaan untuk melakukan transaksi, ada kenyamanan pada PSK.
Jadi tak sekedar Blackberry dan Whatsapp seperti di Tanah Air yang dipraktekkan Obbie dan para pekerjanya. Ini lebih tertata dan terbuka. Kabarnya, PSK diberikan keleluasaan untuk PD dan menyadari profesinya lewat smartphone.
Lokalisasi di Jerman
Prostitusi di negeri sosis itu sudah dimulai sejak jaman tengah.
Sekarang, setidaknya ada sekitar 3000 red light districs yang tersebar di seluruh 16 negara bagian Jerman. Dipastikan ini menjadikan negeri tumpangan saya sebagai negeri bordil terbesar sedunia. Dalam beberapa reportase dengan kamera tersembunyi di TV Jerman, kebanyakan mereka adalah wanita Eropa timur. Bahkan beberapa di antara mereka susah berbahasa Jerman dan tidak memiliki dokumen resmi. Kadang kucing-kucingan.
Wanita-wanita (dan para pria) itu tentu saja memiliki kelebihan fisik (alami atau buatan) yang menjadi modal utama bisnis esek-esek, bisa wajah yang aduhai, bisa bagian tubuh lainnya yang seksi atau pengalaman bermain seks yang dahsyat. Cara bersyukur orang di dunia memang berbeda ....
Oh, ya, dari ribuan lokalisasi itu, ternyata hanya ada 44 yang terdaftar asuransi. Bagaimana dengan pendampingan soal kesehatan? Bagaimana dengan resiko seks bebas? Mandiri?
Kemudian, di mana sajakah letak ribuan lokalisasi Jerman itu?
1. Aachen.
2. Baden-Baden.
3. Berlin.
4. Bielefeld.
5. Böblingen.
6. Sindelfingen
7. Leonberg
8. Bochum
9. Bonn
10.Braunschweig
11. Bremen
12.Bremerhaven
13.Darmstadt
14.Dortmund
15.Dresden
16.Düsseldorf
17.Duisburg
18.Erfurt
19.Essen
20.Flensburg
21.Frankfurt-am-Main
22.Friedrichshafen
23.Hagen
24.Hamburg
25.Hamm
26.Hannover
27.Heidelberg
28.Heilbronn
29.Karlsruhe
30.Kassel
31.Kiel
32.Koblenz
33.Köln
34.Krefeld
35.Leipzig
36.Lübeck
37.Lüneberg
38.Mainz
39.Mannheim
40.Minden
41.München
42.Mönchengladbach
43.Mühlheim
44.Nürnberg
45.Oberhausen
46.Oldenburg
47.Osnabrück
48.Paderborn
49.Passau
50.Pforzheim
51.Regensburg
52.Reutlingen
53.Rostock
54.Saarbrücken
55.Sindelfingen
56.Stuttgart
57.Trier
58.Tübingen
59.Ulm
60.Wiesbaden
61.Würzberg
62.Wuppertal
dan masih banyak lagi....
Selain lokalisasi, hadirnya sex shop menjadi bumbu sedap dalam kehidupan seks orang Jerman yang multi kulti (dari beragam bangsa; pecahan Rusia, Asia, Eropa Timur, Afrika dan lainnya). Saya pernah sekali masuk. Heboooh!
Jadi kalau mas Rahab Ganendra atau tim Kompas TV yang sudah di atas 18 tahun mau ke Jerman, saya ajak mblusuk ke sana. Lihat boleh, pegang jangan. Janji. Okey? (G76)
Sumber:
Peppr; kerja seks dan pesan seks on line.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI