Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Perayaan Hari Buruh yang Damai

3 Mei 2014   03:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman banyak mengeluh soal hari buruh, lewat FB. Ada yang terjebak macet. Ada yang telat karenanya, ada yang tidak mengerti mengapa harus libur dan seterusnya. Sedangkan di Turki, menurut teman-teman di Jerman yang asli sana, mengabarkan bahwa demo terjadi di mana-mana. Saya melihat laporannya di salah satu saluran TV Jerman. Lempar batu, ada api, ban dibakar, gerombolan orang berdemo ... dan sejenisnya.

Sepertinya, perayaan hari buruh yang tidak diinginkan oleh beberapa orang. Bagaimana dengan di Jerman, di tempat saya?

Damai, damai sekali. Kompasianer boleh saja mengidamkannya. Tapinya, di kota besar lain di Jerman seperti Hamburg, Berlin ... sama saja, demo-ribuan demonstran-polisi. „Gute Arbeit, Soziales Europa“ (Kerja yang pantas, Eropa yang sosialis), begitu mottonya, kota kecil-kota besar, sama saja.

Iya, upah minimum 8,50€ per jam tanpa perkecualian, uang pensiun yang cukup untuk hidup, investasi training, kontrak kerja yang adil, kehidupan pribadi seimbang dengan jam kerja yang lebih baik, tidak ada diskriminasi (gaji) untuk perempuan dan masih banyak keinginan para pekerja di Jerman. Kalau saya bandingkan dengan di tanah air, sudah lebih dari cukup lah. Apalagi menimbang gaji yang diterima, fasilitas yang diterima, dengan bea hidup (sandang, pangan, papan) cukup seimbang. Bahan makanan di Jerman tak mahal-mahal amat. Malah lebih murah dibandingkan negara EU lainnya. Heran.

[caption id="attachment_334450" align="aligncenter" width="512" caption="Perayaan hari buruh dengan sajian musik asyik."][/caption]

***

Kamis, 1 Mei 2014. Pemda sudah membuka acara di panggung. Kami datang agak terlambat. Waktu datang, musik jazz sudah menyambut kami. „Just the two of us.“ Tangan, kaki dan kepala jadi goyang-goyang. Irama memang menyenangkan hati .... nggak panas.

Wow ... tidak seperti biasanya. Di tengah-tengah, dahulu, ada bar minum bir dengan bartender yang mahir putar botol dan meramu minumannya. Atau aneka penganan Jerman yang digelar di sana. Sekarang? Justru makanan halal yang ada! Senangnyaaaaa. Mulai dari Lamancun, pizza ala Turki. Kami amati cara membuatnya. Mereka memasak sambil ngobrol dengan bahasa Turki. Unik. Terus ada Weinblätter ... namanya apa, ya dalam bahasa Turki? Kue-kue khas Turki juga tak ketinggalan. Lalu ikan dora goreng sampai teh ala Turki. Semua dibandrol dengan harga murah meriah mulai 1-1,50€. Dan meja dan kursi panjang (Biergarten Tisch und Bänke) banyak diduduki para pria, yang dari wajah dan bahasanya adalah warga Turki. Beberapa perempuan, memakai jilbab. Yang laki-laki, kebanyakan menggunakan setelan jas. Hal yang tak lumrah dilihat di Jerman. Biasanya jas begitu hanya dipakai pada acara resmi seperti pernikahan, pembukaan, kematian dan sejenisnya. Barangkali ini memang tradisi bangsa Turki. Jadi ingat di tanah air. Dan memang masyarakat mereka banyak ditemui di kota Tuttlingen. Mereka ini nampaknya dari persatuan masjid (Mosee) Tuttlingen.

[caption id="attachment_334451" align="aligncenter" width="320" caption="Main sepeda di alun-alun pada may day."]

13990366241204835384
13990366241204835384
[/caption]

[caption id="attachment_334452" align="aligncenter" width="512" caption="Menikmati hari buruh dengan damai."]

1399036656206521131
1399036656206521131
[/caption]

[caption id="attachment_334453" align="aligncenter" width="512" caption="Cara membuat pizza Turki oleh para muslimah."]

13990367121940914502
13990367121940914502
[/caption]

Anak-anak kecil bermain di alun-alun, yang bisa dilihat di internet lewat CCTV yang dipasang di Rathaus (kantor pemda setempat). Di depan gedung itu, ada Maibaum. Pohon Mei yang dipasang setiap tanggal satu, dengan pita biru (warna area Bayern?) dan lambang-lambang daerah yang memiliki hubungan dengan Tuttlingen. Daun hijau dan pita di sana-sini. Pada pemasangannya pada tanggal 1 Mei, biasa membutuhkan para lelaki kuat. Cara menariknya dengan hitungan. Ada komandannya. Supaya tak salah atau miring pohonnya. Atraksi yang menarik. Saya pernah menyaksikannya di Würmlingen dan Seitingen, kalau yang Tuttlingen selalu ketinggalan.

Kami menyingkir dari kerumunan. Anak ragil memang sedang senang main sepeda. Ia baru saja menaiki sepeda dengan keseimbangan rata. Tanpa roda bantu (stutzräder). Horeeee ... alun-alun yang luas menjadi lahannya untuk training. Hoppalaaaa!

Setelah dua jaman berada di seputar alun-alun, kami pulang. Apalagi tanda-tanda hujan segera datang. Rintiknya sudah mulai berjatuhan. Meski tipis. Iringan musik lambat laun menghilang. Kami sudah sampai di tempat parkir.

Hmmm ... suami saya menikmati sekali hari buruh. Tanggal 1 Mei, no work! Geniess es! Enjoy. Tidak ada macet, tiada demo. Hidup terasa aman, nyaman, semakin damai. Waktunya kembali ke alam. Pulang ke rumah, dengan suasana serba hijau dengan gunung dan hutan.

Demikian cerita saya saat menikmati hari buruh sedunia dengan damai. Saatnya jadi tukang kayu lagiiiiii. Pause sudah habis. Selamat sore. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun