Event Hari Ibu yang saya gelar bersama mbak Jetty Maika, balerina Indonesia dari Jakarta yang sekarang tinggal di New York menemani anaknya untuk sekolah balet, telah berakhir.
Hari ini, Rabu 25 Mei 2016 pukul 18.45. Kini saatnya diumumkan, siapa saja yang menerima hadiah buku “Bertahan di Ujung Pointe“, sebuah buku yang menceritakan tentang perjuangan meraih prestasi puncak di dunia balet, hingga generasi penerus. Memang tidak ada makan siang yang gratis, pepatah Indonesia. “Von nichts kommt nichts“ kata orang Jerman.
Setelah mengumpulkan, membaca, sharing, chatting dan email antara kami berdua, dengan ini kami beritahukan daftar peserta cerpen balet {Jetty Maika} dan opini mbak Jetty Maika, selaku mantan prima balerina Namarina di eranya, sebagai berikut:
1. Desol (34 votes) - Odile Menangis
Komentar: Penulis berani menyatukan kisah (karakter) tarian Swan Lake dalam ceritanya. Haru biru perasaan penulis terasa dan sebetulnya penulis jelas ikut merasakan bahwa "Sam" punya hati yang tidak terucapkan, dan itu menggelitik.
Soal "fakta" yang sedikit melenceng adalah Wilis. Wilis itu istilahnya adalah arwah yang gentayangan dari gadis-gadis yang mati karena patah hati dan balas dendam, jadi kalimat "Wilis putih yang belum ternoda kebencian" rasanya tidak tepat. Itu menjadi agak rancu karena Wilis dan Giselle adalah cerita dari balet Giselle, sedangkan Odette dan Odile dari kisah “Swan lake“.
2. Imas Siti Liawati (9 votes) - Olin
Komentar: Cerita balet yang sederhana tapi mengena karena memang demikian adanya perjuangan seorang penari. Penonton bisa saja terkagum-kagum dengan penampilan balerina atau pementasan di panggung. Bagaimana dengan kenyataan di belakang panggung? Pengorbanan yang tiada henti melatarbelakangi sebuah pementasan. Setiap balerina berjuang keras untuk menampilkan sajian terapiknya. Di cerpen ini, pembaca diajak merasakan sedikit perjuangan seorang penari, dan seolah muncul harapan agar semakin banyak orang mulai menghargai seni tari balet.
3. Dyah Rina (4 votes) dan (11 votes): Rocking Ballerina (cerpen 1) dan Di Ujung Keraguan Sarita (cerpen 2)
Cerpen pertama
Komentar: Sebuah ide cerita balet yang brillian dan otentik. Menyandingkan balet (klasik) dengan rock, seperti berusaha menyatukan minyak dengan air. Tampaknya tidak mungkin, tapi dalam hal ini penulis membuatnya jadi suatu kemungkinan. Penulis berusaha mencari wawasan tentang nama-nama gerakan balet untuk disertakan dalam tulisan.