Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Nembang di Depan Publik Jerman (Pakai Batuk)

22 Oktober 2015   00:29 Diperbarui: 22 Oktober 2015   00:57 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagunya Shakira atau Katty Perry pasti banyak orang Indonesia tahu dan hafal. Bagaimana dengan tembang macapat? Nembang atau menyanyi lagu macapat memang asli bakalan kalah ngetrend dibanding sama lagu-lagu pop. Lah iya, yang tradisional kebanyakan ditinggalkan generasi baru bahkan generasi lama sekalipun.

Seingat saya, nembang pernah diajarkan saat SD dan diasah waktu SMP. Pernah ikut lomba di tingkat kodya Semarang. Lumayan juara harapan I atau juara IV, daripada juara mengharap? Hayoooo ...

Nah, kalau dulu memperhatikan pelajaran bahasa daerah yang entah sekarang masih ada enggak, pasti ingat dong ... apa saja tembang macapat itu?

Ya, betul. Ada:

  1. Asmaradana (lagu kasmaran)
  2. Dhandanggula (lagu manis/baik)
  3. Durma (lagu marah/serem)
  4. Gambuh (lagu yang pasti/tak ada keraguan)
  5. Kinanthi (lagu mesra)
  6. Maskumambang (lagu kasihan, bermantra).
  7. Mijil (lagu muncul)
  8. Pangkur (lagu sarat pesan/isyarat).
  9. Pocung (lagu suasana santai/lucu-lucuan)
  10. Sinom (lagu anak muda).
  11. Megatruh (lagu prihatin).

Masih bisa rengeng-rengeng atau senandung “nana-nanana“? Atau masih hafal liriknya? Oh, nö. Jelas saya nggak hafal semua. Yang seneng saja yang masih diingat. Lainnya lunturrrr seperti bedak yang kepanasan mentari.

Nah, dari kesebelas tembang macapat tadi, ada empat yang saya pilih untuk dipamerkan ke publik Jerman pada acara pesta kuliner Indonesia (Indonesien; Kulinarises Fest) di Konstanz tanggal 26 September yang lalu yakni; Gambuh, Mijil, Pangkur dan Pocung.

Weleh nggaya. Opo isa. Beneran nggak bohong! Bisa. Saya benar menyanyikannya setelah acara pamer mbatik selesai.

Ket:  Maaf saudara-saudara, nembang pakai seret dan batuk ... 

Pertama Pangkur:

Sekar Pangkur kang winarna

(nasihat dibalut dengan tembang pangkur)

lelabuhan kang kanggo wong aurip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun