Komentar seperti, “harusnya tulisan di bukumu tuh niru punya Andrea Hirata, bukan cuma begitu ...“, atau ketika ada teman yang saya tanya, sudah punya bukuku belum?
“Belum... tapi aku sudah punya bukunya Zara Zettira, Ayu Utami, Pramoedya Ananta Noer ... seru!“
“Mau punyakku?“
“Nggak ah ... nanti-nanti saja.“
Saya, melongo tapi nggak kayak kebo. Sedih? Pasti! Tapi bukan berarti mematahkan semangat saya untuk terus menulis. Oh, tidak boleh. Rugi!
Kalau dibilang penulis, sepertinya saya belum jadi lah yaaaa. Baru tahap belajarrrr. Saya anggap tulisan saya, buku-buku saya... itu baru wujud hobi dan memanfaatkan waktu luang serta kebosanan rutinitas yang dijalani. Biar hidup semakin berwarna. Nggak cuma ada hitam dan putih saja.
Yup. Saat ini saya sedang menyelesaikan dua naskah buku. Semoga keduanya bisa terbit tahun ini, paling telat Januari. Memanage waktu? Keriting! Mana anak-anak minggu ini libur musim dingin lagi. Belum pekerjaan rumah tangga, bantu suami dan tanaman ... OMG! Tapi justru itu yang membuat hidup saya berlanjut dan motivasi mengisi hari dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat selalu ada. Efisiensi waktu. Nggak hanya homesick meluluuu ....
Tuhan tidak akan membukakan jalan dan kasih kesempatan kalau kita jadi bagian dari golongan orang malas dan cepat menyerah sebelum berusaha. Yang sedang patah semangat, ayo jump and run!
Nah, nampknya mbak Andi, adalah salah satu teman yang memiliki aura positif. Ia mampu memberikan motivasi kepada orang-orang di sekitarnya. Tak terkecuali saya. Setelah pernah memberi kesempatan bedah buku di ruang kelasnya di sekolah tinggi di Konstanz tahun lalu, menari di festival kuliner Indonesia tahun ini ... mbak Andi nggak kapok kasih kesempatan agar saya bisa tampil dalam acara “Vorlesetag“ di Konstanz.
Vorlesetag dari kata vorlesen=membacakan (buku) dan Tag=hari. Jadi hari itu adalah hari di mana kami berempat membacakan sebuah buku yang dipilih dan dibacakan dalam dua bahasa. Dari bahasa asli dan juga terjemahan (boleh bahasa Inggris atau Jerman).
Sebentar ...