Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Memutuskan Berhenti di Puncak Kesuksesan

20 Juli 2014   22:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:46 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14058428421276619175

Bosan kerja di kantor bersama tim dan ingin pensiun agar banyak waktu di rumah, tidak terkekang atau bisnis sendiri? Bagaimana rasanya pensiun dini? Beberapa orang bercerita kepada saya, “Menyenangkan, hidup jadi lebih hidup. Saya menikmati hari dengan santai.“

Phillip Lahm adalah kapten kesebelasan timnas  Jerman yang menjadi salah satu orang yang barusan pensiun dini dan menggemparkan massa sejak Jumat, 18 Juni 2014. Ia telah siap dengan beragam pertanyaan orang-orang tentangnya, yang pasti shock dengan keputusan pribadi ini.

Alles gute und danke, Lahm. Sukses dalam segala hal dan terima kasih, Lahm.

***

Siapa Philipp Lahm?

Saya pernah membahas pemain timnas Jerman; Michael Ballack, Thomas Müller, Manuel Neuer dan Miroslav Klose. Tiap orang memang unik, kesamaannya mereka membela Jerman dalam beragam pertandingan sepak bola.

Sekarang yang sedang jadi buah bibir di Jerman bahkan dunia, adalah kapten Philipp Lahm. Lahm adalah nama keluarganya, dalam bahasa Indonesia artinya daging domba. Favorit saya.

Kalau sedang menonton timnas Jerman ini bermain, saya amati, Lahm paling pendek. Padahal tinggi pria pendukung tim Bayern München itu tingginya 170 cm. Badan boleh kecil, prestasi atau otaknya yang panjang. Orang memang tak boleh memandang kemampuan dari bentuk fisiknya.

Lahm lahir dari orang tua yang ternyata juga memiliki darah sepak bola. Bapaknya memang seorang yang tekun di jagad teknik tapi pernah main bola dalam beberapa pertandingan. Ibunya, pelatih di klub sepak bola pemula di München di mana Lahm memulai hari pertamanya berlatih tendang bola dalam hidup. Pantas sekali kalau ia berbakat!

Untuk soal pendidikan formal. Ia lulusan Realschule, yang artinya ini hanya sampai kelas 10, bukan Gymnasium (kelas 13). Tapi niatannya demi mendidik anak-anak di dunia untuk mencapai bintang di langit, sangat tinggi. Lihatlah bagaimana kiprahnya dalam yayasan Philipp Lahm. Philipp Lahm Stifftung ini membantu anak-anak dalam mengembangkan olahraga dan kemampuan lainnya. Ini dimulainya pada kunjungan ke Afrika Selatan tahun 2007. Di sanalah ia melihat kenyataan banyak penderitaan manusia dalam hidup dan anak-anak yang membutuhkan uluran tangan manusia lain untuk meraih masa depan. Ini sama halnya dengan Manuel Neuer Kids Foundation.

[caption id="attachment_348774" align="aligncenter" width="384" caption="Berhenti di puncak kesuksesan (dok.FC Bayern München)"][/caption]

Berhentilah di puncak kesuksesan

Saya masih ingat betul wawancara saya dengan juara dunia German wheel, Kathrin Schad. Perempuan yang tidak tinggi-tinggi amat itu memutuskan untuk berhenti sebagai atlet di usia 27 tahun. Keputusan ini diambil pasca kemenangannya di kejuaraan German wheel di California, USA tahun 2013 yang lalu. Ia berhasil mencapai posisi puncak seperti yang ia impi-impikan. Kalau biasanya ia hanya menang kelas single, ia berhasil meraih keduanya; single dan grup kombinasi. Permintaan berhenti jadi atlet dan fokus ke kehidupan pribadi selalu ditekankan sang bunda, tahun-tahun sebelumnya. Tapi ia tak mau karena cita-citanya belum teraih, ia belum puas. Begitu ia benar-benar jadi nomor satu sedunia dan merasa mantap di puncak kesuksesan, ia pensiun di bawah usia 30 tahun. Sebenarnya, masih banyak perlombaan lokal dan satu kejuaraan internasional sebagai peluang meraih medali. Tidak, cukup sudah. Lebih baik berhenti di puncak kesuksesan. “Das ist die richtige Zeit für mich“ Inilah saat yang tepat, katanya ketika saya dan banyak orang menanyakan hal ini.

Kejadian ini hampir mirip dengan kapten kesebelasan Jerman, kapten Lahm. Keputusannya setelah bermain 299 kali, benar-benar mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali sang pelatih Joachim Löw. Lahm sudah mengutarakan pada bapak asuhnya itu pada hari Senin, 14 Juli 2014 (hari mega perayaan kemenangan timnas Jerman di Jerman) dan resmi mundur 18 Juli 2014. Lagi-lagi, kalimat yang saya dengar dari juara dunia; “Das ist die richtige Zeit für mich“ , inilah saat yang paling tepat.Padahal, kontraknya sudah diperpanjang 2 tahun, sampai 30 Juni 2018. Meski menyayangkan pensiun dini Lahm yang umurnya baru 30 tahun itu, Löw menghargai keinginan anak buahnya. Bahkan ia yang akan merasa kehilangan, Lahm dianggapnya sebagai contoh atlet impian (seperti ditekankan oleh presiden DFB Wolfgang Niersbach); yang bisa diajak berdiskusi, berkarakter, cerdas, berkelas, punya banyak waktu dan tenaga bermain. Hal itu sebagai prasyarat kuatnya sebuah tim. Dan mereka berhasil meraih apa yang diinginkan, merebut juara dunia pada pertandingan di Brasil. Menurut SWR3 yang saya dengar di mobil, permainan ke-300 timnas Jerman, tanpa Lahm. Tigaratus, nomor cantik.

Tentu saja pensiun dini Lahm berbeda dengan pensiunnya kapten terdahulu, Michael Ballack. Kepergiannya bukan pada saat tim di puncak kesuksesan. Justru waktu itu tim sedang membutuhkan nahkoda yang baik menuju cita-cita yang diharapkan. Ia pernah dikecam banyak orang sebagai sosok yang egois dan arogan. Ia tetap lenggang kangkung. Saya tidak tahu hubungan ini dengan iklan yang dibintanginya, Ab in der Urlaub, ayo segera liburan saja. Situs pencari tiket berlibur itu seolah-olah menggambarkan orang tak usah capek-capek kerja keras dalam hidup tapi juga butuh relaksasi. Kalau kebanyakan libur jadi terlihat malas. Kalau kebanyakan kerja jadi terkesan workaholic. Itu menurut pendapat saya.

Tapi sekali lagi, keputusan pensiun dini setelah di puncak kesuksesan atau sebelumnya, urusan pribadi masing-masing.

Siapa yang pantas jadi pengganti Phillip Lahm?

Sebuah tim tanpa pemimpin pasti seperti tubuh tanpa kepala, mau jalan ke mana? Itulah sebabnya sedang dijajaki pendapat masyarakat tentang siapa yang pantas menjadi penerus Lahm. Kalau saja saya Löw, saya pasti tahu karakter anak buah jadi lebih mudah menentukan atau sekedar usul. Semoga pemilihannya demokratis dan membawa kebaikan.

Jika kompasianer ingin memberikan kontribusi mini, silakan berpartisipasi untuk mengusulkannya di sini. Barangkali akan membawa peruntungan yang baik. Doa dan harapan yang luas untuk sepak bola timnas jerman ini.

1.Manuel Neuer

2.Sami Khedira

3.Mats Hummels

4.Bastian Schweinsteiger

5.Per Mertesacker

6.Mesut Özil

7.Thomas Müller

Tujuh kandidat. Tujuh, nomor pembawa keberuntungan. Semoga bukan Müller atau Neuer, karena beban dan image mereka sebagai pencetak gol dan penjaga gawang sudah berat. Menjadi Kapiten, tambah stress, beban bertambah ... takut tidak konsen. Tugas dan tanggung jawab utamanya semoga tak terabaikan.

Entahlah apakah yang saya lihat sebuah signal, bahwa Kapten kesebelasan akan ada di pundak Basti. Dalam penyerahan piala di lapangan, tampak Schweinsteiger ini paling dominan mengangkat piala di depan wartawan dan milyaran penonton sedunia, bukan Lahm. Padahal Lahm adalah kaptennya. Memang setiap pemain memegang dan berfoto bersama benda emas itu tapi Bastianpaling banyak berfoto dengannya. Yang paling semangat dan gembira luar biasa. Ekspresinya tertangkap beragam video dan kamera. Semoga saya salah sangka. Ah, kita tunggu saja nanti. (G76)

Sumber:

1. SWR3

2.Mundurnya kapten Lahm

3.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun