Pukul 07.30 nol derajat celcius, waktunya mengantar anak-anak. Saya sudah jereng ember besar warna hitam bekas menari bersama grup Aerobik Januari lalu (buat tatakan bola gymnastik yang dipukul stick, berfungsi layaknya drum). Yaaaah ... nggak bisa. Matahari kann masih condong, terbit dari barat ... belum ada di tengah-tengah. Yang kelihatan hanya wajah kami. Baaaaa ... ada Gana saja. Penonton kecewaaaaa ....
OK. Anak-anak saya antar segera biar tidak telat. Pulangnya; sarapan, bersih-bersih ruang tamu, tempat tidur dan dapur, kemudian menyicil pesanan naskah. Sekitar pukul 10.00, kompasianer Cici mampir ke rumah mengembalikan Anhänger, gerobak aluminium kami untuk mengangkut dua sofa barunya. Saya tunjukkan ember besar untuk gerhana matahari. “Tuh, lihat ada emberrrrr nadahi matahari.“ Dia ngakak. Saya ikut tertawa juga. Namanya juga usahaaaaa. Haha. Tak lama, lalu ia pergi.
[caption id="attachment_404331" align="aligncenter" width="512" caption="Matahari terbenam, satu hari sebelum gerhana matahari di Jerman"][/caption]
[caption id="attachment_404332" align="aligncenter" width="512" caption="Tanggal 20 Maret 2015, pagi."]
![1426859945844180819](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426859945844180819.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_404333" align="aligncenter" width="461" caption="Ember gagal menadah gerhana matahari"]
![1426860019951472467](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426860019951472467.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Membuat Solarscope/Ganascope dalam waktu lima menit
Pukul 10.18, bulik Cici whatsapp, “Gerhana sudah 50%, 15 menit lagi total jo lali di video embernya. Pesen video gerhana matahari 1 bungkus budheee ...“ Saya jawab sekalian, “Ember, mana embeeeeerrr.“
Langit memang agak muram, temaram, redup. Ihhhh, seperti sore hari, tidak seterang tadi pagi-pagi sekali. Saya keluar menuju ember yang saya pindah dari kanan ke kiri, ke depan ke belakang. Halaaah tetap nggak kelihatan yooooo. Pakai kertas aluminium yang dibolongi jarum juga nggak asyik. Pakai teleskop si Binocular juga kok nggak sreg. Saya ada akal. Membuat Solarscope. Penemunya adalah kelompok Astronomische Arbeitsgemeinschaft Mainz e.V.
Pertama, saya sediakan sebuah karton gulung panjang. Kira-kira 1 m. Itu mengingatkan orang yang menyimpan gambar arsitek, gambar/foto biar tidak rusak, atau untuk jasa pengiriman biar tidak rusak selama transport. Saya temukan di gudang tempat suami saya menumpuk karton untuk pengiriman barang ke luar negeri.
Kedua, guntingan kertas oven (Backpapier) warna coklat biasa untuk memanggang kue atau kek di dalam oven. Secukupnya.
Ketiga, kertas aluminium (Alufolie) yang biasa untuk membungkus makanan untuk dibakar di dalam oven. Secukupnya.
Keempat, dua karet gelang.
Kelima, peniti/jarum
[caption id="attachment_404334" align="aligncenter" width="240" caption="Ganascope"]
![1426860094961397394](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426860094961397394.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_404335" align="aligncenter" width="320" caption="Kertas coklat dan kertas aluminium jadi satu lalu ditali gelang"]
![14268601211545221591](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14268601211545221591.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Setelah bahan yang mudah ditemukan di kebanyakan rumah tangga di Jerman itu tersedia, segera saya rakit. Cara pertama, solarscope; kedua kertas dikaitkan dengan karet di kedua sisi (depan dan belakang). Sisi yang ditutupi aluminium yang mengarah ke matahari. Yang ditutupi kertas oven, untuk mata kita. Melihatnya di kertas coklat, ada bundaran kecil warna terang, refleksi dari Matahari di angkasa.
Karena tidak puas dengan temuan itu, saya ubah. Cara saya agak beda; karton gulung ditutup kertas coklat, baru dilapisi kertas aluminium, terus dikencangkan dengan 2 karet yang mengelilingi lingkaran karton gulung. Terakhir, bagian tengah lapisan tersebut saya coblos dengan peniti. Bolongnya keciiiil sekali. Yang ini saya juluki Ganascope.
Taraaaaa ... Solarscope siap mengintip Matahari. Aiiiiih, lucuuuu. Dari lubang kecil tadi ada sinar putih yang refleksinya ada di sampingnya sebuah matahari sabit (rongga karton gulung bagian dalam). Saya amati refleksi matahari. Layaknya matahari dimakan buta rambut geni. Matahari hanya separoh! Lambat laun bertambah gemuk sampai bundar penuh. Semakin bergerak ke sana ke mari, posisi refleksi bisa dekat ke kita, yang ada di 1 meter ujung lainnya. Rongga saya foto pakai HP dengan mata terpejam dan kirim ke suami yang sedang dalam perjalanan. Pakai kamera DSLR nggak berani. Berikutnya, saya kirim ke kompasianer Cici. Nggak ada ember, adanya Ganascope!
[caption id="attachment_404336" align="aligncenter" width="320" caption="Tes ... lubang sebesar jarum"]
![1426860195299277064](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426860195299277064.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_404337" align="aligncenter" width="320" caption="Sekitar pukul 10 an, kurang penuh."]
![14268602591023578265](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14268602591023578265.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_404338" align="aligncenter" width="560" caption="Sekitar pukul 11 an, refleksi di kiri, agak penuh"]
![1426860299511866292](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426860299511866292.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Dapat! Wah yang happy tak hanya saya. Beberapa tetangga sudah berkumpul di dekat pagar salah satu tetangga sambil ngobrol. Mata mereka? Nyantel kacamata khusus. Agak mirip dengan kacamata 3D tapi beda fungsi. Harganya rata-rata 20-80€. Beberapa optik melaporkan bahwa mereka sudah tak punya persediaan lagi alias Ausverkauf! Luar biasa semangat orang-orang Jerman menonton gejala alam ini.
***
Teng-teng-teng sebelas kali. Tanda pukul 11.00 tadi sempat mengagetkan. Gereja memang biasa membunyikan loncengnya tiap jam menunjukkan 00 tepat, 15 menit, 30 menit, 45 menit. Saya intip lagi.
Setengah jam kemudian 11.30, sabit agak gemuk dari pukul 11.00 tadi. Pukul 11.38 matahari hampir penuh lagi. Aduh kapan gelapnya ya? Kelewatan? Beberapa menit sebelum pukul 12.00 sudah kelar.
Begitulah fenomena luar biasa yang diciptakan GustiAllah hari ini. Alhamdulillaaaah bisa menyaksikannya. Dulu waktu kecil lupa gimana, buk ya?
Beberapa orang Jerman mengaitkan gerhana matahari ini dengan lengsernya junjungan tertinggi, Angela Merkel. Disinyalir oleh kabar burung, beliau tidak akan jadi lagi. Kok kayak orang Jawa, ya? Fenomena alam dikaitkan dengan politik. Entahlah. Benar tidaknya bisa ketahuan nanti.
Bagaimana dengan nonton gerhana matahari di sekolah?
Ada media yang menyebutkan beberapa sekolah memberikan pengumuman kepada orang tua murid bahwa akan ada peristiwa gerhana matahari dari pukul 9.20-11.52. Dijelaskan ruangan kelas akan ditutup rapat dengan gorden demi menghindari sinarnya biar tidak mengganggu mata, istirahat 9.00-9.20 dan 11.30-1145 hanya di dalam gedung sekolah, bukan di luar atau di taman.
Sedangkan di sekolah dasar anak-anak kami, tidak ada pengumuman khusus. Hanya diberi tahu untuk membawa kacamata khusus jika punya di rumah untuk nonton bareng Sonnenfinsternis di luar, dikawal kepala sekolah. Acara menonton dipandu guru dengan alat yang disediakan terbatas oleh sekolah dan tambahan kacamata bawaan anak-anak.
Begitu pula di TK. Tidak ada pengumuman khusus. Bedanya, anak-anak TK yang tidak diijinkan di kebun sekolah itu nantinya dikumpulkan di ruangan khusus. Setelah menggambar, ada waktu untuk nobar peristiwa langka gerhana matahari di TV raksasa. Setelah itu kembali ke kelas masing-masing.
Baiklah. Saya sudahi acara mengintip matahari. Saya jemput anak-anak sembari menenteng Ganascope. Haha. Biar anak-anak ikut lihat dari alat buatan ibunya. Seperti mercon bumbung.
Apa kata mereka?
“Cool.“ Dan mereka pun nyerocos tanpa ampun mengisahkan acara mengintip keroyokan di sekolah yang saya sebut di atas tadi. Halahhhh ... wis tau. Jerman akan punya kesempatan melihat gerhana matahari lagi tahun 2081. Masihkah nafas berhembus?
Kini matahari sudah normal kembali. Hanya agak panas (11 derajat C saja tapi sengatannyaaaa, sennggg) dan lebih terang benderang dari kemarin (?) yang sampai 17 derajat C.
Ya. Itulaaah. Mau coba membuat Solarscope (cara 1) untuk gerhana matahari sesuai jadwal di Indonesia seperti Solarscope atau Ganascope (cara 2) tadi? Cepat dan mudah, lho. Selamat membuatnya sendiri, selamat mengintip. Jika nggak yakin buka internet lagi untuk tambah info/rujukan. Selamat siang, Jerman. Malam, Indonesia. (G76).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI