Jumat. Lebaran. Alamaaak, gak bisa mudik pas hari H. Anak-anak belum liburan dan memang jadwal saya buat sedemikian rupa agar semua acara yang diperlukan pas waktunya.
Dan pagi-pagi sudah menelpon bapak-ibu dan saudara-saudara, mengucapkan selamat lebaran, mohon maaf ... sedih juga ya, kalau rumahnya jauh begini. Luar negeri bukan sekedar luar kota, mana tahaaan.
Ya, udah. Idul Fitri. Suasana tetap normal di Jerman tempat saya tinggal. Tidak ada hiruk pikuk yang berarti seperti di kampung halaman. Iya, dulu, biasa di depan rumah ada sebuah lapangan kampung depan masjid penuh dengan karpet koran, di mana orang-orang mulai bersembahyang. Sholat Idul Fitri. “Allahu akbar-Allahu akbar ... Allahu akbar ... laa ilaa haillallah ... “
Abdullah, tetangga kami cerita. Di daerah tempat kami, masjid Turki Tuttlingen dipenuhi 800 jemaah. Spaichingen lebih sedikit. Saya tak ikut karena tahun lalu mau ijin datang katanya khusus laki-laki saja. Ya, udah, di rumah.
Rayakan lebaran bersama tetangga dekat
Sore hari usai mengantar anak acara perpisahan kepala sekolah dan ia menyanyi bersama grup koor-nya, kami lewat perumahan orang Turki.