Mbak Eberle,
apa kabarmu hari ini?
Entah mengapa tiba-tiba hari ini aku ingat tentang pertemuan pertama kita tahun 2011. Tak terasa 4 tahun kita berteman. Tak hanya di dunia nyata, pertemanan kita sampai juga di dunia maya. Itu saat kamu punya akun di Kompasiana. Sayang, kamu silent reader, maunya baca tapi males nulis.
Selalu terkejut ketika dalam setiap pertemuan kita, kamu selalu bilang, “Setiap pagi aku buka komputer, lihat internet. Baca postinganmu di Kompasiana lho. Lucu-lucu ... ada saja ide nulismu, Gan.“ Wow!
Menulis. Itu hobi yang membuat jiwaku terasa tak hampa di sini. Tinggal di negeri Jerman, kurasa sungguh berbeda dengan saat di tanah air. Lingkaran pertemananku berubah drastis, begitu berbeda. Kadang butuh kekuatan luar biasa untuk mengalahkan diriku sendiri.
Waktu bergulir, kukumpulkan teman di sini. Ya, pertemanan. Kalau bukan Widi yang mengenalkan, tak mungkin kita bertemu. Katanya, “Mbak, kenal sama mbak Eberle?“
“Nggak, paling juga yang di Villingen satu sama di Fridingen...“ kujawab pertanyaan pria yang pernah jadi anak buah suamiku di Semarang itu.