Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Karena Kompasiana, Nama Saya Disenggol Koran SP

13 Januari 2015   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iseng, saya memang iseeeeng banget cari-cari di internet. Keisengan ini berbuntut hadiah bernama bahagia. Sebuah potongan koran Suara Pembaruan yang membahas tentang buku kami “Kami Tidak Lupa Indonesia“ ada di sana, HTML version.

Masih ingat kan soal buku berwarna merah bergambar burger tempe dengan 242 halaman ini? Buku tulisan belasan kompasianer diaspora di Kompasiana ini terbit pada bulan Maret 2014 atas prakarsa Kompasiana dan Bentang Pustaka Yogyakarta. Thank you, people! I owe you some ....

Nah, ternyata buku tersebut dibahas pada hari Jumat, 26 September 2014 di Suara Pembaruan. Baru tahuuuu ... thank you, internet!

[caption id="attachment_390516" align="aligncenter" width="560" caption="Resensi buku di SP "][/caption]

***

Tinggal di luar negeri bukan pilihan saya. Andai boleh, andai saja ... saya maunya lahir, dan tinggal di tanah air terus. Apa daya? Nasib membawa saya hengkang dari negeri sendiri. Saya sempat merajuk sama suami saya waktu itu “Kok, pakai acara pindah segala sihhhh?!“ Ngaget-ngageti! Kehilangan semua yang saya sukai, sungguh tidak enak! Saya harus hidup di negeri 4 musim yang dinginnya minta ampun sekalipunmusim panas (yang panasnya kadang hanya bisa keitung jari tangan dan kaki). Ah ... itu duluuuu ... dulu sekali. Sekarang menikmati.

Ya, seiring dengan bergulirnya waktu saya sadar, justru di luar negeri inilah mata saya semakin terbuka bahwa apa yang saya punya, bekal dari orang tua, didikan sekolah dan bangsa ini menjadi modal dan kekuatan yang dahsyat untuk "mewakili Indonesia" mulai dari skala super mini. Saat tinggal di luar negeri, banyak kesempatan, asal mau dan niat.

Saat berada di kandang sendiri, bekal saya memang sungguh kurang; belajar mbatik belum, belajar ndalang belum, belajar nyinden belum (nembang sudah sih di SD-SMP), belajar ngukir belum (natah sudah sih di SMP). Padahal kenyataannya ... “Tuhhh liat, banyak bule belajar seni budaya Indonesia, pinter-pinter ... kamu, gimana?“ Plakkk! Pipi saya bisa merah, apalagi mata saya. Nangis lalu diam dan bersyukur mengambil hikmah bahwa masih ada yang tertarik dengan bangsa ini.

***

OK, sudah punya buku yang saya ceritakan ini? Buku keroyokan ini sangat menggambarkan bagaimana diaspora melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai porsi. Ada mas Syarifudin di Rusia, mas Winarto di Belanda, Michael Sendow di USA, Mbak Anaz di Malaysia, Marlistya di Taiwan, saya dan masih banyak lagi lainnya ....

Sungguh tersanjung bahwa dalam artikel koran SP yang membahas buku itu (resensi buku; “Menelusuri Jejak Para Diaspora“), selain nama mbak Yana Hanim di Turki, nama saya disebut:

“Sejatinya diaspora Indonesia telah menjadi diplomat Indonesia karena telah melaksanakan tugasnya untuk mengenalkan Indonesia kepada dunia internasional. Seperti apa yang dilakukan Gaganawati di Jerman (halaman 97) dan Yana Hanim di Turki (halaman 228). Mereka berdua menikah dengan warga asli di sana, kemudian mereka mengenalkan Indonesia kepada para tetangga hidup mereka, anak-anak yang mereka lahirkan.“

Terima kasih, Kompasiana ... karenamu Gana ada di mana-mana, walau raga terikat di Jerman. Jauh di mata, dekat di hati. Mencintai Indonesia dengan jiwa, di manapun raga berada. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun