Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kapan Anak Remaja Boleh Menginap atau Tidur Bersama?

5 Agustus 2016   21:19 Diperbarui: 6 Agustus 2016   09:59 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menginap di tenda, yuk!

Rabu malam. Itu jadwal memenuhi undangan dari tetangga untuk ikut Frauen Treff. Pertemuan ibu-ibu Jerman buat ngobrol, makan dan minum. Saya, satu-satunya orang asing yang diundang. I’m flattered and so honored.Uhukkk.

Yang sudah-sudah, undangan yang datang adalah Frauenfrühstück. Entah mengapa mereka mengganti acara sarapan bersama dengan makan malam bersama. Mungkin lebih santai malam-malam daripada pagi-pagi, kemrungsung.

Dari perbincangan ngalor-ngidul, ada satu yang saya garisbawahi; bahwa setiap keluarga punya permasalahan sendiri-sendiri, terutama dalam mendidik anak-anaknya. Pendidikan satu keluarga, belum tentu bisa diterapkan di keluarga yang lain.

Produk anak-anaknya beda, managemennya juga nggak sama. Jika Anda punya masalah dengan anak-anak Anda atau Anda tidak paham perkembangan anak remaja di rumah, Anda tidak sendiri. Semua keluarga juga mengalami meski beda variasi dan porsi, kok. Langit tidak akan runtuh. Hanya satu kalimat; “Wir schaffen das!“ Meniru motto Angela Merkel  dan P; “Kita bisa!“ Hiyaaaa 

Ditambah, masalah berhubungan seks di usia dini (sebelum umur 18 tahun), juga diakui para ibu Jerman sebagai masalah yang pelik, sungguh sulit. Meskipun demikian, sebelum berusia 18 tahun yakni setelah mengalami mens pertama kali, para ibu tak jemu-jemu mengantar anaknya ke dokter kandungan untuk memeriksakan alat vitalnya demi kesehatan, kenyamanan bersama dan masa depan.

Kapan anak boleh menginap di rumah orang?

Pada ulang tahun yang ke-10, kami mengijinkan anak kami untuk mengundang kawan-kawannya bermalam di tempat kami, tepatnya di tenda. Tenda didirikan di kebun belakang rumah. Tenda memiliki 4 kabin. Dari 8 yang diundang, hanya 6 yang datang dan sudah diijinkan orang tuanya untuk menginap selama dua hari semalam. Sudah bagus. Masing-masing harus membawa kantung tidur, baju tidur dan alat pribadi lainnya (sikat gigi, handuk). Sengaja kami beri kesempatan begitu karena sudah dari dulu si anak tanya kapan teman kelasnya boleh menginap. Dari enam anak ada satu anak laki-laki. 

Oh ya, sebelum anak kedua berumur 10 tahun, sudah banyak anak saudara atau anak teman dekat yang menginap. Itu saat mereka masih TK. Alasan kami karena kami kenal dekat dengan keluarganya, jadi ya, diijinkan. Kalau anak laki-laki dan sudah besar, saya sendirikan di kamar yang lain. Kalau masih balita,  masih saya campur. Streng banget ya? Senangnya, kalau sudah pada menginap di rumah kami ... eeee ... nggak mau pulang! Betah banget, yak. Memang asyik rame-rame mainnya. Kalau udah gede mainnya sendiri,  sama Handy!

Baiklah, kini ada cerita seru mengalir dalam pertemuan yang saya ceritakan tadi. E (49 tahun) adalah ibu dari Jerman yang menikah dengan orang Swiss, dengan tiga anak (14, 16 dan 18 tahun). Ia mengijinkan masing-masing anaknya untuk sesekali mengundang teman karibnya menginap. Syarat; jumlahnya hanya satu dan harus sesama jenis! Mengapa? Karena anak memiliki permintaan itu dan kadang telinga serasa gatal kalau berkali-kali ditanya tidak diberi jawaban yang memuaskan. Lagian, pikirnya ini baik untuk psikologi anak agar dekat dengan teman yang disukainya, menyemangati hidup.

P (48 tahun), yakni seorang ibu dengan dua anak (12 dan 15). Suaminya sering ke luar negeri. Anak-anak yang dibawa menginap anaknya yang pertama kebanyakan adalah anak-anak yang bermasalah (dengan narkoba, rokok, alkohol atau tidak punya ayah/ibu karena meninggal/cerai, bermasalah di sekolah karena sering bolos atau berani sama guru). Istilahnya, si anak jadi psikolog teman-teman yang bermasalah itu. Ia dipercaya teman-temannya untuk jadi jubir.

Si ibu berpikir, ia mengijinkan anak pertama untuk membawa teman-temannya itu sesekali, agar si anak punya teman. Baginya mau masak untuk dua orang atau tiga-empat orang sama saja. Bahkan anak-anak seperti itu harus dikasihi. Jadinya, rumahnya mirip penginapan gratis bagi mereka. Buntutnya, anak yang nomor dua iri, dan ikutan memohon si ibu mengijinkan untuk mengundang temannya. Kalau anak pertama mulai diijinkan membawa teman menginap pada umur 16 tahun, adiknya mulai pada umur 12 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun