Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jumat Agung, Karfreitag

4 April 2015   19:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_407668" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrasi Peringatan Jumat Agung (Sumber: Tribun Timur/Muhammad Abdiwan )"][/caption]

Karfreitag. Ini berasal dari bahasa Jerman kuno, Kara yang juga artinya Trauer atau berkabung. Freitag sendiri artinya Jumat. Pada awal kedatangan di Jerman, saya pernah harus belajar bahasa Jerman selama 6 bulan dan diajari kalau Frei=bebas dan Tag = hari. Saya pikir karena hari Jumat adalah hari pendek orang bekerja dan bebas melakukan aktivitas lain selain rutinitas, bersama keluarga, teman atau kerabat.

[caption id="attachment_407641" align="aligncenter" width="384" caption="Jumat agung, Karfreitag (dok. Gana)"]

14281480612088004774
14281480612088004774
[/caption]

Nah, Jumat agung itu diperingati masyarakat Jerman di sekitar tempat kami tinggal kemarin, Jumat 3 April 2015. Usai bangun pagi lalu sarapan bersama, suami saya mengingatkan lagi kepada anak-anak bahwa meskipun hari itu adalah hari libur di wilayah tempat kami bermukim, mereka harus tenang karena itu peringatan Yesus meninggal. Tidak sopan kalau melakukan keramaian atau kebisingan pada hari libur itu. Bahkan beberapa daerah sudah memberlakukan Tanz verbot atau dilarang menari, pesta dan keramaian lain atau harus membayar denda sebanyak 10.000€. Beberapa daerah ingin mengganti aturan tersebut dengan beragam alasan. Kita lihat saja nanti perkembangannya.

***

Teng. Teng. Teng. Pukul 10.00 gereja di seberang sana sudah mulai membunyikan loncengnya. Seakan mengingatkan warga untuk bergegas berkumpul untuk melakukan misa Jumat agung. Tidak semua warga yang beragama Katholik datang namun saya yakin, gereja itu akan penuh seperti biasanya. Warga setempat termasuk orang-orang religius.

Kegiatan hari itu tak hanya soal gereja. Masih ada ritual nyekar atau pergi ke Friedhof alias makam untuk menjenguk orang-orang dekat yang sudah meninggal. Barangkali menyalakan lilin, berdoa, membersihkan rerumputan atau sampah daun dan mengganti dengan bunga-bunga warna-warni yang ditanam atau dalam sebuah pot, meletakkan hiasan seperti patung malaikat, memeriksa apakah ada peringatan dari pihak makam untuk memindahkan abu, batu makam, pathok atau apapun yang mereka miliki. Kontrak hanya berlaku 25 tahun, bisa diperpanjang sampai total 30 tahun saja. Setelah itu harus rata dengan tanah dan diganti makam yang baru di kemudian hari.

Satu lagi yang juga sudah ratusan tahun menjadi tradisi warga; makan ikan. Iya, hanya makan ikan. Pantang makan daging. Bahkan tetangga yang punya empang sudah jauh hari kasih pengumuman menjual ikan asap (jenis Forelle) untuk hari itu. Sedangkan beberapa restoran yang buka tidak menyediakan menu daging namun beragam menu yang ada hubungannya dengan ikan.

OK. Bagi Kompasianer yangsedang dalam perjalanan ke Jerman atau suatu hari akan ke sana, ingat dengan tradisi dan kebiasaan seperti tersebut di atas. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun